Hari yang ditunggu sekaligus ingin dihindari Diara akhirnya tiba. Hari Sabtu sore, dia akan bertemu dengan mama Petto. Sejak pagi, Diara dipusingkan memilih pakaian apa yang cocok. Hingga dia hampir lupa membawa oleh-oleh.
Beruntung, Diara memiliki mama yang bisa diajak bekerja sama. Mamanya akhirnya memesankan cake di temannya dan diantar beberapa menit yang lalu. Sedangkan Diara, sibuk dengan perawatan.
Perempuan manapun, pasti ingin terlihat cantik dan bisa memberikan kesan yang baik. Karenanya, Diara tadi memakai masker wajah dan rambut. Memakai lulur mandi, memotong kuku dan memastikannya bersih. Terakhir, dia menentukan rambutnya nanti akan bagaimana.
Drttt....
Diara baru selesai ganti baju saat getar ponsel itu terdengar. Dia berlari menuju ranjang dan mengambil ponsel. Ternyata pesan dari Petto.
Petto: Gue jemput jam lima.
Refleks Diara melihat jam di ujung layar. "Masih ada waktu tiga puluh menit." Dia meletakkan ponsel begitu saja kemudian menghadap meja rias.
Diara sudah merias wajahnya. Tidak terlalu aneh-aneh, hanya mengaplikasikan dengan tipis. Hampir sama dengan makeup saat ke kantor. Bedanya, dia menggerai rambutnya dan memakai bando berwarna putih.
Pakaian yang dikenakan Diara juga berbeda. Dia memilih memakai rok terusan berwarna biru dengan bagian lengan mengembang. Sedangkan rok itu berbentuk A line. Tidak terlalu heboh, tapi juga tidak biasa aja.
"Gimana?"
Diara berjingkat mendengar suara itu. Dia melihat mamanya berdiri di depan pintu dan memperhatikannya. "Gimana, Ma?"
Mama Diara menatap anaknya yang seperti cinderella, hanya beda ditatanan rambut saja. "Rambutnya nggak terlalu biasa?"
"Masa?" Diara menatap ke kaca. "Kalau terlalu aneh dikira ke acara apapan, Ma."
"Oh, ya, udah kalau kamu ngerasa gitu!"
Diara sudah cukup puas dengan penampilannya. "Oh, ya, aku belum pilih sepatu!" Dia melesat keluar dan menuju lantai bawah.
"Kamu udah pakai rok, Ra! Jaga sikap dikit!"
"Haha...." Diara terbahak karena lari begitu saja.
Begitu sampai di rak sepatu dekat garasi, Diara mulai mencari heels yang cocok dengan pakaiannya. Dia mengambil heels berwarna biru muda dan mencobanya. Setelah dirasa cocok, dia membawa heels itu ke dekat tangga.
"Petto aja belum kamu kenalin," ujar Mama Diara sambil menuruni tangga.
"Habisnya abang nggak pernah di rumah. Papa juga sering pulang telat."
Mama Diara menahan tawa. "Bisa aja kalau ngeles."
"Kapan-kapan aku kenalin, Ma!" Setelah itu Diara kembali ke kamar. Dia mengambil tas berwarna putih yang hanya muat dengan satu ponsel saja. Setelah itu dia menuju lantai bawah, menunggu Petto.
"Cake-nya jangan lupa!"
Diara hampir melupakan hal itu. Dia menuju dapur dan melihat kotak cake yang tergeletak. "Semoga seneng."
Tin... Tin....
Suara klakson membuat jantung Diara berdegup lebih cepat. "Ma! Aku berangkat!" pamitnya tapi tidak mendapat tanggapan.
Begitu Diara keluar, Petto berada di depan gerbang. Dia memperhatikan mata Petto yang mulai meneliti penampilannya. Pipi Diara seketika memerah, saat Petto tersenyum lebar. "Gimana? Cantik?"
"Banget!" Petto mengacungkan dua jempol. "Kamu bawa apa?"
"Sesuatu buat mamamu."
"Sebenernya nggak perlu repot-repot!"
KAMU SEDANG MEMBACA
All Over Again
General Fiction[ALL SERIES 3] Diara memiliki hubungan rahasia dengan Petto, mantannya saat kuliah dan mereka sekarang satu kantor. Di saat seperti itu, ada Jevar yang banyak digandrungi wanita di kantor. Banyak yang menebak jika kelak Diara yang berhasil mendapatk...