Bagian 63 (21+)

19K 853 38
                                    

POV Melisa

Dua tahun lalu

Aku Melisa, wanita yang ditinggal menikah oleh kekasih yang katanya cinta sama aku? Kalau cinta sama aku? Kenapa dia menikahi orang lain?

Hahaha aku menertawakan diriku sendiri yang malang dan menyedihkan. Sekarang, bahkan Basmal sudah meninggalkanku. Dia lebih memilih istrinya. Ohh tentu saja, Basmal dan istrinya bertemu setiap hari, bukan tidak mungkin Basmal menyukai Princess.

Aku tertawa pedih, dua kali, dua kali aku ditinggal menikah oleh orang yang aku cintai. Apakah aku memang tidak layak bahagia?

Aku membuka pintu ruangan seorang laki-laki yang terlihat terkejut dengan penampilanku yang menggunakan pakaian seksi, aku menutup pintu ruangan dan menguncinya lalu menghampiri laki-laki yang sedang duduk di kursi kebesarannya. Ia memang suka lembur dan gila kerja, aku sangat mengetahui kebiasaannya.

"Kamu ngapain kesini??"

Aku tersenyum manis mendekatinya, dan berjalan sensual mendekati laki-laki yang masih terlihat tenang.

"Menurut kamu? Aku lagi ngapain??"

Laki-laki di depanku menghela nafas, "Keluar Melisa".

Aku menggeleng, "Ngak mau,".

"Mau apa kamu?"

Aku duduk di pangkuannya.

"Turun Melisa,".

"Ngak".

"Melisa jangan bikin saya pusing".

"Pusing? Pusing kenapa??" Aku mengelus dada bidangnya,

"Turun dan keluar dari ruangan saya".

"Anterin aku pulang kalau gitu"

"Saya sibuk".

Aku mendesah lelah, lalu dengan berani mengecup bibirnya dan dia mendorongku.

"Saya sudah menikah Melisa, tolong, tolong jangan bentindak begini,".

Aku mengerucutkan bibirku dan berjalan mengambil air minum, lalu memasukkan obat perangsang yang aku siapkan di jaketku.

"Kamu tegang banget, minum dulu,". Aku memberikan air minum dan ia menerimanya. Aku bersorak senang saat air minum itu tersisa separuh.

"Keluar sekarang". Usirnya lagi.

Aku tersenyum lalu meneguk air minum sisa darinya. Aku membuka jaket yang aku kenakan lalu membuangnya ke sembarang arah, aku kembali duduk di pangkuannya.

"Turun Melisa".

Aku menggesekkan bokongku sembari mengelus dada laki-laki di depanku.

"Arghh sial".

Aku tersenyum saat laki-laki di depanku terlihat gelisah dengan wajah memerah.

"Kenapa??? Kamu dari dulu memang bajingan, kamu meninggalkan aku, dan sekarang kamu kembali menjadi orang bajingan yang mendorong Basmal untuk meninggalkan aku."

"Karena kamu tidak tulus mencintai Basmal".

Aku tertawa, "Ya?? Gimana??? Tidak tulus?? Yah kamu benar, dari awal dia hanya sebagai pelarian, aku cintanya sama kamu, tapi sekarang aku cinta sama Basmal".

"Cinta dengan Basmal tapi ada di pangkuan saya, apakah ini yang dinamakan cinta?? Cinta seperti  apa yang kamu maksud Melisa??"

"Aku cinta sama Basmal, tapi aku juga ingin bersama kamu malam ini."

"Sialan, enyah dari saya perempuan ular".

Aku tertawa lalu memberanikan diri melumat bibirnya, awalnya menolak tapi lama kelamaan laki-laki ini membalas ciumanku tak kalah ganas. Tangannya mengelus seluruh tubuhku membuat aku mengelinjang kegelian.

Aku berusaha melepas kancing bajunya lalu membukanya hingga ia telanjang dada.

"Kamu memasukkan sesuatu dalam minuman saya bitch".

Aku hanya tersenyum enggan menjawab, ia merobek dress ketat yang aku kenakan menyisakan bra dan celana dalam. Sementara aku yang sudah sangat bergairah juga berusaha melepas celanya hingga kami benar-benar hanya menggunakan pakaian dalam.

"Kamu sudah gila Melisa". Ujarnya namun tangan kirinya meremas dadaku sementara tangan kanannya melepaskan pengait bra yang aku kenakan.

Dia menggendongku meletakkan tubuhku di atas meja, tangannya merobek celana dalam yang aku kenakan dan ia juga melepaskan celana dalam miliknya.

"Ini yang kamu inginkan hmm???" Bisiknya sensual ditelingaku membuat aku panas dingin.

"Ahhhhh..." aku mendesah saat jari besarnya masuk kedalam milikku. Dia mempermainkannya dengan begitu lihai membuat aku begitu blingsatan dan mendorongnya kembali duduk di kursi kebesarannya.

Aku kembali duduk diatas pangkuannya, mengarahkan miliknya yang besar ke dalam milikku.

"Orghhh..." Aku mendesah sakit

"Sialan, sempit sekali".

Aku tersenyum mendengar erangannya yang serak. Aku terus menekannya, menahan rasa sakit.

"Arghhhh...." Aku memejamkan mata meringis sakit saat kami benar-benar menyatu. Aku merasa milikku penuh, perih, dan aku membuka mata melihat milikku dan miliknya yang menyatu.

"Kamu masih perawan?"

Aku mengangguk,

"Kamu benar-benar gila Melisa... Orghhh sempit sekali".

Aku menaik turunkan pinggulku pelan karena rasanya masih sakit. Sementara ia memejamkan mata.

"Sial...". Kulihat ia membuka mata lalu menggendongku menuju sofa hingga aku terbaring telentang, ia menindih tubuhku dan kembali memasukkan miliknya membuat aku memekik tertahan.

Selanjutnya, ia mengeluar masukkan miliknya begitu keras, membabi buta tanpa ampun. Dan kami melakukannya berkali-kali, bodohnya lagi, ia mengeluarkannya di dalam tanpa pengaman.

______________

Aku terdiam melihat Rio yang asik bermain, aku sangat menyayanginya. Sekalipun, kehadirannya adalah lewat jalan yang salah, tapi aku sangat menyayanginya.

"Mama, papa kok ga ada di rumah terus??"

Lihat, anaknya memang sesayang itu pada Dana. 

"Papa kerja sayang,"

Rio megerucutkan bibirnya, ekspresinya sama persis dengan papa kandungnya, laki-laki dua tahun lalu yang mungkin ia tidak tahu bahwa dirinya mengandung anaknya.

__________________

'PRINCƏSS (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang