Tiga minggu kemudian.
Setelah pulang kerja, Diara tidak langsung pulang. Dia duduk di tas motor sambil bermain ponsel, menunggu Jevar. Yah, kaus yang dipesan telah jadi dan sekarang waktunya mengambil. Besok, tinggal di bagi ke karyawan kemudian lusanya pergi berlibur.
"Ck! Nunggu berapa lama, nih?" Diara mengedarkan pandang, parkiran mulai sepi.
Jevar sedang meeting dengan klien dan meminta untuk menunggu. Padahal, Diara sudah meminta agar berangkat dulu, tapi lelaki itu menolak. Jadilah, Diara menunggu.
Drttt....
Ponsel di genggaman Diara bergetar, menunjukkan pesan dari Petto.
Petto: Ambil kausnya jadi sekarang? Sama Jevar?
Diara segera membalas.
Diara: Iya. Dia sudah selesai meeting belum?
"Ra!"
Tubuh Diara berjingkat. Dia menoleh dan mendapati Petto berjalan ke arahnya. Seketika dia turun dari motor dan merentangkan tangan. Melihat ekspresi keberatan Petto, Diara segera sadar. "Hehe...." Dia terkekeh sambil menurunkan tangan.
Petto berdiri di hadapan Diara, menatap dari atas ke bawah. "Gue boleh ikut nggak?"
"Kalau gue ngebolehin," jawab Diara. "Tapi, nggak tahu Jevar."
"Kan, gue bisa bantu."
Diara mengangguk. Selama sibuk mempersiapkan acara, dia dan Petto jadi jarang bertemu. Sesekali mereka meeting bersama Prita dan Bu Sesha dan hanya bisa saling lirik. "Ya udah, ikut aja."
"Wah... Wah...."
Suara itu mengagetkan Diara dan Petto. Jevar datang sambil memainkan kunci mobil. Lantas berdiri sisi kanan dua orang itu. "Ayo, Ra!"
"Gue ikut!" ujar Petto cepat.
"Dia mau bantuin. Nggak masalah, kan?" Diara menambahkan.
Jevar memperhatikan Diara dan Petto yang menatap penuh harap. "Bukannya lo urus yang lain sama Prita?"
Petto mengacak rambut. "Prita masih keluar. Nggak apa-apa gue tinggal."
Diara menatap Petto, karena tidak tahu jadwal lelaki itu. "Kalau meeting sama Prita mending jangan ditinggal, sih."
"Yuk, Ra! Orangnya udah nunggu!" Jevar bersuara sambil berjalan menjauh.
Petto melirik Jevar yang berjalan menuju parkiran mobil. Dia lalu menatap Diara. "Jangan deket-deket dia. Oke?"
"Hahaha...."
"Jangan ketawa!" Petto memegang pundak Diara dan mengguncangnya pelan.
Diara mengangguk dan mengangkat jempol. "Lagian, gue juga nggak mau dideketin," jawabnya. "Bye, Sayang!" Dia menepuk pipi Petto kemudian menjauh.
Petto menatap Diara yang berlari mengejar Jevar. Entah kenapa dia cemburu karena akhir-akhir ini Diara lebih sering bertemu Jevar. Ditambah, pesan Jevar yang dikirim ke Diara tiga minggu lalu. Wajar, kan, dia waspada?
***
"Nggak perlu ngajak yang lain, kan? Gue mampu."
Diara menatap lelaki yang berjalan di depannya sambil membawa kardus berukuran besar. "Harusnya emang bisa ambil sendiri tanpa ajak gue."
Jevar seketika berhenti, menunggu Diara melewatinya. Barulah setelah itu dia melanjutkan langkah. "Kan, lo bagian keuangan. Nggak enak kalau gue sendiri yang urus."
KAMU SEDANG MEMBACA
All Over Again
General Fiction[ALL SERIES 3] Diara memiliki hubungan rahasia dengan Petto, mantannya saat kuliah dan mereka sekarang satu kantor. Di saat seperti itu, ada Jevar yang banyak digandrungi wanita di kantor. Banyak yang menebak jika kelak Diara yang berhasil mendapatk...