Bagian 50

19.4K 1K 40
                                    

Cece terbangun dengan kondisi yang begitu mengenaskan dengan beberapa bercak kemerahan di tubuhnya. Setelah mereka berdua melakukan kegiatan intim di kantor sebanyak tiga ronde, mereka pulang. Namun, Basmal yang begitu gila kembali mengulangi aktivitas mereka.

Hari ini Cece berencana untuk ke Moll, entah kenapa dia ingin shooping. Hitung-hitung menghabiskan uang Basmal. Cece tertawa jahat memikirkan beberapa barang yang ingin ia beli, ia benar-benar ingin menghabiskan uang Basmal.

"Kamu kok cantik banget, sayang jangan cantik-cantik dong kalau keluar rumah,".

Cece memutar bola mata malas, "Jangan aneh-aneh giliran jelek saya akan terlihat menjijikkan".

Basmal menunduk sedih, "Kamu selalu cantik kok di mata aku, mau berangkat sekarang???"

"Iya, tapi saya yang nyetir, saya ingin menggunakan mobil baru".

"Boleh sayang, itu kan punya kamu, tapi hati-hati ya".

____________

"Pelan-pelan sayang". Tegur Basmal karena istrinya mulai menggunakan kecepatan tinggi. Astaga, tau begini, ia tidak akan mengizinkan istrinya yang menyetir mobil.

"Diam Basmal".

"Sayang, turunin kecepatannya ya, aku gamau kamu kenapa-napa".

Cece mencebik kesal menuruti perintah Basmal. Namun tak urung, Basmal tersenyum menghela nafas lega. Istrinya masih mau mendengarkannya.

Setibanya di Moll, Cece segera turun didampingi oleh Basmal yang menggenggam tangannya begitu erat. Sesekali, ia melihat tajam laki-laki yang terang-terangan memperhatikan istrinya. Basmal mendadak pening, beginikah rasanya memiliki istri cantik dan seksi menggoda?? Astagaaa.

Cece menarik Basmal menuju toko pakaian ia mengambil pakaian yang ia sukai tanpa melihat harganya, dan Basmal sama sekali tidak menegurnya. Justru, Basmal ikut memilihkan pakaian untuk istrinya.

"Sayang, aku rasa sekarang payudara milikku makin besar, kamu butuh bra yang ukuranyannya awhhhhh". Basmal meringis saat istrinya mencubit lengannya.

"Kamu mesum".

Basmal nyengir kuda, "Ini namanya normal sayang".

"Terserah kamu".

Ujar Cece kesal lalu beralih menuju tempat barang-barang yang ingin ia beli, meninggalkan Basmal yang masih mematung disana. Sungguh, ia ingin menghabiskan uang Basmal.

Saat hendak mengambil tas, ia melihat wanita sialan yang benar-benar ia benci, dan sialnya, ia sedang berada didepannya menuntun sebuah anak kecil yang menatap Cece takut-takut.

Mata Cece dan Melisa bertemu, Melisa nampak sedikir gugup namun ia kembali berusaha tenang.

"Hai...Melisaa..".  Sapa Cece "Apa kabar??? Owhhh, adik kecil ini siapa??? Anak kamu???"

"Iya, anak aku."

Cece mengangguk, "Wow, sudah menikah ehh???"

"Melisa, saya....". Cece menatap kaget laki-laki didepannya, sama halnya dengan laki-laki tersebut yang menatap Cece dengan tubuh menegang.

Laki-laki itu tidak menyangka, ia akan bertemu dengan orang yang sangat ia cintai disini. Bisakah ia memeluknya??? Dia sangat merindukan wanita didepannya. Wanita yang sangat ia cintai hingga saat ini.

"Princess,,,,". Laki-laki itu menyebut nama wanita di depannya dengan nada bergetar namun raut wajahnya memancarkan tatapan rindu, sedih, bahagia secara bersamaan.

"Hai Pradana,". Cece menatap Pradana dan anak laki-laki yang berada dalam gandengan  Melisa dengan intens secara  bergantian. Hingga ia menyimpulkan sesuatu, "Jadi, Melisa adalah istri kamu??".

Pradana enggan menjawab, ia tidak mampu menjawab dan tidak mau menjawab. Pasalnya, ia ingin mengatakan tidak, namun faktanya iya.

"Pasangan yang serasi, selamat kalau begitu". Cece tersenyum miring menatap Pradana dengan tatapan penuh kekecewaan hingga saat ia berbalik ingin pergi, suara Pradana menghentikan langkahnya.

"I miss you Princess, i miss you so much,". Pradaba mengucapkannya sepenuh dan setulus hati. Sungguh, ia benar-benar sangat merindukan wanita itu.

Tubuh Melisa menegang, dadanya berdetak keras lalu disusul nyeri teramat sangat. Apa katanya tadi? Suaminya mengucapkan rindu pada wanita lain di depan istrinya sendiri dan di didepan anaknya??

Cece membalikkan tubuhnya memandang Pradana dengan tatapan tajam yang belum pernah ia lihat selama ia mengenal Princess, "Oh ya??? Serius??". Cece tertawa  "Kamu apa tadi?? Kangen?? Kamu kangen saya?? Owhh astaga. Melisa, ini suami kamu kan??"

Melisa diam tidak menjawab, ia hanya mampu menekan rasa sakit, sakit karena suaminya memperlakukannya seperti ini, meskipun ia tidak mencintai suaminya. Tapi, ia benar-benar dibuat malu oleh suaminya sendiri.

"Diam berarti iya. Tapi sayang banget Pradana, saya tidak bisa merindukan suami orang, saya tidak segatal itu". Ujar Cece sinis lalu meninggalkan Pradana yang mematung menatap kepergian wanita yang dia cintai.

"Jadi kamu suka wanita bekas pakai seperti dia Pradana???" Melisa memandang wajah Pradana dengan penuh amarah.

Prasadana pun tidak kalah menatap Melisa dengan penuh amarah, "Jaga ucapan kamu, derajat dia lebih tinggi dari kamu. Karena apa?? Karena dia tidak pernah menjadi duri dalam rumah tangga orang".

Melisa tertawa, "Oh ya??? Hahahahah, atau mungkin, dia akan jadi duri di rumah tangga kita. Oh salah, dia memang sudah menjadi duri sekarang".

"Jaga mulut kamu, dia wanita terhormat, jika ada yang patut untuk disalahkan, itu adalah saya. Karena saya yang mencintai dia, semua salah saya, dia tidak pernah tahu apapun".

Pradana meninggalkan Melisa yang tersenyum kecut menatap anaknya yang menggenggam tangannya erat menatap penuh sayang ke arahnya.

"Mama, papa marah??"

Melisa menggeleng, "Ngak sayang, papa ngak marah, ayo kita susul papa".

______________
Jangan lupa vote dan komennya ya.. Makasi❤

'PRINCƏSS (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang