AGAIN-53

216 49 10
                                    

"Lo nggak salah sama sekali, Ra!"

Diara ingin mempercayai itu. Namun, setiap wanita pasti pernah mengalami ini. Ketika perlakuan orang lain berubah, mereka berpikir apa yang salah di dirinya hingga seseorang itu berubah. Apakah kita memiliki kesalahan fatal, tapi tidak disadari? Atau, kekurangan kita yang tidak kita sadari pula membuat orang lain menjauh? Semua pasti pernah merasakan itu.

"Ra!" panggil Jevar melihat wanita di depannya terlarut dengan lamunannya. "Petto yang bego udah lepasin lo."

"Emang!" Diara mendorong tangan Jevar lalu menunduk. "Tapi, dia lebih dari bego. Dia brengsek, nggak bermoral! Monster!"

Jevar kaget melihat sorot mata Diara berubah marah. Kesalahan apa yang dibuat Petto hingga Diara marah seperti itu? Sebelumnya, dia tahu betul Diara begitu mencintai Petto. Bahkan dia iri karena Petto ditatap begitu oleh Diara.

"Dia orang terjahat yang gue temuin!"

"Gitu?" tanya Jevar sambil duduk. "Sekarang dia pacaran sama Catrin."

"Gue nggak peduli!" Diara menatap Jevar yang sedikit kebingungan. "Jangan bahas dia, bisa nggak?"

Jevar mengangguk. "Sekarang saatnya lo move on."

"Ya, gue harus move on."

"Ketemu orang baru juga."

Satu tangan Diara terkepal. Apa bisa dia bertemu dengan orang yang mencintainya tanpa melihat kesalahannya di masa lalu? Apa ada orang yang bisa menerimanya apa adanya dan anaknya kelak? Diara yakin orang seperti itu pasti ada, tapi di satu sisi dia juga takut.

"Ra!" Jevar menggerakkan kelima jarinya ke hadapan Diara. "Ada apa?"

Diara menatap Jevar. "Kayaknya gue nggak bisa ketemu orang baru."

"Loh? Kenapa enggak?"

"Pertama karena gue nggak siap," ujar Diara sambil memejamkan mata. "Kedua, kayaknya gue takut memulai hubungan."

"Petto bikin lo sampai trauma?"

"Terakhir, gue nggak yakin ada cowok yang mau nerima gue apa adanya." Diara melanjutkan kalimatnya tanpa menjawab pertanyaan Jevar. Dia membuka mata dan melihat sorot mata Jevar yang agak sendu. Lantas dia membuang muka sambil menghapus air mata yang keluar. "Hiks...."

Jevar merasa kesalahan Petto benar-benar fatal. Seorang Diara yang sebelumnya ceria, bicara agak jutek, tapi tetap sopan ke orang-orang, sekarang berubah menjadi Diara yang pesimis. Wanita itu terkesan menarik diri dari dunia luar. "Ra!"

"Jangan kasih tahu siapapun," pinta Diara sambil mengusap sudut mata. "Udah cukup jelas, kan, jawaban gue? Gue nggak mau jalin hubungan."

"Jadi, apa yang lo omongin waktu itu serius?" Jevar ingat dengan kalimat Diara di telepon hingga membuatnya frustrasi.

Diara menatap Jevar sepenuhnya. "Yang mana?"

"Yang lo bilang menjauh dari orang lain, terutama lelaki."

"Haha. Gue lupa pernah ngomong itu," jawab Diara sambil mengibaskan tangan. "Tapi, ya! Emang itu yang gue perluin."

Perasaan Jevar campur aduk. Dia pikir setelah Diara putus dengan Petto, dia bisa mengambil hatinya. Ini semua karena dia terlalu percaya diri. Tidak semua wanita menyukainya meski dia tampan.

Jevar menunduk saat dadanya diremas kuat. Sungguh, ini tidak seperti bayangan. Apalagi, Diara menolaknya dengan wajah sedih. Akan lebih baik jika wanita itu kembali jutek kemudian bersikap biasa saja. Setidaknya Diara bisa saja.

"Sorry," ujar Diara saat Jevar tidak lagi bersuara.

Tidak ada respons dari Jevar. Dia berusaha menguasai diri. Cinta memang seperti itu, kan? Diterima atau ditolak, sebenarnya pilihannya hanya itu. Jevar memaksakan senyuman. Dia harus berbesar hati karena Diara menolaknya.

All Over AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang