67.HAMPA

2K 135 48
                                    

Pemakaman bunda Sefti baru saja selesai sore ini, orang-orang yang ikut mengantar almarhumah bunda Sefti ke tempat peristirahatan terakhirnya pun satu persatu mulai pergi.

Ada pun beberapa orang yang memberikan sedikit support pada Adam, namun hal itu tak berpengaruh pada pemuda yang sekarang sedang menatap lekat tumpukan tanah merah itu.

Tes

Air matanya kembali menetes, ia sudah menahannya tapi apa daya setiap kali ia mengingat wajah bundanya hatinya akan berdenyut sakit.

"Bos, lo yang sabar ya!"ucap Evan seraya mengusap bahu Adam.

Sebagian anggota The Eagle ikut mengantar almarhumah begitu juga dengan keempat sahabatnya yang sekarang menatap prihatin leader mereka.

"Lo harus tabah, lo harus bisa ikhlas bos, gue tau ini berat banget buat lo tapi lo gak bisa nangisin bunda terus-terusan!"Lio ikut memberi sedikit pengertian pada Adam.

Yang diajak bicara hanya diam sambil terus mengusap papan nisan bertuliskan nama bundanya.

"Hahhh...Wa!"panggil Lio pada gadis yang setia bertekuk lutut disamping Adam.

Hawa menoleh. "Kayaknya kita pulang ya, keadaan Adam gak memungkinkan untuk diajak ngobrol, lo temenin dia ya, gue yakin lo tepat buat jadi sandaran Adam, kita pamit assalamu'alaikum!"salam Lio.

Ia dan ketiga sahabatnya bersama anggota The Eagle pun pergi setelah mendapat jawaban salam dari Hawa.

"K-kak!"

Hawa menyentuh pundak Adam, pemuda itu benar-benar diam tak bergerak sedikit pun, begitu juga dengan uminya dan Zifa yang hanya diam sambil meratapi tumpukkan tanah kuburan itu.

"Kita pulang yuk!"ajak Hawa dengan nada lembutnya.

Adam tak menunjukkan respon apapun.

"Nak Adam!"

Setelah beberapa menit terdiam akhirnya umi Zahrin pun buka suara.

"Pulang ya, kamu butuh istirahat, jangan terlalu larut dalam kesedihan!"ujar umi Zahrin, lagi-lagi Adam tak merespon.

Hawa dan umi saling tatap, mereka sama-sama menghela nafas kecil.

"Emm...umi pasti capek, umi mendingan pulang,"usul Hawa.

"Tapi kamu sama Adam?"

"Udah gak papa, nanti biar Hawa tunggu kak Adam,"

"Hawa bener mi, umi mendingan pulang ya Zifa anter, umi pasti capek banget kan,"Zifa memegang pundak umi Zahrin.

"Yaudah umi pulang ya nak, jangan biarin Adam sendirian, assalamu'alaikum!"salam umi dan berlalu pergi bersama Zifa.

Kini tersisalah Adam dan Hawa dengan Adam yang masih setia menatap papan nisan.

"Kak, ikhlasin bunda kakak gak bisa terus tangisin kepergian bunda, bunda juga pasti udah tenang disana,"

Hawa kembali memegang pundak Adam.

Gludug...gludug...gludug

Terdengar suara gemuruh petir, Hawa mendongakkan kepalanya.

Gelap, agaknya hari ini akan turun hujan terlihat cuaca sudah tidak bersahabat.

"Kak ayo kita pulang bentar lagi kayaknya mau ujan,"Hawa kembali mencoba mengajak Adam pulang.

"Gue gak mau tinggalin bunda,"

"Aku tau ini gak mudah buat kakak, tapi kakak juga gak bisa kayak gini,"

Byurrr

Tiba-tiba hujan turun dengan begitu derasnya mengguyur tanah.

THE EAGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang