Bagi pengendara motor, Diara bersyukur karena saat macet bisa lewat di sisa jalan yang sempit. Pengendara mobil tentu tidak bisa seperti itu. Dia bisa menghemat waktu beberapa menit agar tidak terbuang begitu saja karena macet.
Diara memakirkan motor di halaman samping restoran lalu melepas helm. Dia merapikan rambut kemudian turun. Saat berbalik, pandangannya tertuju ke kaca yang agak gelap. Namun, meski begitu dia tetap bisa mengenali Petto.
Lelaki yang duduk agak maju itu memiliki postur tubuh yang sama dengan Petto. Diara mengernyit karena melihat seseorang yang mengenakan topi. "Bukannya dia makan sama Jevar?" gumamnya sambil berjalan. "Dia kayak masih kejebak macet, deh!"
Merasa ada sesuatu yang mencurigakan, Diara mempercepat langkah. Napasnya mendadak memburu dan pikiran buruk mulai menguasai. Semoga bukan Petto.
Begitu masuk, Diara mengedarkan pandang. Dia melihat Petto duduk di hadapan wanita bertopi. Lantas dia mendekat untuk melihat lebih jelas wanita itu. Mata Diara melebar saat menyadari jika Petto bersama Catrin.
Diara mengepalkan tangan melihat Catrin yang berbicara sambil tersenyum. "Ngapain mereka?" geramnya sambil maju beberapa langkah. Dia berharap Petto menyadari keberadaannya, tapi lelaki itu justru sibuk mengobrol. Bahkan Catrin mengulurkan tangan dan Petto membalasnya.
"Petto! Lo ngapain?" Diara tidak bisa menahan kecemburuannya lagi. Dia melihat Petto berjingkat sebelum akhirnya menoleh. Wajah lelaki itu berubah kaget sedangkan Diara menahan tawa. "Kaget?"
Diara memutuskan mendekat sambil menatap Catrin yang terlihat biasa saja. Bagaimana bisa wanita itu bersikap seperti itu? Berbeda dengan Petto yang begitu panik. "Ngapain berduaan?"
"Lo ajak dia?" tanya Catrin karena menurutnya Diara tidak masuk dalam rencana.
Petto segera berdiri dan memegang tangan Diara, tapi segera ditepis. "Keluar dulu, yuk! Gue jelasin."
"Apa?" Diara menatap Catrin yang semakin membuatnya marah. Wanita itu mengibaskan tangan kemudian membuang muka. Dari gayanya, tidak terlihat merasa bersalah sama sekali. Diara mendengus, tidak suka sekali dengan Catrin. Apa salahnya ikut menjelaskan agar dia tidak semakin salah paham?
"Lo cepet banget sampenya, Ra!" Kemudian terdengar suara lain.
Catrin dan Petto seketika kaget. Petto menoleh, tapi Catrin diam saja. Lantas dia menatap Jevar yang berjalan mendekat. Dia mengusap kening karena rencananya jadi gagal. Dia menatap Diara yang tiba-tiba muncul padahal dia tidak memberi tahu.
Jevar mendekat lalu perhatiannya teralih. "Kok ada lo?" Dia menunjuk Catrin yang duduk sambil menarik topinya semakin ke bawah.
Petto membingkai kepala karena rencananya gagal. Diara yang melihat reaksi itu semakin curiga. Kenapa Petto terlihat kecewa?
"Ah, kecewa karena ketahuan?" tanya Diara.
"Yuk! Kita keluar!" Petto merangkul Diara dan mengajak pergi.
Jevar yang melihat itu dibuat bingung. "Nggak jadi makan?"
Tangan Petto hanya bergerak sekilas. Dia sedikit mendorong Diara saat menyadari beberapa orang memperhatikan. "Ra! Gue bisa jelasin," ujarnya setelah sampai luar.
Diara melirik ke dalam, Jevar berjalan ke arahnya lalu Catrin menahan tangannya. Dia lalu menatap Petto menuntut penjelasan. "Apa?"
"Catrin minta bantuan gue biar ketemu Jevar."
"Bantuan?" Diara kaget mendengar itu. "Jadi, lo ada komunikasi sama Catrin?"
Petto mengangguk. "Cuma bahas Jevar kok," ujarnya. "Gue mulai kenal deket sama Jevar, yah, nggak ada salahnya bantuin dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
All Over Again
General Fiction[ALL SERIES 3] Diara memiliki hubungan rahasia dengan Petto, mantannya saat kuliah dan mereka sekarang satu kantor. Di saat seperti itu, ada Jevar yang banyak digandrungi wanita di kantor. Banyak yang menebak jika kelak Diara yang berhasil mendapatk...