Basmal membaringkan Cece dengan sangat hati-hati. Setelah lama menangis, Cece tertidur kelelahan. Basmal mengelus rambut Cece yang begitu halus dan wangi.
"Cantik banget". Ia tersenyum gemas mengecup singkat pipi istrinya. Ia yakin, jika Cece tidak tidur, Cece akan memarahi Basmal yang sudah menciumnya.
Basmal ikut membaringkan dirinya disamping Cece menatap wajah Cece lama-lama. "Aku minta maaf ya kalau aku egois mempertahankan kamu".
Basmal menggenggam tangan Cece yang begitu mungil dan sangat pas dalam genggamannya. "Aku tidak bisa membiarkan kamu pergi, karena ketika aku melepaskan kamu, aku juga harus siap melihat kamu dengan laki-laki lain. Dan aku tidak pernah siap dengan itu."
______________
Cece membuka matanya perlahan dan mengedarkan pandangan yang ternyata ia hanya sendirian di kamar ini. Sial, dia tadi ketiduran karena menangis terlalu lama. Sementara dari bawah, Cece mendengar suasana begitu ramai. Dengan gerakan cepat, ia segera melangkah menuju kamar mandi membersihkan diri.
"Sudah bangun?".
Cece telonjak kaget saat melihat Basmal ada disofa mengambil handfhonenya.
"Menurut kamu?" Sahut Cece ketus
"Baju kamu ada dilemari".
Cece menatap horor Basmal
"Itu baju kamu sayang, aku baru beli.. sumpah demi Allah bukan baju wanita lain".
Cece memicingkan wajahnya membuat Basmal bergidik ngeri.
"Beneran sumpah". Ujar Basmal kembali.
Cece mendegus dan mengambil pakaian santai dilemari yang Basmal maksud. "Kamu ngapain masih disini?"
"Hah???" Basmal mengerjapkan matanya bingung.
"Saya mau ganti baju, kamu keluar".
Basmal menggaruk tengkuknya yang tidak gatal lalu mengangguk dan pergi dari kamar mereka menemui keluarganya dan kedua orang tua istrinya yang berkunjung.
_____________
Semua orang begitu antusias menyambut Cece saat ia menghampiri kedua orang tua dan keluarga Basmal. Ada perasaan kecewa, kecewa karena kenapa semua orang begitu lihai mempermainkan dirinya. Tidak bisakah mereka semua mengerti akan posisinya? Bisakan semenit saja mereka memahaminya?
Ia pikir, kedua orang tuanya akan menuruti permintaannya, membantunya bercerai dari Basmal. Tapi, sepertinya memang tidak ada yang bisa ia percayai.
"Makin cantik yaa Princess". Istri Xabiru memeluk Princess
Cece tersenyum tipis lalu duduk dimeja makan disamping Basmal. Ia bingung mau bersikap bagaimana, dia ingin marah tapi dia tidak bisa marah. Dia hanya kecewa pada semuanya.
"Kamu mau makan apa? Mau aku ambilin?" Basmal menawarkan.
Cece tersenyum miring, cari muka ehh? "Gaperlu"
Basmal tersenyum tipis mengangguk. Seluruh keluarganya menatapnya prihatin. Tapi, itu tidak masalah, apapun itu tidak menjadi masalah baginya, asalkan Cece selalu disampingnya dan menjadi miliknya.
"Cece gimana selama dua tahun ini?" Tanya Xabiru.
Cece yang hendak memasukkan nasi kedalam mulutnya terhenti. "Bahagia kak". Ujarnya singkat lalu menyantap makanna dengan lahap.
"Iya, kelihatan sekali sama aura kamu dan kamu terlihat sedikit berisi". Sahut Xabitu.
Cece mengangguk membenarkan, ia memang sangat bahagia selama dua tahun ini. Hidupnya juga teramat menenangkan tidak ada drama dan segala macam bentuk sakit hati. Yaa... memang ada masalah kecil tapi itu tidak begitu berdampak signifikan untuk dirinya.
Selama dua tahun ini, dia lebih banyak menikmati hidup dan bersyukur. Dan selama dua tahun ini dia benar-benar berhasil melupakan Basmal dan segala kenangannya. Tapi, sial sekali hidupnya lagi-lagi penuh drama. Dia benar-benar jengkel.
Basmal melirik istrinya yang begitu makan dengan lahap namun masih terlihat anggun. Dalam hati, ia ikut senang saat mendengar istrinya mengatakan ia bahagia. Ia juga senang istrinya semakin terlihat menggemaskan dengan pipi tembamnya dan lekuk tubuhnya mulai semakin... ohh sial... kenapa otaknya menjadi seperti ini....
Seusai makan malam, semua masih berkumpul dimeja makan.
"Kami meminta maaf... aku sebagai kakak dari Basmal memintan maaf atas kelakuan dia yang memang sangat keterlaluan dan brengsek." Xabiru melihat Cece yang hanya terdiam. "Mulanya, kami semua memaksa dia untuk menandatangi surat cerai dan melepaskan kamu. Tapi, ia tetap dengan pendiriannya yang begitu kekeuh tidak ingin menceraikan kamu sampai kapanpun."
"Papa juga melihat bagaimana Basmal memohon ampun setiap hari pada papa... mengunjungi papa dan mama yang sangat kesepian. Dia menunggu kamu selama ini dan dari situ papa yakin, ada yang perlu kalian bahas dan kalian luruskan." Tambah Deni menatap putrinya.
Cece tersenyum tipis... tidak mau menandatangani surat cerai? Tidak mau melepaskannya? Lelucon apa lagi ini?
"Apa saya punya pilihan lain?" Tanya Cece menatap semua orang disana.
"Ngak kan?? Yaudah..." Ujarnya lagi sembari dengan santai meneguk jus kacang hijau kesukaannya.
_____________
Setelah semua keluarganya pulang, Cece berdiam diri dikamar yang sialnya membuat fia muak melihat foto foto pernikahan dirinya dan Basmal yang terpajang di dinding. Dia tidak memahami kenapa laki-laki sinting yang sialnya masih menjadi suaminya itu mendadak begini. Kalau kalian pikir durinya senang? Ohh ngak... rasanya dia sudah mati rasa.
"Kamu tidur disini juga?" Tanya Cece saat melihat Basmal ikut berbaring disampingnya dan hendak mendekatinya.
"Kenapa??" Tanya Basmal heran.
"Kamu gak jijik tidur sama saya?" Lagi-lagi Cece menyindir Basmal yang membuat Basmal kembali dirundung rasa bersalah dan penyesalan.
"Aku minta maaf, dan saya tidak jijik tidur dengan kamu".
Cece tersenyum miring, menjilat ludah sendiri eh?? Ia membalikkan tubuhnya membelakangi Basmal mencoba memejamkan mata. Dia benar-benar lelah dan ingin tidur nyenyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
'PRINCƏSS (END)
RomanceBasmal menikahi Cece (Princess) atas perintah kakaknya Xabiru, sementara itu ia tetap bermain gila dengan Melisa (wanita yang dicintainya). Perasaan enggan menyentuh istrinya lantaran ia sudah bukan lagi gadis membuat Basmal membuat jarak. Kemudian...