Cece memeluk dirinya sendiri, meringkuk diatas ranjang kesayangannya. Tepatnya, ia berada diapartemen miliknya. Bersembunyi disana.
Ia izin sakit tidak masuk kantor hari ini, entahlah, ia hanya merasa jika ia butuh sendiri untuk menenangkan dirinya. Lagi pula, jika ia memaksa bekerja, ia tidak akan fokus.
Sejujurnya, ia tidak mengerti kenapa air matanya berlomba-loma keluar dari matanya. Kenapa juga dadanya terasa terhimpit dan ulu hatinya terasa tercubit. Sekarang ia menyadari satu hal, ia terluka, ia juga marah. Ia akui bahwa kemungkinan besar, ia.. ia mencintai suaminya sendiri. Ia tidak tahu, kapan perasaan ini datang.
Handfhonenya kembali bergetar memperlihatkan nama Basmal. Ia tidak tahu berapa kali laki-laki yang berstatus menjadi suaminya itu menghubunginya sedari tadi. Ia juga tidak tahu apa tujuan laki-laki itu menghubunginya, bukankan seharusnya ia merasa senang? Senang, karena Cece pergi dan Basmal bisa kembali dengan Melisa.
Sementara dilain tempat, Basmal nampak panik saat melihat alat make up milik Cece sudah bersih, pakaian-pakaiannya pun sudah bersih, barang-barang Cece benar-benar bersih. Perasaannya mendadak kalut, dan takut. Berkali-kali ia menghubungi Cece namun tidak diangkat dan berakhir nomor yang dituju sudah tidak aktif.
Ia merasa kebingungan, bingung akan mencari Cece kemana. Cece tidak mungkin pulang kerumahnya, karena tadi orang tua Cece menanyakan kabar putrinya. Ia juga tidak tahu siapa teman atau sahabat Cece, bahkan ia tidak tahu dimana tempat yang wanita itu sukai.
Basmal menyugar rambutnya kebelakang lalu merebahkan diri diranjang, menoleh ke samping, tempat dimana biasanya Cece tidur. Tapi, tempat itu kini kosong. Basmal menyadari, ia begitu jahat tidak mengetahui hal apapun tentang istrinya. Yang ia tahu, istrinya adalah wanita bekas dan patut ia hindari.
______________
"Ada apa?" Safir ogah-ogahan menghampiri sahabatnya yang nampak kusut masih menggunakan setelan kantor. Ia ingin mengumpat karena bisa-bisanya Basmal datang dijam hampir tengah malam, bahkan ia sangat lelah karena baru tidur lima belas menit yang lalu.
"Princess pergi"
Rasa kantuk yang Safir rasakan hilang. Matanya melotot terkejut mendengar penuturan sahabatnya.
"Maksudnya?"
"Cece pergi dari rumah"
Safir mendekati Basmal yang duduk disofa memijat kepalanya. Jujur saja, Basmal juga pusing, ia mencari Cece kesana kemari sedari tadi. Ia mengendarai mobilnya tanpa arah, hingga ia merasa frustasi dan berujung dirumah Safir, karena sahabat yang paling bisa ia andalkan hanyalah Safir.
"Pergi gimana? Maksudnya kalian bertengkar lalu Princess pergi, begitu?"
Basmal menggeleng "Kita tidak pernah bertengkar"
Safir mengerutkan keningnya "Lalu?"
"Tadi pagi, dia berbicara soal perceraian, ia ngajak gue cerai"
"Trus???"
"Gue pergi ke kantor, gue gak pengen denger dia ngomong itu, gue nganggep omongan dia hanya sebatas emm karena dia emosi atau apapun itu entahlah. Dan setelah gue pulang, semua barang milik dia sudah bersih, dia pergi"
"Dia ngajak cerai? Lo ada salah ngak sama dia?. Eh... gue lupa, lo kan brengsek, salah lo banyak, wajar sih kalau dia ngajakin cerai".
"Sialan". Basmal mengumpat menatap sinis sahabatnya.
"Bas, pasti ada sesuatu yang membuat Princess mengatakan itu".
"Tapi apa?"
"Apa yang dia ketahui tentang kebusukan lo? Apakah dia tahu kalau lo ngak cinta sama dia?, atau dia tahu kalau lo masih berhubungan dengan Melisa?"
"Gue ngak berhubungan sama Melisa". Desis Basmal tidak terima.
Safir tersenyum miring, "Cuma tindih-tindihan begitu? Kalau aja gue ngak dateng waktu itu, mungkin kalian udah...."
"Itu ga akan terjadi". Basmal memutus ucapan Safir. "Gue gamau melakukan itu sama wanita yang bukan istri gue".
"Wow, kalau sama Princess gimana?"
"Berhenti berbicara omong kosong Safir, gue lagi pusing nyari Pincess".
Safir tertawa renyah, "dikantornya, sudah mencari?"
"Nggal ada, gue nanya sama satpam, katanya semua karyawan sudah pulang, dan diaana udah sepi banget".
"Dirumah orang tuanya?"
"Mertua gue malah nefon gue nanya keadaan Princess".
Safir mengusap tengkuknya bingung, "Lo gatau tempat yang Princess suka kunjungi gitu?"
Basmal menggeleng polos membuat Safir kesal ingin menenggelamkan sahabagnya ke laut. "Suami kampret, gila, lo selama tiga bulan ini taunya apa? Liat kemontokan istri lo doang?"
"Jaga omongan lo". Basmal mengeram marah saat Safir mengatakan tubuh istrinya yang yah,,memang montok. Tapi, ia tidak suka saat orang lain mengatakannya.
"Lo tenang aja, ntar gue bantuin, mending lo tidur dulu, lo kusut banget"
Basmal tersenyum, "Thanks Fir,"
Safir mengangguk singkat lalu mempersilahkan Basmal untuk beristirahat diaalah satu kamar dirumahnya. Ia tidak mungkin membiarkan Basmal menyetir dengan situasi seperti ini.
_______________
Jangan lupa vote dan komennya. Makasi☺❤
KAMU SEDANG MEMBACA
'PRINCƏSS (END)
RomanceBasmal menikahi Cece (Princess) atas perintah kakaknya Xabiru, sementara itu ia tetap bermain gila dengan Melisa (wanita yang dicintainya). Perasaan enggan menyentuh istrinya lantaran ia sudah bukan lagi gadis membuat Basmal membuat jarak. Kemudian...