AGAIN-6

311 51 9
                                    

Tut... Tut... Tut....

Jevar terdiam melihat panggilan telah terputus. "Hahaha!" Lantas dia terbahak ingat kelakuan Diara.

Sebenarnya tidak sepenuhnya dibilang modus, Jevar sering melakukan video call dengan kliennya. Alasannya, biar gampang menilai desainnya sudah bagus atau belum. Namun, baru kali ini dia bertemu dengan wanita aneh yang memakai topi sapi.

"Untung tadi gue SS." Jevar membuka galeri dan melihat foto Diara yang gelap dan hanya topi sapi yang terlihat.

Tiba-tiba sisi jail Jevar muncul. Dia memotong gambar itu hingga bagian wajah Diara terlihat besar. Lantas, mengirim ke wanita itu.

"Kita lihat reaksinya." Jevar meletakkan ponsel lalu menatap hasil desainnya.

Kurang rame.

Jevar sendiri juga merasa ada yang kurang dengan desainnya. Namun, dia bingung mau menambahi apa. Inginnya, memasukkan foto bersama, tapi ingat dia tidak memiliki file itu. "Dia bilang acaranya di villa."

Lantas Jevar membuka foto-foto miliknya. Dia pernah menginap di vila yang tentu saja berbeda dengan tujuannya nanti. Lantas, dia memilih membuat ilustrasi dengan vila itu.

Drttt....

Beberapa menit kemudian, ponsel Jevar bergetar. Dia mengambil benda itu dan melihat pesan dari Catrin. "Gue pikir dibales!" Dia meletakkan ponsel dan melanjutkan kegiatannya.

Satu jam kemudian, desain itu terlihat lebih ramai dari sebelumnya. Jevar menambahkan ilustrasi sebuah atap vila dan pepohonan di bagian bawah. Selain itu dia mengubah bagian atas menjadi warna biru. Tulisannyapun dia ubah agar mudah dibaca. Barulah dia meletakkan logo di bagian paling atas. Meski logonya tidak sebesar tadi.

"Awas aja masih dibilang kurang rame," gumam Jevar sambil menghubungi Diara.

Tut....

Jevar beranjak ke dapur. Dia mengambil air mineral kemudian meminumnya. Namun, Diara tidak kunjung mengangkat panggilannya. "Tadi siapa yang mohon minta tolong? Giliran ditolongin ngilang!"

Diara tidak mengangkat panggilannya. Jevar melihat jam di ponsel dan baru menyadari waktu telah menunjukkan pukul dua belas lebih empat puluh lima menit. "Kayaknya dia emang tidur!" Dia memilih kembali ke kamar dan mengakhiri kegiatannya.

Drttt....

Baru saja laptopnya mati ada panggilan dari Diara. Jevar menggaruk pelipis kemudian memilih berbaring. Dia mengangkat panggilan itu dan memilih diam.

"Gimana?" tanya Diara dengan suara serak.

"Besok gue kasih tahu."

"Terus ngapain hubungin lagi?"

"Niatnya mau ngasih tahu, tapi laptop gue terlanjur mati."

"Oh!"

Jevar bergerak membenarkan posisinya. "Gue ganggu lo tidur?"

"Iya," jawab Diara. "Udah, ya! Lo juga harus istirahat."

"Besok gue tunggu di ruangan. Gue kasih tahu hasilnya."

"Hmm...."

"Good night!" Jevar memutuskan sambungan setelah mengatakan itu. Dia mematikan ponsel kemudian berbaring miring. Dia paling enggan jika sedang tidur kemudian mendapat telepon. Apalagi jika membicarakan pekerjaan.

***

Baru sampai kantor, Diara dihadapkan dengan kertas berisi list keperluan. Dia mengambil kertas itu dan membacanya. "Apaan, nih, balon? Pemopa? Ikat rambut. Bedak putih. Apaan, nih?"

All Over AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang