74.MAAF

1.5K 79 3
                                    

Adam baru saja sampai dirumahnya, setelah menghabiskan sebagian waktunya dimarkas, ia pun memutuskan untuk pulang, terlebih ia juga sudah merasa lelah.

Ceklek

Dibukanya pintu rumah besar itu yang kosong melompong.

"Eh den, udah pulang,"ujar bi Ira yang datang dari arah dapur.

"Hawa mana?"tanya Adam tanpa ekspresi.

"Ciee si aden, tumben yang ditanyain neng Hawa,"goda bi Ira, Adam terlihat menahan salting.

"Neng Hawa dikamarnya, kayaknya sih lagi shalat isya,"jelas bi Ira.

Adam pun mulai menaiki anak tangga menuju kamarnya, namun ditangga terakhir ia seperti mendengar suara tangis yang berasal dari kamar yang terletak di samping kamarnya, ya kamar Hawa.

"Hiks...hiks..."

Merasa penasaran, Adam pun perlahan mendekati kamar itu, ia mengintip apa yang terjadi di dalam sana melalui celah pintu, terlihat seorang gadis sedang bersimpuh di atas sejadah, dengan kedua tangan menengadah ke atas, ya Hawa tentunya.

"Ya Allah, terkadang hati ini lelah terus mengharapkan seseorang yang bahkan tak pernah sekali pun melirik hamba hiks...tapi hamba yakin Engkau bisa dengan mudah membolak-balikan hati makhluk-Mu,"selesai dengan do'anya Hawa pun mengusapkan kedua telapak tangan ke wajahnya.

Dari luar, Adam terus mengintip setiap gerak-gerik Hawa yang kini meraih bingkai foto di atas nakasnya.

"Bund, Hawa kangen, Hawa pengen peluk bunda, Hawa sekarang sendiri bunda hiks...Hawa kesepian asal bunda tau, Hawa capek bunda, oh iya nanti kalo hari libur Hawa udah ada rencana mau ke rumah bunda dan Hawa mau cerita yang baaanyak sama bunda hehe..."Hawa terkekeh sumbang diiringi tangisannya.

Adam pun memasuki kamar Hawa secara mengendap, penerangan dikamar ini begitu redup karena Hawa yang hanya menyalakan lampu tidur.

"Hiks...hiks..."isak tangis Hawa masih terdengar.

Adam semakin mendekati Hawa yang duduk ditepian kasurnya, ia pun memegang pundak Hawa yang membuat gadis itu terlonjak dan buru-buru menghapus air matanya.

"Eh, kak!"sapa Hawa dengan raut wajah kembali ceria.

"Kenapa?"tanya Adam tanpa ekspresi.

"E-enggak,"Hawa menggeleng kuat.

"Air mata dipipi lo gak bisa bohong,"Adam mengusap air mata yang masih bersisa dipipi Hawa menggunakan ibu jarinya.

"Apa yang bikin lo kayak gini?"Adam kembali bertanya.

Hawa, dia terus menundukkan pandangannya menahan air mata yang akan kembali meluncur, dan Hawa pun sudah tidak bisa membendungnya, akhirnya buliran bening itu meluncur bebas dipipinya.

Tes

Air mata Hawa meluncur bebas, Adam yang melihat hal itu memegang bahu Hawa membuat sang empu mengangkat kepalanya.

"Jangan nangis!"ujar Adam lembut, kemudian menarik Hawa masuk ke dalam dekapannya.

"Hiks...hiks..."tangisan Hawa kembali menjadi, dipeluknya tubuh tegap Adam dengan erat.

"Hiks...b-bunda, aku mau ketemu bunda,"

"Sshhtt...hei, bunda udah tenang disana!"Adam mencoba menenangkan.

"Hiks...tapi semua ini terlalu cepat kak hiks...a-aku, aku m-masih pengen c-cerita banyak hal sama bunda hiks,"

"Hawa, dengerin gue!"Adam menangkup wajah Hawa.

THE EAGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang