AGAIN-27

188 42 7
                                    

Mobil Petto berhenti di depan rumah Diara. Dia menoleh, menatap pacarnya yang sedang membenarkan ikat rambutnya. Tangan Petto seketika terulur, mengusap rambut panjang dan lembut itu. "Udah sampai."

"Iya, bentar! Benerin rambut dulu."

"Pulang-pulang masih tetep rapi."

"Hehe. Ikat rambutnya turun, gue benerin aja!" Diara menatap Petto setelah selesai mengikat rambut. Dia tersenyum mendapati sorot mata Petto yang lembut. "Setelah ini mau ke mana?"

Petto duduk menghadap depan. "Apartemen Jevar."

Diara mengernyit. "Hampir tiap hari ke tempat dia."

"Di kantor paling deket sama dia doang. Jadinya, ya, ke tempatnya," jawab Petto tidak sepenuhnya berbohong.

"Ya udah. Pulangnya jangan malem-malem."

"Iya, Mama!" Petto menatap Diara menggoda. "Berasa mama gue."

Diara menahan tawa. "Bye!" Dia melepas sabuk pengaman kemudian turun. Setelah menutup pintu, dia tidak kujung menjauh. Dia melambaikan tangan dan Petto membalasnya.

"Sana masuk!" ujar Petto karena Diara tidak kunjung pergi.

"Bye!"

"Iya, Sayang!"

Barulah Diara menjauh. Dia berjalan menuju gerbang, kemudian menatap Petto. Dia pikir lelaki itu akan melongok menatapnya. Ternyata, Petto melajukan kendaraannya. "Heran, deh, kenapa ke tempat Jevar mulu," gerutunya lalu berbalik. "Moga aja Petto nggak ketularan nyebelinnya Jevar."

Di tempat lain, Petto mengemudi sambil merogoh saku. Dia mengambil ponsel dan mencari kontak Catrin. Lantas meneleponnya.

"Udah di lokasi?" tanya seseorang dengan suara lembut itu.

"Di mana hadiahnya?"

"Gue titipin di meja depan. Sama makanan juga," jawab Catrin. "Nanti kalau udah hubungi gue!"

Petto menjauhkan ponsel. "Ya udah!" Setelah itu dia memutuskan sambungan.

Tadi siang, Catrin menelepon. Dia berniat untuk membelikan Jevar makan malam sekaligus kado. Petto langsung tahu, jika dialah yang diminta mengantarkan.

Sampai sekarang, Petto belum terpikir untuk meminta sesuatu dari Catrin. Beberapa hari yang lalu Catrin memberinya topi, tapi sekalipun tidak dia pakai. Bahkan, dia memasukkan topi itu ke lemari dan berniat mengembalikannya. Sayang, sampai sekarang dia belum ada kesempatan bertemu Catrin.

Mobil yang dikendarai Petto mulai masuk ke sebuah apartemen. Dia segera menuju meja depan dan melihat beberapa kotak yang tergeletak. Di masing-masing kotak itu terdapat tulisan pengirimnya. Hingga dia menemukan tulisan tangan Catrin.

Kreek....

Petto merobek kertas yang tertempel dan membuangnya ke sampah. Barulah setelah itu dia membawa kotak biru di tangan kiri dan kresek makanan di tangan kanan. "Nih anak emang royal banget. Nggak kayak Diara."

Tanpa sadar, Petto membandingkan Catrin dengan Diara. Yah, Catrin memang royal ke orang yang disuka. Sedangkan Diara lebih suka memberi perhatian. Catrin orangnya selalu to the point. Diara terkadang juga seperti itu, tapi lebih suka kalimat yang manis-manis.

Tibalah Petto di depan sebuah pintu yang akhir-akhir ini dia lihat. Pintu putih bertuliskan nomor apartemen dan terdapat noda hitam di sudut bawahnya, sepertinya terkena cat. Petto lalu menekan bel.

Ceklek.... Pintu itu langsung dibuka.

Petto tersenyum melihat Jevar yang sepertinya baru sampai. Terlihat lelaki itu masih mengenakan setelan kantor dengan kaki kiri yang masih mengenakan sepatu. Sedangkan kaki satunya hanya memakai kaus kaki. "Kebetulan baru sampai. Belum makan, kan?"

All Over AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang