"Ra...."
Diara mengerjab melihat Prita dan Bu Sesha berdiri di ambang pintu. Dia menggerakkan tangan agar dua orang itu tidak curiga. "Tolong," pintanya tanpa suara.
Bu Sesha dan Prita saling pandang. Tentu saja mereka terkejut karena Diara sudah memiliki pacar, bahkan sekantor. Sedangkan sekarang Jevar dan Diara berpelukan.
Tangan Diara bergerak meminta dua orang itu mendekat. Dia melirik Jevar yang belum juga melepaskan pelukan. Bahkan sekarang, dia merasa punggungnya diusap oleh Jevar.
"Ehm. Pak Jevar!" sapa Bu Sesha sambil masuk.
Jevar tidak mendengar sapaan itu. Dia terlarut oleh perasaannya sendiri. Dia khawatir Diara sedih dan murung. Sekaligus, dia ingin memberi balasan ke Petto.
"Pak Jevar, ada apa, ya?" Bu Sesha berdiri di samping Jevar. "Pak!" Dia menepuk lengannya saat Jevar tidak merespons.
Prita ikut mendekat dengan wajah terkejut. Dia melihat bibir temannya itu mengerucut dan ingin lolos dari pelukan Jevar. "Jevar," panggilnya. "Jev. Lo nggak apa-apa?"
Bu Sesha menarik tangan Prita. "Kayaknya Jevar emang ada masalah," ujarnya. "Kalau kayak gini nggak bisa pakai cara keras, sih."
"Gimana?" tanya Diara pelan. "Jev. Lepas bentar bisa?"
Jevar sedikit melonggarkan pelukan. Namun, dia tetap menyandarkan kepala di lengan Diara. "Udah."
Prita dan Bu Sesha saling pandang. "Harus lo sendiri yang ngomong," ujar Prita dan diangguki Bu Sesha.
"Gini...." Bu Sesha menggerakkan tangan seolah mengusap. "Coba!"
Diara melotot. Malas sekali dia mengusap Jevar. Namun, jika tidak melakukan itu dia tidak akan bisa lolos. "Jev...." Diara mengusap punggung Jevar dengan ragu dan pelukan itu mengerat.
"Loh!" Salah seorang karyawan yang berada di lorong melihat.
Wajah Diara memerah. Tidak enaknya memiliki ruangan yang lurus dengan lorong, ya, seperti ini. Ditambah, posisi sofa yang juga lurus dengan pintu. Orang-orang yang bekerja di ruangan kanan, pasti akan melihat jika mereka hendak ke lift.
"Aduh!" Prita berlari ke pintu dan menutupnya.
Diara mulai menahan tangis. "Jev. Jangan gini, gue malah pengen nangis."
"Jangan nangis. Gue bakal di samping lo kok," bisik Jevar sambil mengusap rambut Diara. "Lo tenang aja."
"Hiks...."
Bu Sesha dan Prita panik melihat Diara yang menangis. Belum lagi ada suara di luar. Pasti mereka berpikir yang macam-macam. "Jevar!" Bu Sesha seketika mendekat dan menarik tangan Jevar. "Jangan kayak gini."
Tubuh Jevar berjingkat. Saat melihat Bu Sesha dia segera melepaskan pelukan. "Bu...."
"Aaaaa!" Diara semakin terisak.
Prita segera mendekat dan memeluk Diara. Dia lalu menatap Jevar yang kebingungan. "Lo kenapa, Jev?"
Jevar menghela napas berat. Sungguh dia tidak sadar ada Prita dan Bu Sesha. Dia memegang kening, sadar pikirannya ke mana-mana. "Sorry."
"Lo!" teriak Diara sambil menahan tangis. "Bikin gue takut."
"Ra!" Jevar hendak memegang tangan Diara, tapi Prita segera menarik. Dia menatap Prita yang menggeleng. Lalu dia membingkai kepala. "Ini nggak kayak yang kalian bayangin."
Bu Sesha menepuk pundak Jevar. "Kamu kayaknya butuh istirahat, Jev. Mau izin pulang? Nggak apa-apa kok."
Jevar menurunkan tangannya dan menatap tiga orang itu bergantian. Dia dianggap sedang memiliki masalah. Padahal, Diaralah yang sebentar lagi tertimpa masalah. Dia ingin menyuruh Diara pulang, tapi tidak memiliki alasan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
All Over Again
General Fiction[ALL SERIES 3] Diara memiliki hubungan rahasia dengan Petto, mantannya saat kuliah dan mereka sekarang satu kantor. Di saat seperti itu, ada Jevar yang banyak digandrungi wanita di kantor. Banyak yang menebak jika kelak Diara yang berhasil mendapatk...