Bagian 15

22.5K 1.1K 8
                                    

Basmal

Aku gelisah tidak berhenti melihat hanfhone yang sedari berada digenggamanku. Sedari tadi aku mondar-mandir tidak jelas menunggu Cece yang belum juga kembali.

Aku tidak kemana-mana hari ini karena sangat malas dan hanya ingin tidur menikmati hari libur. Biasanya diwaktu libur begini, Cece akan membuat kue-kue di dapur. Namun kali ini, Cece tidak dirumah dan belum juga pulang. Ini sudah jam sembilan malam. Biasanya Cece akan pulang tidak lebih dari jam tujuh malam.

Suara mobil terdengar membuat aku pura-pura duduk santai di ruang tamu sembari memainkan handfhone. Aku sedikit lega saat melihat Cece pulang dengan keadaan baik-baik saja. Aku melihat Cece masuk melihatku agak terkejut, lalu begitu saja pergi dari hadapanku.

Why? Kenapa dengan wanita itu?? Apakah dia kepikiran dengan apa yang diucapkan tante Tari?? Aku melangkah mendekati ia yang duduk dimeja makan dengan wajah tenang seperti biasa. Ia hanya melirikku sekilas.

"Kamu sudah makan? Sakit perutnya juga sudah sembuh?"

Aku melihat ia menatapku, akupun tidak tau kenapa pula aku bertanya soal ini. Karena rasanya ahhh entahlah otakku kacau, sedikit khawatir karena ia berangkat pagi-pagi tidak sarapan dan pulangnya sampai malam begini. Sebenarnya apa yang terjadi pada sahabatnya  hingga Cece mengunjunginya pagi-pagi sekali???

"Sudah, maaf tadi pagi saya tidak memasak". Sahutnya sembari meminum susu kotak ditangannya.

Ada perasaan kecewa saat ia mengatakan bahwa ia sudah selesai makan malam. Karena sedari tadi aku menunggu dia, bahkan aku pun sudah menghangatkan masakan yang aku buat tadi pagi. Yah, meskipun bentuk makanan yang aku masak tidak estetik, tapi rasanya cukup lumayan.

"Oke". Dengan perasaan gondok, aku pergi dari meja makan meninggalkan Cece yang menatapku bingung. Nafsu makanku sudah hilang entah kemana.

_____________

Cece sengaja pulang agak malam menghindari Basmal. Tetapi, justru ia terkejut saat melihat Basmal di ruang tamu belum tidur. Lebih terkejut lagi ketika Basmal menghampirinya di meja makan menanyakan apakah ia sudah makan dan apakah sakit perutnya sudah sembuh?? Hah.... padahal sakit perut yang dikatakan Cece kemarin hanyalah alibinya saja.

Tapi sayangnya, ia sudah makan jadi ia mengatakan jika ia sudah selesai. Namun setelahnya, Basmal pergi begitu saja dengan wajah kesal. Cece mengedikkan bahu, lalu ia bertanya-tanya apakah Basmal masak?

Dengan perasaan penasaran, Cece membuka tudung saji. Perasaan tidak tega mengusik dirinya, melihat masakan yang acak-acakan dengan sisa yang masih banyak membuktikan bahwa Basmal belum makan malam. Apa ia menunggunya?? Cece tersenyum sinis, tidak mungkin Basmal menunggunya.

Cece masuk kedalam kamar melihat Basmal sudah tengkurap memejamkan mata. Cece duduk disamping ranjang "Kamu belum makan?? Mau saya temani??"

"Sudah tidak nafsu".

Cece menggeleng, tidak menyangka jika Basmal suka ngambek begini. "Saya temani, saya akan ikut makan".

Mata Basmal terbuka melihat Cece yang tengah menatapnya "Kamu kan sudah makan??"

"Makanan di Cafe terlalu sedikit porsinya". Kata Cece singkat memutus tatapan mereka lalu beranjak lebih dulu ke dapur.

Diam-diam Basmal tersenyum mengigit bantalnya, ia segera bangkit dari tempat tidur menghampiri Cece yang tengah menyentong nasi untuknya.

Basmal duduk dengan semangat di meja makan melihat Cece mengambil lauk yang sialnya hancur lebur membuat Basmal meringis malu. Namun, tampaknya Cece biasa saja.

Setelah mengambilkan makanan untuk Basmal, ia mengambilnya untuk dirinya sendiri. Sungguh, Cece tidak mengerti konsepnya bagaimana Basmal memotong wortel, kentang dengan ukuran besar begini. Jangan lupakan ikan yang sedikit gosong.

Basmal ketar ketir melihat Cece menyuapkan makanan kemulutnya. "Rasanya aneh???" Tanya Basmal sembari memasukkan makanan miliknya kedalam mulut.

"Enak". Cece tidak bohong kok, rasanya memang cukup enak.

"Kalau gak enak, jangan dipaksakan".

Cece tersenyum tipis "Ini enak, saya suka".

Telinga Basmal memerah mendengar pujian Cece tentang masakannya. Ada perasaan senang saat Cece menyukai masakannya meskipun tampilannya benar-benar mengenaskan.

Sial, ada apa dengan dirinya? Kenapa dia justru mendadak blushing layaknya bocah ABG?. Padahal Cece hanya mengucapkan kata suka.

"Kamu memang suka yang besar-besar ya??"

Basmal tergagap "Hah??? Mm..maksudnya???" Kampret, kenapa pertanyaan Cece kedengarannya ambigu ditelinganya.

Ya, dia memang suka yang besar-besar apalagi melihat dada Cece yang besar, bokongnya yang bulat, sungguh ia sangat menyukai itu. Basmal mengerjapkan matanya, sial... kenapa dia malah memandang intens dada Cece?.

"Potongan wortel sama kentangnya besar-besar tapi enak".

Ahh... ternyata wortel dan kentang??? kenapa otaknya malah mendadak tidak beres begini?? Basmal enggan menjawab kembali dan memilih menyantap makanannya dengan lahap. Setelah makan malam selesai Basmal melirik Cece yang membereskan piring sisa makanan mereka.

"Soal apa yang dikatakan tante Tari, tidak perlu dipikirkan"

Cece terdiam sejenak meletakkan piring kotor "Oke". Sahut Cece singkat lalu pergi tanpa mencuci piring kotor terlebih dahulu.

Andai Basmal tahu, jika apa yang dikatakan tante Tari bukanlah hal yang besar. Hal yang besar adalah saat ia mendengar sahabat Basmal mengolok-oloknya justru Basmal diam, dan ucapan Basmal semalam sudah cukup membuatnya amat terluka. Cece memilik membersihkan tubuhnya, kembali menangis dalam diam meluapkan rasa sakit didadanya yang sangat sesak.

_______________
Jangan lupa vote dan komennya☺

'PRINCƏSS (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang