Bagian 35

23.4K 1.1K 7
                                    

"Obat tidur dan penenang? Kamu serius?" Basmal menatap Omar tajam membuat bulu kuduknya mendadak berdiri. Aura Basmal memang sangat meyeramkan ketika mode seperti ini.

"Serius Bos". Ujar Omar yakin

"Kamu tanya sama siapa?"

"Sahabat saya seorang dokter dan saya juga punya teman anak farmasi. Mereka tidak mungkin salah bos". Omar kembali meyakinkan.

Basmal mematung, apa yang tidak ia ketahui tentang istrinya? Ya Tuhan, obat tidur dan penenang? Jangan kira ia bodoh, ia tahu, ia sangat tahu, orang yang mengkonsumsi obat itu adalah orang yang... tidak, tidak.

Basmal segera berdiri dan keluar dari ruangannya meninggalkan Omar tanpa sepatah kata. Basmal tergesa-gesa menuju parkiran dan menjalankan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Bayangan wajah istrinya yang mengingau saat tertidur disampingnya membuat Basmal semakin kalut.

"Brengsek, gue brengsek, kenapa? Kenapa gue ngak pekka, Astaga ya Allah Cece, maaf.." Basmal memukul stirnya keras-keras, dengan mata memerah menahan tangis.

Beberapa menit kemudian, mobil  Basmal tiba dirumahnya, dengan langkah tergesa-gesa  ia sedikit berlari mencari Cece.

"Cece dimana?" Tanya Basmal pada Bi Rara

"Nyonya dikamarnya tuan," Sahut Bi Rara sedikit heran karena majikananya agak sedikit kusut dengan wajah yang terlihat sedih.

Basmal segera berlari menuju kamar mereka dilantai atas lalu membuka pintu kamar mereka. Hati Basmal mendadak nyeri saat melihat yang Cece tengah melipat pakaiannya menatapnya dengan tatapan  bingung.

Basmal masuk kedalam kamar dan menutupnya kembali. Lihat, ia sudah begitu banyak menyakiti istrinya,  tapi Cece masih melipat pakaiannya, menyiapkan keperluannya, memasak untuknya, mencuci bajunya, ya Tuhan. Basmal menghampiri istrinya yang masih menatapnya datar, betapa ia sangat menyayangi wanita didepannya.

Basmal duduk bersimpuh didepan Cece yang tengah duduk diatas ranjang. Ia meraih tangan Cece yang begitu mungil dan rapuh lalu menggenggamnya erat. "Ampuni aku sayang". Ucap Basmal parau dengan bahu bergetar sembari mengecup tangan Cece berkali-kali.

"Demi Allah Princess, aku sayang banget sama kamu, aku..aku cinta banget sama kamu, tolong ampuni aku".

Cece terdiam menatap Basmal yang tengah menangis mengecup tangannya berkali-kali hingga basah karena air matanya. "Kamu kenapa?" Tanya Cece dengan nada lembut membuat Basmal tidak kuasa menahan dirinya untuk tidak memeluk wanita rapuh didepannya yang sudah ia  sakiti.

Basmal memeluk Cece erat sembari menagis "Aku sayang banget sama kamu". Ujarnya 

Cece hanya diam membiarkan Basmal memeluknya. Jujur, ia bingung, ia tidak tahu kenapa Basmal sangat aneh, ini baru pertama kalinya ada seorang laki-laki menangis didepannya dan ia tidak tahu bagaimana cara menghentikannya.

"Ampuni aku sayang, ya Allah".  Basmal semakin menangis tersedu-sedu mengingat bagaimana buruknya ia memperlakukan istrinya. Menyakiti Cece dengan perkataannya bahkan perbuatannya. Ia tidak tahu bagaimana Cece bisa kuat menghadapi segalanya.

Cece begitu rapuh, tapi ia baru menyadari sekarang. Ia tidak tahu bagaimana Cece menyembuhkan lukanya sendirian, ia tidak tahu bagaimana Cece memendam rasa sakitnya seorang diri.

Lalu, selama ini, apakah Cece tidak bahagia? Hahaha pertanyaan macam apa itu? Cece tidak pernah tertawa lepas dihadapannya, Cece tidak pernah menunjukkan ekspresi tersenyum, ia hanya menunjukkan wajah datar dan tegar.

"Basmal, apa ada yang menyakitimu?" Tanya Cece pelan membuat Basmal melepas pelukannya menatap wajah cantik Cece. Pertanyaan apa itu?? Kenapa istrinya masih memikirkan dirinya?

"Tidak ada, tapi aku sakit karena aku gagal, aku tidak berguna dan aku sudah menyakiti kamu."

Cece menhela nafas merasakan ulu hatinya berdenyut nyeri "Lupakan,"

Basmal menatap Cece penuh sayang "Princess, aku ingin jadi obat untuk kamu".

Basmal menggenggam erat tangan Cece "Obat tidur, obat penenang, buang itu semua, aku ingin jadi obat segalanya untuk kamu, obat yang bisa menenangkan kamu, obat yang bisa membuat tidur kamu nyenyak, apapun itu, aku ingin jadi apapun untuk kamu".

Tubuh Cece menegang, ia menghempaskan tangan Basmal "Tau dari mana kamu?" Mendadak raut wajah Cece berubah.

"Aku tidak sengaja melihatnya semalam".

Cece mengeram tertahan "Jangan ikut campur, itu bukan urusan kamu".

Basmal menggeleng tidak terima, "Kamu istri aku, apapun itu yang berkaitan dengan kamu, itu akan jadi urusanku"

Cece tertawa "Hahahaha, kalau begitu, mari bercerai, setelahnya aku tidak akan menjadi urusanmu"

"Tidak. ada. perceraian. Princess". Ujar Basmal menekan setiap ucapannya.

"Kamu tau kenapa aku butuh obat itu?? Itu karena apa? Karena aku tidak pernah tenang, aku tidak bisa tidur, karena diingatanku berisi tentang penghinaan yang sahabat kamu lakukan, penghinaan yang kamu lakukan, kamu menghancurkan harga diri aku yang memang sudah hancur, kamu menghianati pernikahan kita, kamu..." Cece menunjuk wajah Basmal "Kamu tidak pernah bisa menggantikan obat-obat itu". Lanjutnya

"Aku bisa"

"Tapi aku tidak mau, aku tidak mau terjatuh pada orang yang menyakiti aku."

"Kasih aku kesempatan, aku tau kesalahanku memang begitu besar dan tidak termaafkan. Tapi Ce, aku mencintai kamu sungguh".

"Cinta??" Cece sekali lagi tertawa mendengarkan ocehan Basmal "Cinta tidak akan menyakiti, kalau Cinta masih menyakiti, itu bukan cinta namanya".

_____________________
Jangan lupa votenya guyss makasi yaa udah membaca.

'PRINCƏSS (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang