AGAIN-12

297 46 16
                                    

Acara nanti sore dimulai pukul lima. Para karyawan yang kelelahan memilih tidur sebentar. Ada pula yang memiliki tenaga ekstra memilih untuk menikmati keindahan sekitar. Termasuk Jevar.

Sudah lama Jevar tidak liburan, karenanya dia tidak ingin menyiakan kesempatan. Begitu tiba di vila, dia segera mengangkat kamera dan mengabadikan momen. Dia hanya beristirahat beberapa menit kemudian buru-buru mandi dan keluar.

Cekrek....

Jevar memfoto sekawanan-burung yang pulang ke sarang. Dia mendongak dan mengangkat kamera ke langit. Rona merah mulai muncul, senja akan datang.

Dap... Dap... Dap....

Perhatian Jevar teralih. Dia melihat sekelebat orang berlari ke belakang. Lantas dia mengedarkan pandang suasana cukup sepi. "Siapa, sih?" gumamnya lantas menutuskan mengikuti langkah itu.

Di belakang vila, Petto berdiri sambil membawa jaket. Dia mengecek ponsel, tapi Diara tidak membalasnya. Ibu jarinya hendak menekan tombol hijau saat terdengar suara orang mendekat. "Lama banget?"

"Sorry." Diara mendekat dan melihat jaket di tangan kiri Petto. Dia berdiri di depan lelaki itu dan memeluknya. "Mulai dingin."

"Makanya pakai jaket."

"Lah, gimana, dong? Ketinggalan."

Petto memasukkan ponsel ke saku. Setelah itu dia memakaikan jaket ke tubuh Diara. "Kalau ada yang curiga gimana?"

Diara mendongak. "Kasih tahu aja kalau kita pacaran."

"Oke! Gue siap." Petto membenarkan letak jaketnya. "Pakai yang bener."

"Bantuin," ujar Diara manja. Dia memasukkan tangan ke jaket dan lelaki itu membantunya. Hingga jaket kebesaran itu terpasang sempurna. "Lo nggak apa-apa tanpa jaket? Pasti kedinginan."

"Kalau dingin, ya, minta peluk."

"Sama siapa?"

"Menurut lo?" Petto menarik Diara ke dalam pelukan. "Padahal, daritadi barengan, tapi kenapa kangen banget?"

Diara menahan tawa. "Karena nggak leluasa deketan, jadi kangen," bisiknya. "Gue juga."

"Gemes!" Petto mengusap puncak kepala Diara. "Pas pulang kita duduk bareng."

"Diacak lagi nggak?"

"Enggak. Pas pulang bebas."

Diara tersenyum lega. Dia enggan jika perjalanan pulang harus dengan orang lain. Apalagi jika bersama Jevar. Untung tadi perjalanan ke vila dia tinggal tidur.

Srek....

Suara gesekan itu membuat Diara dan Petto sontak melepas pelukan. Mereka kompak menoleh dan terkejut melihat seseorang yang membawa kamera. Petto seketika bergeser, sebelum kesadarannya kembali. "Ketahuan!" ujarnya sambil menggenggam tangan Diara.

Diara melihat Jevar yang menatapnya dan Petto bergantian. Lantas perhatiannya tertuju ke kamera yang dipegang lelaki itu. "Nggak lo foto, kan?"

"Oh, mau difoto?" Jevar mengangkat kamera.

Petto merangkul Diara. "Sekali, deh!"

Jevar menahan tawa karena Petto memanfaatkan kesempatan. Dia memotret dua kali lalu membiarkan kameranya menggantung. "Sejak kapan?" tanyanya sambil mendekat.

"Belum genap dua bulan, sih!" jawab Petto sambil menatap Diara.

"Jangan kasih tahu anak-anak dulu!" Diara menunjuk Jevar memberi peringatan.

Jevar mencoba mengingat. "Lo, kan, karyawan baru! Jadi...."

"... sebelumnya Diara mantan gue," potong Petto. "Ketemu lagi terus balikan!"

All Over AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang