"Lo, kan, pasti?"
Lelaki yang duduk bersandar di pilar itu menoleh. Melihat tuduhan itu dia melirik ke kiri dan ke kanan, orang-orang mulai menatapnya. Refleks, dia mengangkat kedua tangan. "Berasa burnonan gue!"
Diara mengepalkan tangan. Dia pikir Jevar tidak lagi menyebalkan. Saat satu tim mereka bekerja sama dengan baik. Ternyata, Jevar kembali ke sifat aslinya. "Pasti lo, kan?"
Petto yang melihat suasana berbeda seketika mendekat. Dia menarik tangan Diara dan mengajaknya keluar. "Ra!"
"Lo tahu?" tanya Diara sambil menyentak tangan Petto. "Kan, gue nggak suka ikut gituan. Kenapa malah lo ikutin?"
"Iya, sorry."
Diara bertolak pinggang. "Kenapa lo ikutin?"
Petto menatap pacarnya yang berdiri dengan napas naik turun itu. Dia menyentuh pundak Diara dan meremasnya pelan. "Karena lo cantik di foto itu."
"Ha?" Diara berdecak sambil membuang muka. Di satu sisi dia ingin marah, tapi jawaban Petto membuatnya luluh. "Cantik?"
"Beneran. Emang nggak lihat lo tadi cantik banget?"
"Ya lihat, sih!"
"Ya udah, ngapain marah-marah?" Petto menarik dagu Diara hingga menghadapnya. Dia tersenyum berusaha membujuk. Ternyata usahanya berhasil, wanita itu tersenyum meski terlihat gengsi. "Buktinya menang, kan?"
Diara menjauhkan tangan kiri Petto dari pundak. "Itu bukan hasil jepretan lo, kan?"
Petto mengangguk agak kecewa. "Jevar!"
"Ngapain dia foto gue?" geram Diara. Dia menatap Petto lamat-lamat, khawatir ada kecemburuan. "Lo nggak...."
"... gue cemburu!" aku Petto. "Cowok mana yang nggak cemburu ceweknya di foto cowok lain? Tapi, yah, di satu sisi gue harus hargai Jevar."
Diara mendorong Petto. "Lain kali kasih tahu gue. Berasa dikhianatin pacar."
"Iya. Jangan ngambek, dong!" Petto mencubit pipi Diara dengan gemas. "Kan, udah menang, nih, gimana kalau makan-makan?"
"Kebetulan gue juga cari makan!"
Jawaban itu tiba-tiba menginterupsi. Diara dan Petto sontak menoleh. Jevar mendekat.
"Kalian nggak mau bilang makasih?" tanya Jevar sambil memperhatikan Diara dan Petto bergantian. "Kalau bukan karena foto itu...."
"... lagian gue nggak pengen menang!" Diara segera memotong. "Mau bayaran? Oke!" Dia mengambil amplop yang tanpa sengaja diremas tangannya. Dia menarik beberapa uang tanpa menghitungnya dan menyerahkan ke Jevar.
Petto yang melihat tindakan itu segera menarik tangan Diara. "Nggak sopan!"
"Bener kata pacar lo! Nggak sopan!" Jevar menunjuk Diara.
"Bentar!" Petto menarik Diara mendekat dan berbisik. "Nggak ada salahnya traktir makan. Please, kali ini aja!"
Diara mendongak dan melotot. Namun, Petto tersenyum lebar dengan sorot mata penuh harap. Diara lalu melirik Jevar yang menanti jawaban. "Ya udah."
"Ya udah apa?" tanya Jevar pura-pura tidak mengerti.
"Kita makan bareng. Tapi, lo juga bayar."
"Maksudnya paruhan?" Jevar mengernyit yang langsung diangguki oleh Diara.
"Lo udah foto gue, tanpa izin. Lo juga menang, bisalah duitnya buat makan juga," jelas Diara. "Gue juga traktir lo sebagai ucapan terima kasih."
Petto menggaruk belakang kepala. Diara memang tidak bisa dibujuk begitu saja. "Iyain aja, Bang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
All Over Again
General Fiction[ALL SERIES 3] Diara memiliki hubungan rahasia dengan Petto, mantannya saat kuliah dan mereka sekarang satu kantor. Di saat seperti itu, ada Jevar yang banyak digandrungi wanita di kantor. Banyak yang menebak jika kelak Diara yang berhasil mendapatk...