Bagian 24

24.9K 1.3K 45
                                    

Melisa menatap lekat wanita dihadapannya yang ia sadari memang sangat sempurna untuk ukuran wanita. Karir gemilang, pendidikan tinggi, cantik, dan pintar setidaknya itulah yang Princess miliki. Tapi, wanita didepannya hanyalah barang bekas yang beraninya mengambil apa yang menjadi miliknya.

"Saya Melisa" Ujar Melisa membuka pembicaraan. Dan lihatlah, wanita didepannya masih terlihat cantik meski dengan riasan sederhana dan sudah bekerja hampir seharian. 

Cece mengangguk singkat "Saya Princess". Cece menatap wanita dihadapannya dengan tenang meski ia gugup dan jemari tangannya teramat dingin.

"Saya kekasih Basmal". Melisa memperkenalkan dirinya sebagai kekasih Basmal. Meski pada kenyataannya hubungan mereka sudah berakhir, dan ia sendiri yang mengakhirinya. Dan sekarang, ia menjadi manusia munafik. Persetan dengan itu.

Detak jantung Cece berdebar, dan berdenyut nyeri kemudian. Serasa ada sesuatu yang menghunus dibagian ulu hatinya, rasanya sakit dan menyesakkan. Cece masih diam menunggu perkataan wanita didepannya.

"Kami saling mencintai".

Cece mengigit bibir bawahnya meredam rasa sakit yang makin menjadi-jadi diulu hatinya. Sementara wajahnya masih datar berusaha tidak menunjukkan apa yang ia rasakan.

"Dia akan menceraikan kamu, setelah itu kami akan kembali. Jadi, bisakah kamu menceraikan dia agar semuanya semakin mudah dan cepat?"

Cece tertawa dalam hati, ternyata kisahnya benar-benar mirip film-film. Punya suami yang tidak mencintainya, jijik dengannya, dan suaminya punya kekasih lain. Dan apa tadi? Kekasih suaminya meminta ia menceraikan suaminya? Wow.. menakjubkan.

"Akan saya pertimbangkan". Ujar Cece dingin sembari meminum jus didepannya dengan anggun. "Jika hanya itu yang ingin anda sampaikan, saya izin pergi terlebih dahulu". Cece meraih tasnya lalu pergi meninggalkan Melisa yang menatap kepergian istri laki-laki yang dicintainya.

________________

"Princess, kamu dari mana saja? Kenapa baru pulang? Ini sudah lebih dari jam sembilan malam lewat lima belas menit! Bukannya saya sudah bilang sa...."

"Saya lelah, maaf saya izin membersihkan diri terlebih dahulu". Cece lekas berlalu dari hadapan Basmal, ia sendiri tidak mengerti, kenapa rasanya ia begitu malas melihat wajah Basmal.

Basmal memandang aneh punggung Cece yang sudah menghilang memasuki kamar mandi. Apakah ada masalah? Kenapa ia merasa Cece sedang tidak baik-baik saja? Ada apa sebenarnya?

Selepas membersihkan diri, Cece melihat Basmal duduk bersandar dikepala ranjang. Lalu bertanya, "Kamu sudah makan?"

Cece mengangguk sebagai jawaban, dia benar-benar tidak ingin berbicara apapun dengan Basmal. Tubuh dan batinnya sangat lelah. Ia ingin marah, tapi tidak tahu kepada siapa ia akan marah. Mau marah dengan Basmal? Ah, laki-laki itu tidak salah. Apapun yang Basmal lakukan memang sudah sepantasnya. Dan, iapun tau diri, ia memang semenjijikkan itu dan pantas ditinggalkan.

Basmal melihat Cece yang sudah berbaring disampingnya, membelakanginya. "Kamu baik-baik aja?"

Wow, Cece tersenyum kecut. Pertanyaan sialan! Apa kata katanya, baik-baik saja? Sekali lagi Cece merasa hatinya berdenyut nyeri dan sakit. Ia tidak baik-baik saja, jika itu yang ingin Basmal ketahui. Tapi, dibanding mengatakan yang sebenarnya, lebih baik ia tidur. Karena baginya, itu hanya percuma.

_______________

Dimeja makan, Cece meneguk segelas susu yang ia buat. Ia memandang laki-laki didepannya yang menghabiskan sisa makanan dipiringnya yang hanya tersisa satu suap.

"Mari kita bercerai Basmal".

Basmal tersedak hingga kerongkongannya terasa panas, ia menatap lekat wanita didepannya yang menatapnya datar. Lalu meminum air gelas didepannya hingga sisa setengah.

"Kamu bicara apa?"

"Mari kita bercerai" Cece mengulangi perkataannya.

"Kamu sadar apa yang kamu katakan?"

Cece mengangguk "Saya sadar"

Basmal membasahi bibirnya yang kering, "Jangan bercanda, saya tau kamu sedang banyak fikiran, kamu pasti sedang banyak pekerjaan dikantor kan? Jangan terlalu lelah ya, saya berangkat dulu"

Basmal lekas bergegas meninggalkan Cece yang mengerutkan keningnya. Kenapa ia merasa Basmal menghindari pembicaraan ini? Why? Bukankah ini yang ia harapkan? Lekas bercerai dengannya lalu kembali dengan kekasihnya?.

Basmal tergesa-gesa memasuki mobilnya lalu pergi meninggalkan pekarangan rumahnya. Ingatannya kembali saat ia mendengar Cece yang mengajaknya bercerai. Bercerai? Apa sebenarnya yang wanita itu fikirkan? Apakah ia berfikir bercerai itu mudah seperti hubungn anak bocil yang seenak jidat mengatakan putus?

Dan lagi, kenapa perasaannya terasa sesak saat ia melihat Cece yang begitu serius mengatakannya. Jika mereka bercerai, maka secara otomatis, mereka akan berpisah, ia tidak akan lagi melihat Cece berkeliaran dirumahnya dan ia tidak akan melihat Cece tidur nyenyak disampingnya.

"Kita tidak akan bercerai Princess". Basmal mengeram marah memegang erat stir kemudi.

_____________
Jangan lupa vote dan komennya yaaa

'PRINCƏSS (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang