AGAIN-34

183 40 17
                                    

Entah berapa lama Jevar mendiamkan Diara. Sejak kejadian di ruang kreatif, sebisa mungkin Jevar menjaga jarak. Tentu saja karena Diara sudah punya pacar. Dulu memang dia masih mendekati Diara. Namun, perasaannya kali ini berbeda.

Jika, dulu Jevar masih biasa saja saat menggoda Diara, tapi sekarang saat berdekatan, dia merasa ada yang berbeda. Daripada perasaan itu semakin berkembang, dia lebih memilih mundur. Terlebih, akhir-akhir ini Diara dan Petto kembali lengket.

"Gue duluan!" Jevar berpamitan kala waktu telah menunjukkan pukul lima tepat.

"Tunggu!"

Langkah Jevar terhenti. Dia melihat Petto yang mendekat dengan senyum samar. "Apa?"

"Gue denger dari anak-anak lo bentar lagi ulang tahun."

Bego! Gue bahkan lupa ulang tahun gue! Jevar mengepalkan tangan. "Iya," jawabnya sambil lanjut berjalan.

"Dirayain nggak?"

"Males! Udah mau dua puluh tujuh!"

"Dirayain kecil-kecilan aja," usul Petto. "Makan-makan gitu. Gimana?"

Langkah Jevar seketika terhenti. Sebenarnya, setiap ulang tahun dia selalu mentraktir teman terdekatnya. Entah itu sambil dirayakan dengan tiup lilin atau tidak, dia pasti selalu berbagi. "Oke, gue bakal pilih tempat."

"Gue ada rekomen tempat keren."

Jevar geleng-geleng. "Kayaknya lo lebih cocok jadi guide!"

"Gue serius!" Petto menahan pundak Jevar. "Mau gue bantu?"

"Di mana tempatnya?"

"Besok gue kasih tahu."

Jevar menepuk pundak Petto dan menatap depan. Saat hendak melangkah, dia terdiam melihat Diara keluar dari ruangan. Dia melirik Petto lalu lanjut berjalan.

"Mau pulang?" tanya Diara saat berpapasan dengan Jevar.

"Ya!"

Diara berbalik, merasa Jevar masih mendiamkannya. Dia lalu menatap Petto yang tersenyum lebar. "Dia kenapa lagi?"

Petto mendekat dan merangkul Diara. "Emang dia kenapa? Udah balik kayak biasa."

"Lebih dingin dari sebelumnya."

"Iya, sih!" Petto juga mengakui itu. "Ada masalah, kali."

Diara menoleh ke belakang dan Jevar sudah menghilang. Dia menatap Petto dan tersenyum. Masalah sebelumnya terselesaikan begitu saja. Mereka kembali lengket seperti biasa. "Mampir beli makan, ya!"

"Asal makanannya dihabisin." Petto menjawil hidung Diara gemas. Dia menggenggam tangan wanita itu dan menuju lift.

Beberapa menit kemudian, Diara dan Petto duduk di sebuah kedai kopi. Di hadapan mereka tersaji gelas kopi berukuran besar dan roti. Diara memakan cheese cake, lalu menatap Petto. "HP lo mana?"

Petto menatap Diara, sedikit terusik. Sejak masalah kemarin, Diara selalu mengecek ponsel. Dia mendiamkan saja karena memang dia masih merasa bersalah. "Nih!" Dia menyerahkan ponselnya.

Diara membuka chat dan menemukan pesan dari anak-anak kantor. Dia lalu membuka log terakhir dan tidak ada yang mencurigakan. "Nih!" Diara lalu menyerahkan ponsel.

"HP lo?"

Jari telunjuk Diara mendorong ponsel yang tergeletak di meja. "Gue nggak pernah aneh-aneh. Lo nggak akan nemuin apapun."

"Jevar dulu sering hubungi lo," ujar Petto setelah mengecek ponsel. "Kalian deket?"

Diara menggeleng tegas. "Gimana gue bisa deket ke cowok jail kayak dia?"

All Over AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang