AGAIN-25

215 42 16
                                    

"Ra! Anterin mama ketemu temen dulu!"

Diara sedang sarapan saat mendengar teriakan itu. Dia tidak langsung menjawab, justru menuangkan abon sapi ke nasi. Setelah itu melahap sarapan sederhananya.

Mama Diara keluar melihat anaknya yang sibuk makan. Pandangannya lalu tertuju ke piring Diara. "Ada telur dadar. Kenapa sama abon doang?"

"Kan, aku nggak suka telur," jawab Diara.

"Coba, Ra! Nggak amis kok." Mama Diara mendekat, memasukkan bekal yang sudah disiapkan. "Anak temen mama habis operasi, mama mau jenguk."

Diara melirik arloji berwarna kombinasi putih dan biru yang melingkar. "Jenguk orang pagi banget."

"Sekalian bareng kamu berangkat."

"Bilang aja males naik angkutan."

Mama Diara menatap tajam. "Salahin papa yang nggak bolehin mama naik motor."

"Papa bener kok. Mata mama mulai nggak awas."

"Terus aja bela papamu!" Mama Diara mengikat ujung kantong dan menatap anaknya yang makan begitu lama. "Cepetan, dong, Ra!"

Diara mulai risih dengan omelan mamanya. Dia melahap makanannya agak cepat setelah itu mengangkat wajah. "Udah, kan?"

"Ya udah, ayo!" Mama Diara berlari ke kamar untuk mengambil jaket.

Diara sempat melirik ke kamar mamanya. Dari dulu, Mamanya itu memang sylish. Bahkan sampai tua, mamanya selalu ingin penampilannya bagus di mata orang lain. Setiap akan pergi keluar, pasti mamanya berkaca lebih dulu menatap penampilannya.

"Cocok nggak, Ra?" tanya Mama Diara sambil bercermin.

"Aku tinggal!"

"Tunggu!"

Tidak ada respons dari Diara. Dia keluar lewat pintu garasi lalu memanaskan motor. Setelah itu dia membuka pintu garasi agak lebar. "Nanti mama yang tutup, ya!"

Mama Diara baru mendekat dan sudah mendapat perintah itu. "Iya! Cepetan!"

Diara menuju motor dan mulai mengendarai keluar. Mamanya, menutup pintu garasi lalu mengibaskan tangan. Diam-diam Diara menahan tawa.

"Jangan ngebut!" pinta Mama Diara setelah naik motor.

"Alamatnya di mana?"

"Di apartemen deket galeri."

Diara mengemudikan kendaraannya menuju apartemen. Tiba-tiba dia ingat jika Jevar tinggal di apartemen itu. "Duh! Semoga nggak ketemu."

"Kamu ngomong apa?"

"Enggak!" Diara agak berteriak. Dia melajukan motor agar cepat sengaja menghindari Jevar. Belum apa-apa dia sudah mikir yang macam-macam.

Beberapa saat kemudian, Diara sampai di depan apartemen. Dia mengedarkan pandang dan melihat segelintir orang yang berjalan keluar. "Udah, ya, Ma!"

"Bentar, dong!" Mama Diara turun dan menuju spion. Dia melihat rambutnya agak berantakan dan menyisirnya dengan jari. Setelah itu dia menatap Diara. "Udah, kan?"

"Udah," jawab Diara tanpa menoleh.

Mama Diara menepuk lengan anaknya. Dia mengambil kotak makan di jok dan menjauh. "Hati-hati, Ra! Jangan ngebut!"

"Iya!" Diara kembali melajukan kendaraannya. "Huh...." Lega karena dia tidak bertemu dengan Jevar.

***

Catrin: Jadwal Jevar sekarang?

Pesan yang dikirim lima menit lalu sudah dibaca berkali-kali oleh Petto. Dia melirik ke meja seniornya yang masih kosong. Sebenarnya dia tidak tahu jadwal Jevar hari ini karenanya dia tidak langsung membalas. Selain itu, dia merasa seperti mata-mata Jevar.

All Over AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang