AGAIN-7

316 47 11
                                    

Pukul sebelas kurang lima menit, Diara sudah kembali. Dia berjalan menyeret kaki sambil menenteng tas di tangan kanan. "Selamat siang," ujarnya sambil masuk ruangan.

Prita mengangkat wajah melihat Diara yang tampak lelah. "Nggak berjalan lancar?"

"Lancar, sih!"

"Terus wajah lo?"

Diara menghempaskan tubuh kemudian meletakkan tas dengan kasar. Dia menoleh ke belakang karena meja Bu Sesha kosong. "Pergi ke mana?"

"Barusan keluar ke ruangan Pak Wawan!" jawab Prita. "Gimana? Sesuai budget?"

"Yah!" Diara membuka tas, mengeluarkan brosur dan sampel kain. "Tadi Jevar yang DP, soalnya kita belum nentuin pilih kain mana."

"Kok dia nge-DP?"

"Banyak orderan. Kalau nggak buru-buru bisa nggak jadi."

Prita mengangguk mengerti. "Langsung laporin ke Bu Sesha, deh! Biar duit Jevar langsung keganti."

"Bentar! Gue capek banget!" Diara menyangga kening kemudian memejamkan mata.

Mata Prita memicing. "Emang ngapain aja sampai kecapekan gitu?"

"Ada, lah, sesuatu!"

"Mampir dulu sama Jevar?"

"Enggak!" Diara bangkit dan mengambil dua benda yang tergeletak. "Gue laporan dulu ke Bu Sesha!"

"Semangat, Ra!"

Diara keluar ruangan dan terkejut melihat Jevar yang berjalan ke arahnya. Seketika dia bergerak mundur dan lelaki itu mengernyit. Namun, Jevar memilih diam dan masuk ruang rapat. "Ck! Tuh, anak kepedean!" geramnya ingat pembicaraan di mobil. Lantas dia segera menuju ruangan Pak Wawan yang berada tepat di depan ruang rapat.

"Nah, ini Diara!" Bu Sesha tersenyum melihat juniornya.

"Siang, Pak! Bu!" Diara membungkuk kemudian mendekat. "Tadi saya sudah ketemu sama pemilik percetakan. Ini." Dia menyerahkan brosur.

"Ini, Pak!"

Diara memperhatikan Bu Sesha yang sebenarnya baru berusia 35 tahun. Di antara yang lain, memang lebih senior dan jadi andalan. Diara lalu menatap Pak Wawan yang berdiskusi dengan Bu Sesha. Semoga acara nanti lancar.

***

"Gue perhatiin lo tadi sibuk banget!"

"Emang sibuk!" Diara melirik ponsel yang tergeletak lalu memasang sheetmask di bawah. "Karena sibuk kita jadi nggak ketemu."

"Besok, kan, Sabtu. Enaknya ke mana?"

Diara mengambil ponsel dan berjalan menuju ranjang. Lantas dia berbaring dan meletakkan ponsel di samping telinga. "Ke mana, ya? Nonton?"

"Boleh. Nonton aja, ya?"

"Iya. Udah lama nggak nonton," jawab Diara. "Besok lo jemput, kan?"

"Iya, dong, Sayang. Masa nggak dijemput?"

Diara tersenyum mendengar itu. "Oh, ya, anak kreatif emang rencanain apa?"

"Pas di vila?"

"Iya! Jangan bilang yang aneh-aneh."

"Rahasia, dong!"

Diara mengernyit. "Mau rahasia-rahasiaan juga? Ih, nggak seru!" geramnya. "Kan, gue udah ngasih tahu lo."

"Sorry, gue nggak bisa." Suara Petto terdengar serius. "Nanti Prita marah."

"Ck! Temen gue yang itu emang, ya!"

All Over AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang