AGAIN-40

218 40 19
                                    

Delapan jam sebelumnya.

Sebuah mobil keluar dari restoran disusul oleh mobil putih yang mengikuti. Di mobil belakang, Diara duduk tanpa mengenakan sabuk pengaman. Pandangannya terarah ke depan, tapi pikirannya tertuju ke tempat lain.

Di samping Diara, Petto melirik sekilas. "Mau tanya apa?"

"Yakin mau jawab?"

"Sebisa mungkin gue jawab." Petto yakin Diara akan menginterogasinya. Dia menegakkan tubuh dan mencoba fokus. Meski fokusnya terpecah karena harus mengemudi.

Diara menoleh ke Petto. "Gimana awalnya lo kerja sama sama dia?"

Petto tersenyum. "Setelah kita makan pizza, gue ke tempat Jevar. Ternyata dia ngikutin," ujarnya. "Dia minta bantuan buat deket sama Jevar lagi."

"Kan, gue bilang Jevar nggak ada hubungan apapun sama dia."

"Tapi, kan, kita nggak tahu hati seseorang," jawab Petto sambil melirik sekilas.

"Terus setelah itu?"

"Dia hubungi gue."

Kedua tangan Diara terkepal. Mengapa Petto bahkan tidak memberitahunya sedikitpun? "Lo nggak percaya gue, ya?"

"Bukan nggak percaya, Ra!" jelas Petto cepat. "Catrin sendiri yang mohon biar nggak ada orang lain yang tahu."

"Tapi, kan, dia tahu kita pacaran."

"Nggak harus semua diomongin, kan?" Petto mencoba bersabar. "Soal temen-temen lo, curhatan mereka juga nggak lo ceritain ke gue, kan? Ya kayak gitu."

Ucapan Petto memang benar. Namun, Diara masih tidak bisa menerima itu. "Terus seberapa sering lo ke tempat dia?"

Barulah tubuh Petto menegang. Dia melirik Diara dan mencoba tersenyum. Namun, pacarnya itu terus menatapnya tajam. "Cuma beberapa kali."

"Gue yakin, lo nggak ketemu Sandi, kan?" selidik Diara. "Kayaknya lo juga nggak pernah punya temen yang namanya Sandi."

"Ya udah, iya!"

Kecurigaan Diara terjawab sudah. Dia menatap depan sambil menggaruk pelipis. "Kenapa harus bohong sampai segitunya, sih?"

"Terus gue harus jawab apa? Lo nggak akan percaya."

"Ya... Duh...." Diara bingung harus menjawab apa.

Petto mengusap pundak Diara menenangkan. "Terus, lo tadi ngobrol sama Catrin? Dia bilang apa aja?"

Sorot mata Diara kembali menajam. Dia ingat sekali Catrin yang tersenyum penuh kemenangan. "Lo nggak ada apa-apa sama dia, kan?"

"Hahaha. Nggak ada, lah!" jawab Petto sambil menahan tawa. "Kenapa? Lo ngerasa gue selingkuh sama dia?"

"Pas di apartemen kalian ngapain aja?"

Rahang Petto mengeras. "Harus tanya segitunya?" geramnya. "Gue udah jujur ke lo. Masih aja nggak percaya."

"Wajar gue nggak percaya!" Diara menghadap Petto. "Dia kayak nyembunyiin sesuatu. Dia seolah-olah tahu banyak tentang lo."

"Lo pacar gue, kan? Harusnya lo nggak terusik sama kayak gituan."

"Kok lo kelihatan santai?" tanya Diara melihat Petto yang sesekali tersenyum. Menurutnya ini masalah berat, karena menyangkut menjaga kepercayaan. "Lo terlalu yakin nggak ada apa-apa atau lo anggap gue ini bodoh?"

"Diara!"

Tubuh Diara berjingkat mendengar teriakan itu. Dia melihat rahang Petto yang mengeras. Kedua tangan lelaki itu juga memegang kemudi dengan erat. Bulu kuduk Diara seketika meremang. Dia menatap depan dan bergeser semakin mendekati pintu.

All Over AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang