52.AMARAH ADAM

2K 125 17
                                    

"Tadi bunda di periksa dan dia katanya di vonis kanker stadium akhir,"Zifa menjelaskan dengan nada bergetar akibat menangis dan Hawa yang kini berlutut di hadapan Zifa yang duduk di kursi rumah sakit tidak menunjukkan reaksi apapun karena ia memang sudah mengetahui hal ini.

"Ya..aku tau kok kak,"balas Hawa, Zifa membelalakan matanya.

"Lo tau Wa?!"

"Iya aku tau,"Hawa menganggukkan kepalanya.

"Terus kenapa lo gak bilang sama gue Wa hiks..kenapa lo gak cerita ini kek gue, kenapa lo baru bilang sekarang hah hiks.."tangis Zifa semakin histeris.

"Maafin aku kak, aku juga disuruh bunda buat gak ngasih tau kalian hiks..bunda gak mau bikin keluarganya khawatir,"Hawa ikut berderai air mata,Intan mengusap punggung Hawa mencoba memberikan ketenangan.

"Berarti bunda selama ini sering sakit-sakitan itu karena dia mengidap kanker?"

"B-bunda..sering sakit?"tanya Hawa.

"Iya Wa, akhir-akhir ini dia sering sakit kepala dan bilangnya cuma pusing biasa, tapi kalo gue cek dia pas lagi tidur mukanya pucet banget,"papar Zifa.

"Ya Allah!"Hawa menutup wajahnya menggunakan telapak tangannya.

"Apa lo udah tau juga kalo bunda di perkirakan dokter hidup dia tinggal menghitung minggu?"tanya Zifa, Hawa menengadahkan kepalanya.

"Aku gak tau soal itu kak, t-tapi itu gak mungkin aku yakin bunda bisa bertahan dan dia bisa sembuh,"Hawa menolak menerima kenyataan.

"Tapi pernyataan dokter gitu Wa,"Zifa mencoba memberi pengertian.

"Enggak, itu dokter yang bilang kan umur seseorang gak ada yang tau, aku yakin bunda sembuh!"kekeh Hawa.

"Iya gue tau, tapi prediksi dokter udah seratus persen!"

"Gak mungkin cuma Allah yang tau bunda pasti sembuh kak bunda gak mungkin bakalan tinggalin kita, ini salah perkiraan dokter salah bunda masih bisa bertahan!"Hawa tetap pada pendiriannya.

"INI KANKER HAWA, KANKER STADIUM AKHIR KALO LO LUPA SEKERAS APAPUN LO TOLAK KENYATAAN PAHIT INI, KALO ALLAH UDAH BILANG 'KUN FAYAKUN' KITA BISA APA HAH?!"Zifa sampai membentak Hawa agar ia mau mengerti.

"Hiks..hiks.."Hawa hanya mampu terisak.

"Gue tau..gue tau ini berat buat lo, wanita yang belum lama ini jadi mertua lo di vonis penyakit yang mengancam nyawa dia gue tau..ini juga berat buat gue Wa, dia juga berharga di hidup gue,"kini suara Zifa merendah, ia memegang bahu Hawa.

"Tapi aku gak mau kehilangan bunda kak hiks.."tangisan Hawa semakin menjadi.

"Gue juga Hawa,"Zifa langsung membawa Hawa ke pelukannya.

"Hiks..aku pengen bunda sehat lagi,"Hawa memeluk Zifa erat.

"Iya Wa itu juga harapan gue, tugas kita sekarang terus berdo'a semoga hal yang gak diinginkan gak terjadi ya,"Zifa mengusap kepala Hawa sayang.

"Udah ya, jangan nangis lagi!"Zifa mengusap pipi Hawa yang basah oleh air mata,Hawa mengangguk dan kembali memeluk Zifa.

---

"Shhtt..Hawa sama Intan mana?"bisik Aul yang duduk di belakang Nesa.

"Gue juga gak tau,"balas Nesa yang sama-sama berbisik.

"Bentar lagi udah mau pulang, tapi kok mereka gak ada masuk ke kelas ya?"bingung Shalsa.

"Iya mangkanya,"sahut Nesa.

"Bagi yang sudah boleh di kumpulkan kertas ulangannya,"ucap guru pengawas dan satu persatu murid yang sudah selesai mengisi lembar ujian mulai mengumpulkannya.

THE EAGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang