69.PERPISAHAN

2.2K 132 15
                                    

Di balkon kamarnya Adam sedang menikmati suasana malam ini yang begitu tenang, tapi tidak dengan hatinya yang merasa kosong melompong seolah tidak merasakan apa-apa, memori tentang bundanya terus berputar dikepala, sembari ditemani sekaleng minuman sodanya.

Slruuuppp

Diseruputnya minuman tersebut, merasa bosan ia pun memilih untuk menambah teman dengan menyalakan satu batang rokok yang baru ia keluarkan dari bungkusnya.

Hendak menyalakan bensin untuk membakar benda tersebut, pergerakannya sudah lebih dulu dihentikan oleh seseorang yang memegang kedua tangannya.

Dilihatnya orang itu yang sudah berani menghentikannya, gadis cantik dengan balutan hijab instan yang sedang tersenyum ke arahnya.

"Jangan!"larang gadis itu yang tak lain dan tak bukan adalah Hawa.

"Soda, rokok, hmm...kasian badan kakak!"peringat Hawa.

"Gak usah sok peduli bisa!"ketus Adam.

Hawa tersenyum kemudian duduk dikursi samping Adam.

"Kakak masih kepikiran bunda?"tanya Hawa dengan nada lembutnya.

Adam tak menggubris, ia sibuk memejamkan matanya sambil merasakan setiap hembusan angin malam yang menerpa wajahnya.

Hawa yang melihat itu ikut melakukan hal yang sama, sampai tiba-tiba ia merasakan sesuatu dipundaknya yang membuat Hawa membuka matanya, terdapat kepala Adam yang disandarkan disana.

"Kenapa dunia gak adil sama gue?"tanya Adam dengan mata masih setia terpejam.

"Kakak gak boleh ngomong gitu, jangan karena kakak kehilangan satu hal yang paling berharga didunia ini kakak jadi suudzan sama Allah, kakak harus yakin kalo Allah pasti udah siapin takdir yang lebih baik dari ini,"Hawa mencoba memberi pengertian.

"Basi, bunda dulu sering bilang kayak gitu, tapi nyatanya takdir buruk selalu nimpa gue!"tukas Adam.

"Istighfar kak, itu bukan takdir buruk tapi ujian yang Allah kasih buat kakak,"

"Tapi apa harus ujiannya sampe bunda diambil!"

Hawa terdiam. "Ekhem...gini deh, seandainya bunda gak cepet Allah panggil, terus dia sakit-sakitan terus dan itu berkelanjutan bahkan gak sembuh-sembuh, apa kakak tega liat bunda menderita?"

Adam menggeleng. "Enggak kan, itu kenapa Allah ambil bunda karena Allah sayang banget sama bunda, Allah ngambil bunda dari kita itu biar bunda gak ngerasain sakit lagi,"

Adam kembali mengangkat kepalanya dan memposisikan tubuhnya seperti semula, kini matanya terbuka.

"Kenapa lo selalu deketin gue?"tanya Adam dengan pandangan lurus ke depan.

"Karena aku pengen jadi temen kakak,"

"Tapi gue benci sama lo!"

"Ya...gak papa,"

"Gue selalu kasarin lo!"

"Terus?"

"Ck, harusnya lo sakit hati terus nangis dong!"kesal Adam.

"Lho...ngapain harus nangis?"

"Lo ngerti gak sih, gue lagi bikin lo sakit hati!"

"Hihi..."Hawa malah terkekeh melihat tingkah laku Adam.

"Apa cengengesan?!"

"Kakak lucu tau gak,"celetuk Hawa.

"Gue gak lagi ngelawak!"

"Kak...kak, bisa-bisanya pengen bikin orang sakit hati bilang-bilang, lagi pula nih ya, emang aku sakit hati selama ini, enggak!"

Adam menatap gadis di sampingnya dengan tatapan tajamnya.

THE EAGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang