Bagian 68

13.6K 885 16
                                    

"Sayang..."

"Hmm??" Cece menoleh ke arah suaminya yang sedari tadi senyumnya tidak pernah luntur. Lucu sekali.

"Anak kita kecil banget ya". Kata Basmal sembari fokus menyetir. Saat ini mereka sedang berada di perjalanan pulang seusai periksa kehamilan.

"Kan masih umur 12 minggu Basmal".

Basmal tekikik geli, "Iya, tapi gemess, jadi pengen cepet-cepet ngajarin dia main bola atau kalau cewe aku bisa nemenin dia main boneka berbie".

Cece tersenyum, tangannya mengelus perutnya. Ini kali pertama Basmal ikut memeriksakan kehamilannya. Tapi bukan berarti Basmal selama ini abai setiap kali ia memeriksakan kehamilannya, karena selama ini setiap kali ia periksa kehamilan selalu bentrok dengan jadwal meeting suaminya yang tidak bisa ia tunda.

"Basmal"

"Ya sayang??"

Cece mengigit bibirnya, "Kayaknya aku ngidam".

"Sayang pengen apa??"

"Pengen liat kamu, Dion, Arnold dan Safir main basket."

Basmal mengernyitkan keningnya, ia melirik istrinya yang menunjukkan mika puppy eyesnya. Sangat menggemaskan.

"Oke ibu negara, siap laksanakan".

___________

Basmal, Dion, Arnold dan safir sudah berada di lapangan Basket. Mereka sedang berada di rumah Safir, rumah Safir memang dilengkapi dengan lapangan Basket karena Safir sangat menyukai basket.

"Istri lo ngidamnya unik banget, gak asik, masak ngidam yang gratisan gini". Ujar Arnold sembari mendrible basket.

"Hooh, duit suaminya banyak, yakali ngidam liat kita-kita main basket. Kenapa ngak ngidam beli mobil, saham, property, apa kek yang mahal-mahal". Dion menyetujui.

Basmal terkekeh, ia menggelengkan kepala karena perkataan temannya, "Gausah nunggu ngidam, tanpa ngidam pun, kalau dia mau, aku beliin".

Dion pura-pura muntah, "Aelah, gini amat kalau udah bucin,"

"Sirik amat lo jomblo". Cibir Basmal

Sementara Cece bersorak kegirangan melihat para laki-laki ganteng sedang main basket dengan peluh bercucuran. Erghh astaga, bahkan suaminya semakin terlihat ganteng di matanya. Basmal sekali-kali tersenyum menatapnya saat ia bersorak menyemangi Basmal.

Basmal membelalakkan matanya saat melihat istrinya loncat-loncat. Astaga, ia segera berlari mendekati istrinya.

"Sayang, jangan loncat-loncat". Tegurnya dengan dada berdebar takut,

Cece tersentak, astaga, ia lupa, "Maaf".

"Gapapa kan?? Astaga sayang, kamu lagi hamil loh, jangan loncat-loncat kayak tadi."

"Lupa, maaf Basmal".

Basmal mengeha nafas, ia mengusap kepala istrinya. "Gapapa sayang, lain kali jangan gitu lagi,"

Arnold, Dion dan Safir mendekati Basmal dan Cece. Mereka duduk dipinggir lapangan.

"Kalian mainnya keren," ujar Cece senang membuat keempat lekaki itu jadi merasa bangga. Berbeda dengan Basmal yang justru salah tingkah membuat ketiga temannya mendengus geli.

"Kayaknya ponakan gue cowok nih". Kata Dion melirik perut Cece yang sudah sedikit terlihat.

"Nanti gue ajarin gimana cara menaklukkan wanita". Ujar Arnold yang mendapat pelototan tajam dari Basmal.

Astaga, jangan sampai, jangan sampai anaknya mendapatkan ilmu sesat macam itu. "Ogah, ajaran lo sesat".

___________

Basmal tersentak saat istrinya tiba-tiba duduk dipangkuannya. Saat ini, mereka sedang berada di kamar tamu. Basmal butuh mandi, karena ia benar-benar keringatan.

"Sayang aku bau loh". Tegur Basmal sembari memegang pinggang istrinya.

Cece menggeleng, "Wangi, kamu makin ganteng kalau lagi keringetan gini".

Memang sih, istrinya mengucapkan dengan nada dan ekspresi datar. Tapi, kenapa kedengarannya sangat romantis ya di telinga Basmal. Basmal jadi gemas sendiri dengan istri cantiknya.

"Apa aku harus keringetan tiap hari sayang?? Biar dipuji-puji terus sama kamu?? Hmmm??".

Cece mengernyit, "Yang muji kamu bukan aku, tapi Basmal junior".

Astaga, sejak kapan kecebong kecil bisa bicara. Cece dan segala gengsinya membuat Basmal ingin menggigit seluruh tubuh istrinya.

"Iya iya, sini Basmal junior aja yang bicara sama aku".

"Mana bisa, dia masih di dalam perut".

"Nah, itu tau, jadi ga mungkin Basmal junior yang bilang. Pasti yang bilang itu.. auuuu".

Basmal meringis saat istrinya mencubit perutnya. Basmal mengelus perutnya yang kini tidak lagi berbentuk kotak-kotak. Pasalnya, istrinya selalu memberinya makan enak-enak, jadi beginilah adanya.

__________

"Ahhh uhhh Basmal,,,, pelan".

Dion, Arnold dan Safir membelalakkan matanya saat mendengar suara aneh dari kamar tamu yang memang dekat dengan ruang tamu. Mereka berdua saling pandang.

"Ahhh Basmal..."

"Erghhh, yaa sayang?".

Sumpah, Dion sangat paham betul apa yang dilakukan dua pasutri itu. Dengan suara Basmal yang serak menandakan bahwa mereka sedang melakukan aktivitas panas.

"Lo denger nga?" Bisik Arnold

"Aelah gimana kaga denger kalau desahannya nyaring gitu". Ujar Safir sewot. Enak sekali Basmal bercocok tanam di rumahnya, mana di depan orang yang jomblo. Tau sendiri lah gimana ngenesnya mereka bertiga.

"Dulu sok-sok an ga mau, ehhh sekarang malah desah desah ahhh ya sayang??? Hihh pengen gue tabok muka Basmal". Ujar Safir.

Arnold dan Dion terkikik, waktu memang bisa merubah segalanya.

"Kalau bukan karena kita, kayaknya Princess ga bakalam bunting hahaha". Arnold tertawa pelan, diikuti Dion dan Safir yang ikut tertawa mengingat rencana mereka dulu.

"Paling si curut masih bingung gimana caranya ngehamilin Cece, padahal tinggal tusuk doang udah". Dion menambahkan.

"Sekali tusuk langsung jadi dong, tocker juga si Basmal". Safir cukup takjub dengan kecepatan kecebong Basmal yang bergerak cepat membantuk bayi.

Dion mengibaskan tangannya"Yaelah, pasti malem itu bukan cuma sekali, tapi sampe pagi".

_________________
Jangan lupa vote dan komennya yaa...

'PRINCƏSS (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang