Dua tahun kemudian
Cece tertawa bahagia merayakan kelulusannya dengan gelar magister ekonomi disalah satu universitas ternama di Indonesia. Dua tahun berlalu, dia sangat menikmati hidup yang menyenangkan tanpa beban.
Sehari setelahnya, ia mengabari kedua orang tuanya kalau dia akan pulang. Mendengar kabar demikian, Deni dan Dania begitu senang. Sebenarnya, mereka berdua ingin sekali hadir diacara wisuda putrinya tapi Cece melarang mereka karena kondisi Papanya yang sedang tidak begitu sehat.
Dan disinilan ia sekarang, menunggu jemputan yang sudah 10 menit berlalu dan belum juga datang. Jujur saja, dia paling malas menunggu.
"Princess... ahh ya Tuhann kamu makin cantik yaa anak Mama". Dania memeluk puterinya erat.
Sementara mata Cece tak berkedip menatap laki-laki disamping Papanya yang tersenyum hangat menatapnya. Ada apa? Kenapa orang tuanya bisa bersama dengan dia?
"Makin berisi ya kamu". Ujar Deni
"Sekarang aku jadi suka makan Pa". Sahut Cece kalem.
Cece melirik laki-laki yang kini mengambil alih koper dan bawaannya. Cece masih enggan bertanya meski otaknya memiliki banyak pertanyaan kenapa laki-laki ini bisa berada disini. Hingga ketika laki-laki itu memasukkan semua barang-barangnya kedalam mobil dia masih diam.
"Kamu pulang dengan Basmal, Papa dan Mama harus mengunjungi kantor". Ujar Deni
"Maksudnya?" Tanya Cece tidak mengerti
"Hati-hati ya Basmal". Deni enggan menjawab pertanyaan putrinya dan memilih pergi meninggalkan putrinya dengan Basmal.
Cece mengerjapkan matanya melirik laki-laki disampingnya yang menatapnya dengan intens.
"Saya mau naik taksi, keluarin barang-barang saya". Kata Cece ketus.
"Papa kamu nyuruh kamu bareng aku".
"Iya tapi saya tidak mau".
Tanpa persetujuannya, Basmal menarik tangannya dan menyuruhnya masuk kedalam mobil. Sial...dua tahun berlalu membuat laki-laki itu berubah menjadi sosok pemaksa.
Basmal tidak berhenti tersenyum dengan perasaan membuncah. Ah.. ia sangat bahagia sekali bisa kembali melihat Cece. Ia menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.
"Mau makan dulu atau...."
"Saya kenyang".
Basmal mengangguk sesekali melirik Cece yang terlihat semakin cantik dan semakin seksi. Basmal menggelengkan kepalanya, kenapa otaknya jadi bermasalah begini?.
"Ini bukan jalan menuju rumah saya?".
"Memang."
Cece membelalakkan matanya "Kamu mau bawa saya kemana brengsek?".
Basmal cukup terkejut akan umpatan yang Cece keluarkan. Tapi, apapun yang dia katakan adalah benar. Dia memang sebrengsek itu. Maka ia memilih diam mengemudikan mobilnya dengan tenang meskipun Cece terus bertanya.
Hingga Basmal menghentikan mobilnya disebuah rumah mewah yang membuat Cece tertegun. Basmal keluar dari mobil dan membuka pintu mobil untuk Cece.
"Saya mau pulang".
"Iya, ini sudah pulang, ini rumah kamu".
"Saya tidak pernah merasa punya rumah ini".
"Ayo masuk".
Basmal menarik pergelangan tangan Cece memasuki rumahnya dan membawa Cece kedalam kamar mereka berdua. Cece membelalakkan matanya saat kamar tersebut terdapat foto pernikahan mereka berdua yang terpajang berukuran besar didinding.
"Kenapa foto itu masih dipajang?"
Basmal melepas jam tangan ditangannya dan melepas dasinya yang terasa mencekik lehernya.
"Kenapa?"
"Kita sudah bercerai kalau kamu lupa".
"Kata siapa?" Basmal mendekati istrinya yang menatapnya penuh kebencian.
"Jangan berlagak seperti orang lupa ingatan brengsek".
"Tidak boleh mengumpat pada suami sayang".
"Sinting,"
Basmal tersenyum lalu memeluk Cece dari belakang meskipun Cece berkali-kali memberontak.
"Lepas,".
"No, aku kangen banget sama kamu".
"Lepas... kamu udah gila".
"Iya aku udah tergila-gila sama kamu".
"Sinting, lepasin... saya gak mau disentuh-sentuh sama kamu".
"Kenapa?"
"Saya menjijikkan".
Basmal refleks melepas pelukannya dan melangkah mundur. Ingatannya beralih pada kejadian dimana ia mengucapkan kata-kata itu. Dana entah kenapa, rasanya ia ingin mengutuk dan menghukum dirinya sendiri.
"Itu yang kamu ucapkan dulu, saya adalah orang yang menjijikan, jadi apakah kamu tidak malu menyentuh manusia yang menjijikkan ini?"
Basmal masih terdiam menatap wanita didepannya yang menatapnya bengis dan penuh kebencian.
"Kenapa? Udah ingat apa yang kamu ucapkan?"
"Cece aku tidak bermaksud... tolong jangan begini, aku minta maaf soal itu, aku...".
"Saya gak peduli... simpan saja maaf kamu. Itu sudah tidak berguna dan tidak akan bisa merubah apapun. Lagi pula kita sudah bercerai".
"Kamu masih istri aku yang sah secara hukum dan agama".
Cece tertawa. sial, sepertinya laki-laki didepannya memang sudah sinting. "Kayaknya kamu emang sudah sinting".
"Demi Allah Princess, kamu masih istri aku yang sah secara hukum dan agama. Kamu bisa tanya sama Papa Deni dan Mama Dania bahkan keluarga kita lainnya". Ujar Basmal tegas.
Cece mengerjapkan matanya, menggelengkan kepalanya "Ngak mungkin".
"Ce..." Basmal hendak menghampiri Cece namun Cece memundurkan tubuhnya.
"Ngak mungkin... sialan... apa yang kalian rencanakan? Kalian mau siksa saya?? Iya??? Kalian mau saya tersiksa begitu??? Hah??"
Basmal menggeleng "Nggak..nggak...bukan begitu".
Cece duduk bersimpuh dilantai menangis tersedu-sedu meratapi hidupnya yang benar-benar penuh drama dan memuakkan. Dan itu benar-benar menyakiti Basmal, karena ini pertama kalinya melihat istrinya menangis. Basmal duduk disamping istrinya lalu menariknya kedalam pelukannya.
"Kenapa? Saya capek banget. Saya cuma minta cerai, kenapa semuanya tidak mengerti kemauan saya."
"Maaf sayang".
"Saya sangat membenci kamu".
Basmal memejamkan matanya semakin memeluk Cece yang terus mengatakan membencinya. Apapuu itu, Cece boleh membencinya tapi ia tidak akan membiarkana Cece pergi darinya. Kali ini ia ingin egois. Ia akan berusaha membuat Cece tidak membencinya.
______________
Jangan lupa vote dan komennya ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
'PRINCƏSS (END)
RomanceBasmal menikahi Cece (Princess) atas perintah kakaknya Xabiru, sementara itu ia tetap bermain gila dengan Melisa (wanita yang dicintainya). Perasaan enggan menyentuh istrinya lantaran ia sudah bukan lagi gadis membuat Basmal membuat jarak. Kemudian...