AGAIN-31

191 46 12
                                    

Tet....

Tet....

"Emh...." Seorang wanita yang tidur miring dengan satu tangan menjadi tumpuan pipi itu menggeliat. Dia mencoba membuka mata, tapi terasa berat. Akhirnya dia memilih diam dan melanjutkan tidurnya.

Tet....

Tring....

Suara bel dan ponsel terdengar bersamaan. Wanita itu menggeliat sambil mengacak rambut. "Bisa nggak...." Dia hendak memaki, tapi tenggorokannya tercekat.

Teeeeeeettttt..... Kali ini bel ditekan lebih lama.

Catrin seketika terduduk. Dia memaksa membuka mata meski susah. Matanya memicing mengedarkan pandang ke ruang tengah yang terkena sedikit sinar matahari. Dia menggaruk kepala kemudian menurunkan kedua kaki. Saat itulah dia menyadari sesuatu.

"Aaah...." Catrin berjingkat hingga kembali berbaring. Dia menatap lelaki yang tidur terlentang dengan satu tangan berada di atas dada. Pandangannya lalu tertuju ke bungkus cemilan dan botol minuman tidak jauh dari kaki lelaki itu.

Teeeeeeettttt....

Tubuh Catrin kembali berjingkat. Dia mendongak menatap jam dinding yang menunjukkan pukul tujuh lebih lima belas menit. Kesadaran menghantamnya.

Besok gue jemput jam tujuh.

"Ya ampun!" Catrin seketika berdiri dan menghampiri Petto. "Woy! Bangun."

Petto masih tertidur lelap. Catrin kian panik. Dia mengedarkan pandang, lalu membersihkan sampah yang berserakan. Setelah itu berlari menuju dapur dan memasukkan ke tong sampah.

Tet....

"Aduh!" Catrin menghampiri Petto dan mengguncang pundaknya. Sayangnya, lelaki itu susah dibangunkan. "Woy!"

Plak....

Sebuah tamparan mendarat di pipi Petto. Lelaki yang tertidur pulas itu seketika terjaga. Matanya mengerjab melihat sosok di depannya. "Kok ada lo?"

"Ah, nanti aja! Sembunyi dulu!" Catrin menarik tangan Petto kencang. "Jangan keluar, jangan ngeluarin suara. Harus diem."

Petto terpaksa berdiri. Catrin lalu mendorongnya menuju kamar dan menutup pintunya. Petto mengernyit, melihat kamar bernuansa pink. Dia menatap ke pintu, bingung dengan Catrin yang mendadak panik.

"Kepala gue pusing!" Petto memijit kepala yang terasa berat. Saat itulah kesadarannya pulih. Tubuhnya menegang, sadar telah bermalam di apartemen Catrin. "Ck!"

Sedangkan di luar, Catrin berhadapan dengan manajernya. Lelaki itu menatap Catrin dari ujung rambut hingga ujung kaki. Sedangkan Catrin hanya diam sambil memasang senyum tanpa dosa.

"Lo habis minum, kan?"

"Iya, minum sendiri," jawab Catrin. "Gue nggak bikin kekacauan kok."

Manajer Catrin bertolak pinggang. "Nggak mau tahu, wajah suntuk lo harus ilang."

Catrin mengusap wajah dan menepuknya pelan. "Pakai makeup bisa kok."

"Gue tunggu!" Manajer Catrin hendak masuk, tapi langsung ditahan. Satu alisnya tertarik ke atas, menatap modelnya yang tampak aneh. "Ada yang lo sembunyiin?"

Catrin mendorong manajernya pelan. "Pesenin gue sarapan. Janji nggak sampai tiga puluh menit gue turun."

"Nggak ada yang lo sembunyiin, kan?"

"Nggak ada!" Catrin menjawab cepat.

Manajer Catrin menerobos masuk. Catrin seketika panik dan menahan lengannya. Sayang, lelaki itu memutuskan masuk dan memperhatikan sekitar.

All Over AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang