AGAIN-4

375 46 6
                                    

"Prita!"

Wanita yang sedang memotret awan dari jendela seketika menoleh. "Apa?" geramnya sambil menjauh. Dia mengecek hasil fotonya kemudian mengedit agar hasilnya lebih tajam. Barulah mengunggah ke sosial media. "Awannya lagi bagus!"

Diara yang masih berdiri di depan pintu melirik ke arah jendela. Memang benar awannya bagus. Dia juga termasuk wanita yang suka memfoto langit, tapi tidak dengan kali ini. "Gara-gara lo, nih!" ujarnya seraya mendekat. "Sebel gue."

"Wait. Emang gue ngapain?" Prita meletakkan ponsel dan menghadap Diara.

Pikiran Diara seketika tertuju ke beberapa menit yang lalu. Apa maksudnya coba Jevar ikut keluar dari lift? Menunggunya? Duh, padahal tadi ada Petto.

"Woy! Apa?" desak Prita sambil mendorong Diara.

Diara menatap Prita dengan sebal. "Gara-gara kemarin sore. Tahu, kan, barusan Jevar godain gue mulu!"

"Ah, iya! Ngapain dia tadi kok ikut keluar?" Prita baru menyadari itu. "Atau dia nungguin lo?"

"Jelas nungguin buat godain!"

"Terus gimana?"

Diara mengangkat bahu. "Pokoknya dia godain. Males gue. Mana dia sempet DM!"

"DM gimana? Mana HP lo?" Prita menggerakkan tubuh Diara tidak sabaran. "Terus lo bales nggak?"

Masih pagi, wajah Diara sudah suntuk. Tentu penyebabnya adalah Jevar. "Udahlah jangan bahas dia. Mood gue udah buruk."

Prita memperhatikan Diara dengan senyum jail. "Jangan-jangan dia deketin lo!"

"Ngaco!"

"Siapa tahu? Ya, kan?"

"Siapa yang kemarin bilang dia pacaran sama Catrin?" ingat Diara. Dia mengibaskan tangan tanda enggan membahas lagi. Lantas dia menyalakan komputer.

"Ya juga, sih!" Prita menarik kursinya mendekat ke meja dan melakukan seperti Diara.

"Bu Sesha ada?"

Diara menatap ke pintu melihat Pak Wawan berdiri di ambang pintu. Seketika dia berdiri, termasuk Prita. "Sepertinya belum, Pak! Ada apa, ya?"

Pak Wawan tersenyum ke keponakannya itu. "Bentar lagi ulang tahun perusahaan."

Prita menatap Diara sambil tersenyum. "Iya, Pak! Lalu?" Dia berdiri dan beralih ke sofa tempat untuk menerima tamu.

Pak Wawan duduk di sofa single menatap Prita. Kemudian Diara mendekat dan duduk di seberangnya. "Selama setahun perusahaan udah lumayan," ujarnya. "Waktunya saya bikin seneng karyawan."

"Wah! Serius, Pak?" Prita tidak bisa membendung bahagianya. "Jadi?"

Diara juga merasakan hal yang sama. Namun, dia memilih diam. Sebenarnya di kantor tidak ada yang tahu jika dia keponakan dari si pemilik. Tentu saja dia sengaja merahasiakan itu. Tidak ingin ada rumor karyawan emas.

"Coba kalian sama Bu Sesha rapat, dia yang paling tahu kondisi keuangan," ujar Pak Wawan. "Kalau bisa kita nyewa vila. Kalau di puncak aja gimana? Nggak bisa mewah, sih!"

"Yang penting bukan mewahnya, Pak! Tapi kebersamaannya," ujar Prita.

Diara menahan tawa. "Nanti kami coba berdiskusi dengan Bu Sesha."

"Oke! Kalau sudah laporin ke saya!" Pak Wawan seketika berdiri dan memilih keluar.

"Makasih, Pak!" teriak Prita. Pandangannya masih tertuju ke Pak Wawan hingga lelaki itu masuk lift. "Aaaaa!" Barulah dia berteriak dan menatap Diara.

All Over AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang