91.PENGKHIANATAN

1.9K 88 33
                                    

Bugh

Bugh

Bugh

Di bawah gelapnya langit malam, Hawa memukul samsak sekeras-kerasnya di balkon kamarnya. Sepulang dari mall dan membersihkan badan gadis itu langsung menuju balkon dan melakukan latihan bela diri seperti yang biasa ia lakukan.

Namun kali ini ia lakukan hal itu bukan untuk berlatih tapi semata-mata untuk meluapkan seluruh isi hatinya.

Suara petir mulai bergemuruh, sepertinya malam ini akan turun hujan, namun hal itu nampaknya tak diindahkan oleh Hawa, gadis itu masih tampak berenergi menghantam samsak di depannya dengan keringat yang semakin bercucuran dari dahinya, sesekali Hawa membenarkan posisi hijabnya dan kembali menghantam samsak tersebut.

Ingatannya kembali berputar pada pemandangan yang ia lihat sore tadi saat berada di mall. Dimana suaminya yang tengah berduaan dengan sosok gadis sambil bercanda dan tertawa ria, hati Hawa terasa hancur, seperti disambar petir di siang bolong, rasanya Hawa ingin berteriak detik itu juga, ia masih berharap ini hanya mimpi buruk, tapi tidak! Apalagi setelah ia memiliki bukti-bukti yang kuat jika suaminya itu telah berkhianat kepadanya.

"Tega!"

"Kamu tega, kak!"

Hanya kata itu yang terus terlontar dari mulut Hawa, dengan air mata yang bercucuran beriringan dengan keringatnya, kedua matanya merah, sebisa mungkin ia tetap mengontrol emosinya.

Hujan mulai turun dengan begitu derasnya, membasahi sekujur tubuh Hawa yang masih setia dengan samsaknya, padahal gemuruh serta gemerlap petir terdengar cukup keras dan mengerikan, diiringi dengan hembusan angin kencang. Namun nyatanya masih tak meruntuhkan pertahanan Hawa, gadis itu justru semakin menjadi, ia berteriak kencang beriringan dengan suara petir yang bergemuruh.

"ARRRGGHHHH!"

Pukulan Hawa semakin membabi buta.

---

Di lantai bawah, Adam baru saja sampai di rumah, pemuda itu tampak mengibas jaketnya yang basah terkena hujan.

"Eh, den Adam! Baru pulang,"seru bi Ira yang datang dari arah dapur.

"Hawa mana?"tanya Adam dengan nada andalannya.

"Neng Hawa terakhir bibi liat masuk ke kamarnya, den! Abis itu gak ada keliatan keluar lagi,"jawab bi Ira.

Adam hanya mengangguk singkat, kemudian mulai berlari menaiki setiap anak tangga rumahnya, pemuda itu tidak langsung masuk ke dalam kamarnya, melainkan memasuki kamar Hawa.

Ia tak sabar ingin memberikan apa yang ia bawa pada pujaan hatinya.

"Ra! Gue pulang!"ucap Adam seraya membuka pintu kamar Hawa.

Tapi ia heran, seisi kamar gadis itu gelap gulita, dan pintu balkon terbuka lebar hingga air hujan yang terbawa angin membasahi lantai kamar.

Adam lantas berjalan ke arah balkon dan hendak menutup pintu, namun ia dikejutkan dengan sosok istrinya yang sudah basah kuyup dibasahi air hujan tengah memukul-mukul samsak.

"Hawa!"pemuda itu sontak melepas tasnya serta kantung jeresek yang sedari tadi ia jinjing, otomatis seisi kue cubit yang ada di dalam box tersebut berhamburan ke lantai

Adam berusaha menghentikan perbuatan istrinya. "Lo ngapain, wa! Lo gila hah!? Berenti!"dengan gerakan cepat Adam memegang kedua tangan Hawa sehingga membuat pergerakan gadis itu terbatas.

"LEPAS! AKU MASIH MAU PUKUL SAMSAK ITU!"teriak Hawa di tengah derasnya hujan.

"GAK! LO APA-APAAN SIH! KENAPA? APA YANG BIKIN LO KAYAK GINI!?"

THE EAGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang