Bagian 39

20.5K 1K 11
                                    

Cece terbangun dengan kondisi tidak baik-baik saja, kepalanya pening bukan main, tubuhnya panas dan sakit. Dia baru ingat jika ia berendam di bathup.

"Kamu udah sadar sayang??"

Cece melirik Basmal yang dengan kemeja kerja yang sudah lusuh, rambutnya acak-acakan dan raut wajah terlihat khawatir.

"Kamu makan dulu ya, aku..."

"Saya tidak suka bubur". Cece mendesah kesal saat ia harus menyantap makanan yang tidak ia sukai.

"Kamu masih sakit". Jawab Basmal yang bergerak mengambil air minum dan bubur di meja.

"Saya tidak sakit".

Basmal menyendok bubur "Makan ini dulu ya, nanti aku beliin apapun yang kamu mau". Ujar Basmal lembut.

Mau tak mau, Cece akhirnya menerima suapan demi suapan yang Basmal berikan.

"Udah, rasanya pait". Ujar Cece

"Minum dulu, habis itu minum obat".

Cece menurut layaknya anak kecil, karena tubuhnya benar-benar lemas dan terasa sakit. Ia melihat Basmal membereskan bekas makanannya dan kembali duduk disampingnya.

"Ada yang sakit??" Tanyanya penuh perhatian menggenggam tangan Cece.

Pertanyaan macam apa itu? Jelas saja dirinya sakit. Hatinya, fisiknya, mentalnya, semuanya sakit gara-gara lelaki didepannya.

"Kalau kita cerai saya tidak akan sakit".

Basmal menundukkan wajahnya, begitu sakitkah istrinya hidup dengannya? Apakah dia terlalu egois mempertahankan istrinya disisinya? Tapi, seluruh hatinya tidak sanggup jika ia harus melepas Cece. Ia tidak sanggup melihat Cece nanti akan menjadi milik orang lain.

"Mau aku pijat?" Tanya Basmal menatap Cece dengan hangat.

"Ngak, saya mau pulang".

"Tapi kamu masih sakit sayang".

"Saya tidak sakit".

Basmal menghela nafas, "Kamu boleh pulang tapi besok,"

"Saya. Mau. Pulang. Sekarang. Atau... saya akan pergi".

Basmal mengacak rambutnya kasar, astaga sejak kapan istrinya punya sikap begini? "Oke, kita pulang sekarang".

________________

Cece memutar mendengus sinis saat Basmal selalu membopongnya ala brydalstyle menuju kamar mereka. Padahal dia masih bisa berjalan, dia hanya pusing bukan lumpuh.

"Saya tidak mau tidur dikamar kamu". Ujar Cece saat mereka tiba didepan kamar Basmal.

"Kamar kita sayang".

"Terserah, saya tidak ingin tidur disini".

"Kenapa?? Hmm??? Ada yang bikin kamu ngak nyaman??"

Cece diam tidak menjawab. Basmal tetap membawa Cece masuk kedalam kamar mereka. Ia meletakkan Cece diranjang dengan sangat hati-hati.

"Bilang sama aku, apa yang bikin kamu ngak merasa nyaman ada disini?? Hmm???"

"Ambil sampah didekat lemari". Cece menunjuk pada sebuah foto yang tergeletak didekat lemari. Basmal segera menuruti kemauan istrinya, memungut sampah yang ternyata foto lama dirinya dan Melisa.

"Buang, saya tidak suka ada sampah".

Basmal tersenyum sembari meremas foto ditangannya, dengan gemmas ia menghampiri istrinya lalu mencuri ciuman tepat dibibir Cece yang sekarang menjadi candunya. "Kamu cemburu ya..." Bisik Basmal ditelinganya membuat Cece membelalakkan matanya.

"Dalam mimpimu tuan Basmal terhormat, itu tidak akan terjadi. Saya tidak mungkin cemburu dengan sampah".

"Iya sayang, i love you too".

"Sinting, cepat buang, buang semua sampah-sampah disini". Gertak Cece.

Basmal mengacak rambut Cece gemas "Iya sayang, nggak ada kok cuma ini aja, ini karena lupa kayaknya ada dibawah baju dan lupa ngak aku buang, maaf yaa,,, aku nggak bermaksud menyimpan ini kok, sumpah".

"Yayyaya, terserah".

"Aku buang ini dulu yaa, jangan marah sayang, aku cintanya sama kamu kok".

"Saya mual dengerin kamu ngomong".

"Kamu hamil?".

"Jangan gila kamu Basmal". Desis Cece gondok sembari melempar bantal kewajah Basmal namun Basmal menghindar dan berlari keluar kamar membuang foto ditangannya.

"Biii...." ujar Basmal menghampiri sang pembantu yang sedang membersihkan halaman disamping rumah.

"Iya tuan???"

"Saya lagi mau buang sampah, tapi saya mau bakar saja, bibi ada korek???"

"Sebentar tuan". Bi Rara mengambil korek didapur lalu setelahnya memberikannya pada Basmal. "Ini tuan,"

"Bibi jadi saksi ya, saya mau bakar sampah ini".

Dengan raut kebigungan, Bi Rara hanya mengangguk saja dan melihat sang majikan membakar kertas yang entah ia sendiri tidak tahu, tapi sepertinya itu adalah foto.

"Makasih Bi, tolong nanti dibersihkan ya.."

____________

"Sudah aku buang sayang, sumpah, ada Bi Rara saksinya". Ujar Basmal mendekati istrinya yang sedang berbaring telentang. Basmal ikut merebahkan diri disamping sang istri, ia mengelus dahi istrinya yang masih panas.

"Masih pusing??"

"Lumayan".

"Jangan gitu lagi ya, kalau ada apa-apa kamu bisa cerita sama aku".

Cece melirik Basmal, "Kamu siapa??"

"Suami kamu".

"Suami??"

Basmal mengerucutkan bibirnya, "Sayang, jangan pura-pura ngak inget kalau aku suami kamu".

"Saya lupa, soalnya kayaknya kami sudah bercer.... emhhhh".

Cece membelalakkan matanya saat Basmal menciumnya tanpa ampun, terlihat tergesa-gesa namun tidak begitu kasar.

"Nghhh...."

Basmal tersenyum disela-sela ciumannya saat mendengar istrinya mendesah. Ia melepaskan ciumannya lalu melihat wajah istrinya yang memerah dan mengatur nafas. "Mau lagi???"

"Sialan kamu Basmal".

"Oke berarti mau lagi".

"Ng....emmmmm".

Belum sempat Cece menolak, Basmal kembali menciumnya dengan lembut.

____________
Jangan lupa vote dan komennya ya.. Makasi❤

'PRINCƏSS (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang