95. ANCAMAN ALEONA

289 23 0
                                    

"Wa, tunggu wa! Lo mau kemana?"Adam terus mengejar Hawa yang tiba-tiba pergi begitu saja dari cafe.

Sambil menggandeng tangan Irsyam, ia berusaha menyusul langkah cepat Hawa.

"Hawa, tunggu!"seru Adam.

"Bunda!"panggil Irsyam.

Seperti sebuah sihir, panggilan Irsyam berhasil menghentikan langkah Hawa. Gadis itu menoleh ke belakang kemudian berhambur memeluk Irsyam.

"Isyam!"lirih Hawa.

"Bunda kenapa?"tanya Irsyam, tangan kecilnya terangkat membalas pelukan Hawa.

Adam yang melihat adegan itu hanya berdiri mematung, begitu juga dua sejoli Maul dan Intan yang spontan menghentikan langkah saat mendapati Hawa sedang memeluk Irsyam.

"Itu mereka, kak! Ayo kita kesana!"Intan hendak menghampiri ketiganya namun Maul dengan sigap menahan lengan baju gadis itu sambil menggelengkan kepalanya.

"Biarin mereka bicara dulu,"ujar Maul.

Intan pun mengurungkan niatnya setelah mendengar larangan dari Maul.

"Bunda pengen peluk Isyam yang lama,"ucap Hawa di balik punggung Irsyam.

Air mata Hawa kian membasahi kedua pipinya, rasa sesak di dadanya kembali hadir, bayangan Adam yang sudah mengkhianatinya kembali berputar di ingatannya, semuanya terasa berubah dalam satu kedipan mata.

"Ayah!"panggil Irsyam kepada Adam dengan tatapan mata penuh tanya.

"Wa, lepas dulu Irsyam! Dia bingung liat lo kayak gini,"bujuk Adam.

Namun Hawa enggan beranjak dari posisinya. "Hawa, lo gak mau kan kalo sampe Irsyam tau permasalahan antara kita!"bisik Adam yang masih terus berusaha membujuk Hawa.

Baru lah Hawa menghentikan tangisannya saat mendengar penuturan Adam, perlahan gadis itu melepas pelukannya pada Irsyam dan mulai menghapus jejak air mata di pipinya.

"Kita pulang, oke! Lo boleh luapin semuanya nanti di rumah,"pungkas Adam.

"Jangan nangis, bunda!"ucap Irsyam sambil mengusap air mata yang masih bersisa di pipi Hawa.

Sang empu lantas tersenyum dan mencium telapak tangan Irsyam yang mengusap air matanya. "Pulang yuk, bunda mau lanjutin peluk Isyam di rumah!"ajak Hawa yang kemudian menggenggam tangan Irsyam.

Keduanya mulai berlalu pergi meninggalkan Adam seorang diri disana, Adam menatap nanar kepergian dua orang kesayangannya itu hingga detik berikutnya ia menoleh ke belakang dan mendapati Maul yang sudah memberinya kode untuk menenangkan.

Setelah itu Adam pun ikut pergi menyusul Hawa dan Irsyam.

"Diliat-liat kasian juga kak Adam,"cetus Intan.

"Ya mau gimana lagi, tan! Salah sendiri berulah,"balas Maul.

Sedetik kemudian Intan menoleh ke arah Maul yang berdiri di sampingnya. "Awas lo kak sampe coba-coba maenin perasaan gue nanti!"peringat Intan.

"Ya ampun Intan sayangku, cintaku! Amit-amit, mana mungkin gue berani maenin lo, nih ya buat dapetin lo bukan perkara yang gampang, gue harus latihan mental dulu takut-takut lo tolak begitu gue lamar lo!"oceh Maul.

Intan mencebik. "Dih, lebay lo!"cibir Intan, padahal dalam hatinya mati-matian ia menahan salting apalagi mendengar panggilan manis dari pemuda itu.

"Lah, beneran gue! Malah dikata lebay,"protes Maul.

"Ck, udah ah buruan ayo pulang!"ajak Intan.

"Gak akan mampir kemana dulu gitu?"tawar Maul.

Intan nampak berpikir. "Boleh deh, ke mall sana yuk! Ada yang mau gue beli,"ujar Intan.

THE EAGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang