93.ALEONA

1K 48 10
                                    

"Dasar cewek gila, dia pikir dia siapa ancem-ancem gue kayak gitu!"cerca Adam.

Namun di pertengahan jalan tiba-tiba Hawa menghentikan langkahnya, Adam pun melakukan hal yang sama.

"Kenapa, ra?"tanya Adam.

"Kak, kalo semisal dia beneran lakuin apa yang dia ucapin?!"Hawa nampak takut dan gelisah.

"Ra, lo takut sama ancaman dia? Toh, kita juga udah nikah, terserah kalo dia mau sebar gosip tentang hubungan kita!"balas Adam.

"Kak, coba kamu pikirin! Ini gosip, dia bisa ngelebih-lebihin fakta yang ada, bahkan bisa aja dia tambahin fakta yang gak nyata adanya!"ujar Hawa.

Adam berpikir sejenak, apa yang Hawa katakan ada benarnya juga, bagaimana jika Aleona melakukan sesuatu yang akan berakibat fatal.

"Lo, bener! Tapi lo tenang ya, kita cukup waspada aja untuk sekarang, lo pegang ucapan gue! Gue bakalan terus ada di samping lo dalam kondisi apa pun!"ucap Adam dengan menggenggam kedua tangan Hawa.

Detik berikutnya Hawa melepas genggaman Adam. "Aku gak bisa langsung pegang ucapan kamu, belajar dari yang udah-udah kamu ingkar sama apa yang kamu janjiin ke aku, yang pada akhirnya kamu khianatin aku!"

"Tapi sekarang lo udah tau faktanya, kan!"Adam nampak memelas.

"Tapi bukan berarti aku semudah itu untuk berlapang dada sama apa yang udah terjadi. Kak! Selama ini aku sabar sama sikap kamu, dan sekarang kesabaran itu udah habis, aku capek!"keluh Hawa.

Sedikit lagi air mata Hawa akan jatuh, bertepatan dengan itu Adam menarik tubuh Hawa ke dalam pelukannya.

"Maaf, wa! Maafin semua kesalahan gue, gue bener-bener nyesel! Gue tau kesalahan gue sulit buat lo maafin, tapi sekarang gue sadar gak ada lagi tempat paling nyaman untuk pulang selain lo,"ucap Adam tulus.

Hawa tetap pada posisinya, tidak pun membalas pelukan Adam.

"Biarin aku nenangin pikiran aku dulu, kak! Aku bener-bener udah pusing, capek sama apa yang udah terjadi, jadi aku harap kamu bisa ngerti kak,"balas Hawa.

Ia melepaskan dirinya dari dekapan Adam, kemudian berlalu begitu saja meninggalkan Adam seorang diri.

---

Siang ini Irsyam tengah menghabiskan waktunya bermain di halaman rumah bersama dengan bi Ira yang setia menemani tuan ciliknya itu.

"Mainnya hati-hati, den!"peringat bi Ira saat melihat Irsyam berlari-lari sambil melayangkan pesawat di tangannya.

"Iya, bi!"sahut Irsyam sambil berlari-lari.

Seperkian detik berikutnya Irsyam tersandung hingga akhirnya tersungkur di tanah.

"Aduh!"rintih Irsyam.

"Astaghfirullah, den Irsyam!"

Bi Ira sigap menghampiri Irsyam dan membantunya bangkit dari posisinya.

"Sshh, aduh! Kaki Isyam sakit,"keluh Irsyam sambil memegangi kakinya yang sudah mengeluarkan darah segar.

"Ya Allah, kaki aden berdarah!"seru bi Ira yang nampak panik.

Namun beberapa saat kemudian ia merasa ada yang memperhatikan mereka di sebrang sana, bi Ira sontak menolehkan pandangannya ke arah sosok tersebut yang merupakan seorang pria bertubuh tinggi tengah melihat tepat ke arah mereka.

Bi Ira yang merasa takut segera mengajak Irsyam masuk ke rumah. "Nanti bibi obatin luka aden ya, sekarang kita masuk ke rumah!"

Dengan gerakan cepat bi Ira menuntun Irsyam membawa anak laki-laki itu ke dalam rumah.

THE EAGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang