"Aduh...."
Perjalanan jauh telah dilewati. Rasa pegal karena terlalu lama duduk akhirnya berakhir. Diara keluar dari mobil sambil memegang pinggang. Setelah itu dia menggerakkan kakinya yang beberapa kali kesemutan.
"Akhirnya ke sini lagi!" Diara merentangkan tangan kemudian mendongak.
Awan biru menyambut Diara. Angin yang berembus juga tidak ingin kalah menyapa. Diara menurunkan tangan dan berbalik. Petto sedang mengeluarkan barang-barangnya.
"Sayang...." Diara mendekat dan mengambil alih tasnya. Namun, belum sempat memakai tas itu Petto menariknya lagi.
"Biar gue yang bawa!" Petto membawa tas itu di tangan kanan. "Lo bawain kamera aja!"
Diara melihat tas kamera tergeletak di bangku belakang. Dia mengambil benda itu dan menyampirkan di pundak. "Kita istirahat dulu, kan?"
"Iya. Nanti agak sore jalan."
"Untung, deh! Capek soalnya!" Diara tersenyum kecil.
Petto ikut tersenyum. Dia berjalan lebih dulu menuju meja resepsionis. Sedangkan Diara masih berada di ambang pintu, menatap vila bernuansa kayu itu dengan saksama.
Saat bersama orang kantor, Diara tidak sempat memperhatikan ruangan sekitar. Dia baru tahu jika di resepsionis ada lukisan burung dara. Tidak hanya itu, ada perapian yang sepertinya sudah lama tidak digunakan.
"Ayo, Ra!" Petto menggerakkan tangan meminta Diara mengikuti.
Diara melangkah mengikuti Petto. "Gue di kamar mana?"
Petto menunjukkan kunci yang dipegang dan ada tulisan nomor lima. Setelah itu dia kembali menggenggam dan melewati tangga.
"Kalau kamar lo?" tanya Diara ingin tahu.
"Gue pesen satu kamar."
"Ha?"
Langkah Petto terhenti. Dia menoleh melihat Diara yang juga berhenti menaiki tangga. "Ranjangnya ada dua, kan? Tenang aja."
Diara menggaruk pelipis. "Kamar lain juga ada yang ranjangnya satu," ujarnya. "Kita bisa pesan itu dua kamar."
"Mau tuker aja?" tanya Petto.
"Kalau lo nggak keberatan."
Petto mengangguk. Dia menuruni tangga dan meletakkan tas di samping kaki Diara. "Gue urus dulu."
"Nanti aja, deh!" Diara menahan tangan Petto. Dia bisa melihat lelaki itu kelelahan. Tega sekali dia jika menyuruh ini itu.
"Enggak!"
"Nanti aja!"
Petto melihat Diara yang tersenyum samar. "Oke!" Dia mengambil tas Diara lagi dan melanjutkan langkah.
Diara mengikuti sambil mencoba tidak terlalu memikirkan hal barusan. Begitu sampai kamar, dia mendapati ruangan yang lebih luas. Ada satu ranjang yang lebih besar dan satunya seukuran ranjang queen.
Pandangan Diara teruju ke jendela besar yang telah terbuka. Dia meletakkan kamera di atas meja dan menuju balkon. Matanya mengerjab, melihat pemandangan depan dari lantai dua. Dia baru tahu, jika ada gunung tinggi dan hampir terlihat pepohonan hijau. Saat itu, dia hanya tahu ada gunung dari kejauhan. Namun, tidak disangka jika sedekat itu.
"Lebih bagus dari kemarin, kan?" tanya Petto sambil meletakkan tas di samping ranjang. Dia melepas jaket kemudian duduk di sofa. "Kayaknya dulu di tempatin Pak Wawan."
"Lebih mahal, dong!"
"Lumayan!"
Diara menoleh ke belakang. Petto sepertinya benar-benar ingin liburan. Bahkan dia hanya terima jadi. Namun, tetap banyak mau.
KAMU SEDANG MEMBACA
All Over Again
General Fiction[ALL SERIES 3] Diara memiliki hubungan rahasia dengan Petto, mantannya saat kuliah dan mereka sekarang satu kantor. Di saat seperti itu, ada Jevar yang banyak digandrungi wanita di kantor. Banyak yang menebak jika kelak Diara yang berhasil mendapatk...