Bagian 53

18.8K 1K 29
                                    

Cece memandang langit-langit ruangan dimana ia terbaring lemas. Ia masih tidak menyangka mengenai kejadian hari ini. Hamil?? Dia hamil??

"Sayang, heii, i love you, aku sayang banget sama kamu. Kamu hamil loh, akhirnya, aku seneng banget".

Cece hanya terdiam saat Basmal menciumnya bertubi-tubi. Ia bingung, ia bahagia karena dia hamil, tapi di satu sisi, ia takut, bagaimana jika Basmal akan kembali mengatakan kata-kata kejam seperti yang ia lontarkan pada dirinya, bagaimana jika Basmal kembali meninggalkannya demi wanita lain, bagaimana jika Basmal pura-pura baik dan mencintainya.

Jujur, ia belum percaya akan semua yang Basmal lakukan. Apa yang dilakukan Basmal di masa lalu cukup menggores hatinya begitu dalam. Mungkin kemarin-kemarin, ia bisa saja mengajukan perceraian ketika Basmal menyakitinya lagi, karena tidak ada anak diantara mereka. Lalu sekarang, ia akan kesulitan melalukan itu karena ada anak diantara ia dan Basmal.

Senyum diwajah Basmal perlahan surut saat melihat Cece terdiam tanpa ekspresi. Tidak ada kebahagiaan disana.

"Kenapa saya bisa hamil Basmal?"

Pertanyaan macam apa itu? Basmal tidak mungkin menjelaskan proses mereka ketika membuat anak kan?.

"Kita sering melakukannya dan aku mengeluarkannya di dalam."

"Kenapa kamu ngak mengingatkan saya untuk minum pil KB?? Kamu sengaja kan??"

Hah???

"Pil KB? Buat apa?? Buat apa minum-minum kayak gitu? Pencegah kehamilan? Kita bukan pasangan haram yang harus takut hamil, kita sah di mata hukum dan agama sayang. Kita halal, dan aku emang sengaja".

"Gimana caranya kita cerai kalau aku hamil begini?" Cece menatap Basmal.

Basmal mendengus, "Cerai?? Siapa yang bakalan cerai?? Kenapa kamu selalu bicara cerai, cerai, cerai. Harus berapa kali aku bilang sama kamu, aku. ngak. akan. pernah. menceraikan. kamu. sampai. kapanpun." Ujar Basmal penuh penekanan.

"Kamu pikir kita akan bisa membahagiakan anak kita tanpa cinta??"

Basmal menggenggam jamari istrinya erat-erat, berusaha meredam emosinya sendiri. Astaga. Kenapa susah sekali meyakinkan istrinya. "Aku cinta sama kamu, sayang sama kamu. Aku ngak bisa menjamin bisa membahagian kamu tapi aku akan berusaha untuk itu. Percaya sama aku sayang, aku cinta banget sama kamu".

"Saya tidak bisa semudah itu percaya dengan orang yang sudah menyakiti saya".

Basmal tersenyum masam, "Ya, aku tau".

"Saya benci sama kamu Basmal".

"Iya aku tau, tapi aku cinta banget sama kamu".

"Dasar sinting".

___________

Cece tidak perlu di rawat inap namun dia perlu istirahat total. Cece bersyukur sekali akan hal itu, karena sejujurnya perutnya terus bergejolak saat mencium aroma obat-obatan.

Sejak percakapan mereka berdua dirumah sakit, Cece benar-benar mendiami Basmal. 

"Saya butuh sendiri Basmal". Ujar Cece saat tiba di kamar mereka.

Basmal hanya mengangguk singkat lalu pergi mengantar ibu mertuanya pulang. Ia memaklumi istrinya yang masih mengalami mood kurang baik.

"Kamu yang sabar ya, mood ibu hamil itu suka berubah ubah. Mama titip Princess ya".

Basmal mengangguk, itu wajar, wajar jika Cece belum bisa menerima semuanya.

"Basmal pulang dulu Ma, makasi buat semuanya Ma".

"Sama-sama, papanya Princess pasti seneng banget denger berita ini. Kamu hati-hati yaa pulangnya".

______________

"Princess hamil".

Arnold yang sedang meminum air mineral menjadi tersedak hingga kerongkongannya terasa perih. Sialan.

Safir, Dion dan Arnold saling lirik, lalu tersenyum kemudian. Rencana mereka benar-benar berhasil.

"Trus kenapa muka lo jadi kusut gitu?? Bukannya seneng malah galau. Heran gue". Ujar Dion keheranan

Basmal tersenyum pedih, "Gue seneng, tapi istri gue murung banget. Dia ngak bahagia sama kehamilannya,"

"Tau dari mana lo kalau Princess gak bahagia sama kehamilannya?" Tanya Safir

"Dia marah sama gue kenapa gue ngak ingetin dia supaya minum pil KB, gue emang sengaja. gue pengen dia hamil. Gue takut banget dia pergi kayak kemaren-kemaren lagi, sumpah gue gatau gimana caranya gue menjalani hidup kalau dia pergi lagi."

Basmal mengusap sudut matanya yang berair, sial dia menangis, dia memang selemah itu jika menyangkut istrinya. "Kalian pernah ngelihat gimana hancurnya gue selam dua tahun kemarin, kalau Princess ninggalin gue lagi, gue ga yakin gue bakalan hidup. Gue emang egois banget maksa dia bertahan disamping gue yang brengsek. Tapi, gue bener-bener cinta sama dia, sayangnya dia ngak percaya soal itu".

Arnold, Dion dan Safir begitu iba melihat Basmal sefrustasi ini. Ia percaya, Basmal memang benar-benar mencintai Princess, tulus, tanpa ada unsur kepura-puraan.

"Memang nggak mudah Bas meyakinkan orang yang sudah buat kita hancur hatinya, tapi gue yakin lo bakalan berhasil.". Safir menepuk pundak Basmal

"Anak gue masih dua minggu, kecil banget, gue liat hasil USGnya, astaga gue seneng banget, sebentar lagi gue bakalan jadi ayah, gila gue nggak bisa bayangin gimana bahagianya gue. Tapi disatu sisi, hati gue hancur banget saat neglihat istri gue sedih, kebahagiaan istri gue segalanya buat gue."

Bahu Basmal semakin bergetar hebat. Kesedihan istrinya benar-benar suatu hal yang menyakitkan untuknya.

"Safir, malam ini gue mau nginep di rumah lo. Gue nggak sanggup ngelihat wajah istri gue yang murung."

Safir mengangguk, "Kita bertiga bakalan temenin lo"

"Thanks".

"Kecebong lo bakalan ketawa kalau liat bapaknya cengeng gini". Ujar Dion mencairkan suasana membuat mereka tertawa.

"Sialan lo". Kata Basmal

"Calon bapak ga boleh mengumpat, pamali".

_______________
Jangan lupa vote dan komennya yaa... aduh kalau liat cowo bucin sama cewe bawannya jadi baper. Ya ngak si?

'PRINCƏSS (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang