Sebuah mobil terparkir di seberang rumah sakit. Si pengemudi duduk sambil menatap jalanan yang mulai padat. Namun, pikirannya tidak tertuju ke sana.
Petto memikirkan Diara yang begitu ketakutan. Tentu saja dia takut, tapi dia merasa semua bisa diatasi. Entah dugaannya akan terbukti atau tidak.
"Hei...."
Tubuh Petto berjingkat. Dia melihat seseorang yang memutari mobil. Lantas dia duduk tegak dan mulai menyalakan mesin.
"Ngelamunin apa?" Mama Petto masuk mobil dan meletakkan kantung di dashboard. "Ada orang tua pasien yang ngasih mama roti."
Petto menarik kantung itu hingga terlihat isinya. "Lumayan buat cemilan," jawabnya kemudian melajukan kendaraannya. "Mampir ke mana dulu?"
Mama Petto terdiam. "Mama nggak masuk, kamu mau makan apa?"
"Nggak tahu. Nyari yang deket rumah aja."
"Oh, ya, udah!"
Petto melirik mamanya yang memakai setelan berwarna putih. Aroma mamanya saat pulang kerja, campuran alkohol dan obat-obatan. "Ma...."
"Hmm?" Mama Petto melirik sekilas.
"Kapan-kapan, aku pengen ngenalin seseorang."
Mama Petto menatap anaknya ingin tahu. "Pacarmu?"
"Iya. Dulunya udah jadi mantan, sekarang pacaran lagi."
"Kapan mau dikenalin?" tanya Mama Petto terlihat antusias. "Cewek yang waktu itu, kan? Akhirnya kamu mau ngenalin."
Petto mengangguk samar. "Kapan-kapan aku ajak ke rumah."
"Kasih tahu tanggal pastinya." Mama Petto mengeluarkan notes dan melihat jadwalnya. "Minggu depan mama masuk malem."
"Kalau gitu minggu depannya lagi."
"Nggak kelamaan?" tanya Mama Petto. "Keburu lupa. Nggak bisa besok aja?"
Petto menggaruk pelipis. Dia saja masih marahan sama Diara. Selain itu, dia tidak tahu apakah Diara mau diajak bertemu mamanya atau tidak. Namun, dia ingin sekali menemukan dua orang itu. "Aku tanya dia dulu, Ma."
"Beneran jangan mendadak. Gimanapun mama harus menjamu tamu." Mama Petto menatap anaknya berharap mengerti.
"Iya, Ma."
Mama Petto masih memperhatikan anaknya. Dia merasa sejak kemarin Petto agak murung. Memang saat bersamanya lelaki itu tersenyum, tapi dia merasa ada sesuatu yang disembunyikan. "Kamu ada masalah?"
"Enggak," jawab Petto cepat. "Emang kelihatan aku ada masalah?"
"Iya. Setelah mama tinggal kamu lebih pendiem."
Petto menggeleng tegas. Dia membenarkan posisinya dan mencoba relaks. Dia tidak ingin mamanya tahu kegelisahannya. "Nggak ada apa-apa kok."
Mama Petto mencoba percaya. "Ya udah, kalau ada apa-apa cerita."
Hati Petto menghangat. Mamanya memang pengertian. Dia tidak pernah dibuat kecewa oleh mamanya. Sedangkan dia beberapa kali membuat kecewa.
Petto melirik mamanya yang duduk bersandar sambil memejamkan mata. Dia menghela napas pelan kemudian fokus mengemudi. Dia berharap kali ini tidak mengecewakan.
***
"Ra! Ada Tera di bawah!"
Teriakan itu membuat Diara bergerak menatap pintu. Sayangnya dia tidak kunjung beranjak. Dia masih nyaman berbaring di ranjang masih dengan setelan kantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
All Over Again
General Fiction[ALL SERIES 3] Diara memiliki hubungan rahasia dengan Petto, mantannya saat kuliah dan mereka sekarang satu kantor. Di saat seperti itu, ada Jevar yang banyak digandrungi wanita di kantor. Banyak yang menebak jika kelak Diara yang berhasil mendapatk...