AGAIN-14

264 47 16
                                    

Bugh....

Diara meletakkan tas begitu saja lalu menuju ranjang. Dia tahu pakaian yang dikenakan masih kotor dan tidak seharusnya dia berbaring. Namun, tubuhnya begitu lelah dan tidak bisa ditahan lagi.

"Pulang-pulang langsung tidur. Mandi dulu, Dek!"

"Capek, Ma!" Diara berbaring miring dan melihat mamanya masuk. Dia mengernyit melihat mamanya membawa oleh-oleh. "Dari mana?"

"Barusan ada ojek nganter. Dari tante kayaknya." Mama Diara duduk di pinggir ranjang dan menatap ke tas anaknya yang tergeletak. "Kamu nggak beliin mama cemilan?"

Diara tersenyum kecil. "Ma, aku di sana pilek. Jadi  nggak kepikiran nyari oleh-oleh!"

"Emang dasar kamu males bawa."

"Hehehe...." Diara menarik selimut dan bersiap tidur.

Mama Diara mengguncang pundak anaknya. "Bersih-bersih dulu sana! Terus tidur," pintanya. "Besok tetep ke kantor?"

"Libur, Ma! Selasa masuk."

"Oh, ya, udah!" Mama Diara menepuk punggung anaknya. "Mandi dulu, Dek!"

Tidak ada respons dari Diara. Tubuhnya tidak bisa diajak bekerja sama lagi. Matanya seperti ada lem yang menempel. Belum lagi kakinya terasa pegal.

Saat perjalanan pulang, Diara senang karena duduk bersama Petto. Mereka bisa menikmati waktu dan mengobrol. Namun, pertengahan perjalanan Diara tertidur. Bangun-bangun saat sudah sampai. Itu saja dibangunkan oleh Petto.

Diara tanpa sadar tersenyum. Enaknya punya pacar sekantor, jika ada acara sekaligus menjadi momen pergi bersama. Diara juga senang karena tidak perlu menyembunyikan hubungannya lagi. Kecuali ke Tera dan Sarena.

"Dipikir nanti aja, deh!" gumam Diara sambil menarik selimut lebih tinggi.

***

Keadaan tidak jauh berbeda dengan Diara terjadi di sebuah apartemen. Sepatu dan tas tergeletak begitu saja di dekat pintu. Hanya tas kamera yang berada di meja ruang tengah. Itupun bukan tempat yang pas untuk meletakkan kamera.

Glek... Glek....

Begitu masuk apartemen, Jevar segera mengambil minuman. Dia menegaknya dengan haus kemudian membawa sisanya ke kamar. Botol itu diletakkan di nakas sedangkan dia segera berbaring.

Saat tengkurap dan merasa ada sesuatu yang tertindih, Jevar merogoh saku dan meletakkan ponsel begitu saja. Setelah itu dia memejamkan mata dan mencoba tidur.

Sayang, lima menit berlalu, tapi Jevar tidak kunjung terlelap. Dia tidak bisa tidur jika tidak mandi dulu. Kulitnya terasa lengket, tentu saja karena seharian dia di luar.

"Ah! Males banget pindah!" geram Jevar lalu memaksakan diri untuk duduk.

Jevar mengacak rambut hingga perhatiannya tertuju ke ponsel. Dia mengambil benda itu dan melihat beberapa pesan grup. Dia melihat beberapa foto yang dikirim. Malas, Jevar meletakkan ponsel begitu saja lantas beranjak menuju kamar mandi.

Tidak sampai sepuluh menit, Jevar keluar kamar dengan wajah segar dan pakaian santai. Dia mengambil kamera dan melepas memorinya. Setelah itu memasangkan di laptop.

Jevar melihat foto terbaru yang diambil di hutan pinus. Dia sempat menjadi fotografer bagi teman-temannya yang akan mengikuti kontes. Untungnya, juniornya yang lain mau membantu. Hingga, Jevar memiliki beberapa foto untuk dikirim ke kontes.

"Mereka kelihatan happy semua," gumam Jevar melihat foto bersama mereka sebelum pulang dari hutan pinus.

Jevar memperbesar foto itu hingga melihat satu persatu wajah. Dia melihat Prita yang tersenyum meski wajahnya kelelahan. Dia melihat Pak Wawan dan Bu Hasanah yang saling memeluk mesra. Hingga, dia melihat Diara yang melingkarkan tangan ke lengan Petto.

All Over AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang