Bagian 59

14.3K 938 20
                                    

"Kita bercerai saja Dana".

Dana tersentak kaget menoleh kearah wanita yang berdiri tak jauh darinya. Ia meletakkan jam tangan dan dompetnya di atas nakas lalu duduk disofa di kamarnya, oh sory, lebih tepatnya di kamar Melisa. Mereka berdua sedang berada di rumah orang tua Melisa.

"Kamu dan aku sama-sama mencintai orang lain".

Dana menghela nafas berat, bayangan Basmal yang mengatakan Cece saat ini tengah mengangandung membuat dirinya begitu kacau selama beberapa hari ini.

"Mari kita sama-sama mengejar orang yang kita cintai".

Dana mengernyitkan kening, lalu tersenyum miring, "Tawaran yang bagus, kamu percepat saja perceraian kita,"

"Aku ngak nyangka kamu punya masa lalu dengan Cece, kamu pernah apain dia, secara, dia kan... ah you know lah."

Dana mengepalkan tangannya, wanita sialan.

"Kamu pikir saya laki-laki seperti apa?? Kamu pikir cinta saya sedangkal itu sampai saya tega mau menyentuh Princess?? Kamu harusnya berfikir lagi sebelum mengatakan segalanya, dia wanita yang dipaksa direngut kehormatannya, berbeda dengan kamu. Saya nggak ngerti apa yang ada di pikiran kamu". Ujar Dana lalu kembali meraih dompet dan jam tangannya dan pergi meninggalkan rumah itu.

Sialan, mulut wanita itu benar-benar membuat kepala Dana terasa ingin meledak. Dia benar-benar sangat marah jika ada yang berani menyakiti Princess, wanita yang ia cintai.

Dana mengemudikan mobilnya tanpa arah lalu tatapannya tanpa sengaja melihat Cece yang sedang sibuk makan telur gulung sendirian. Astaga, wanita itu, apakah dia tidak tahu sekarang sudah jam 08.00 malam?

Ia segera menepikan mobilnya dan keluar mendekati Princess yang belum menyadari kehadirannya.

"Princess,"

Cece menoleh melihat laki-laki berdiri tegap. "Dana"

"Kamu ngapain disini? Ini udah malam, kalau kamu kenapa-napa gimana? Asataga". Dana mengusap wajahnya kasar, ia merasa kesal sekaligus gemas dengan wanita di depannya yang menatapnya dengan wajah polos sembari tetap melahap telur gulung hingga pipinya mengembung.

"Kamu lagi hamil Princess, jangan keluar sendirian malam-malam, ini bahaya banget."

"Aku lagi pengen makan telur gulung," Sahut Cece singkat.

Dana duduk di samping Princess, "Iya tau, tapi jangan pergi sendirian, kamu lagi hamil".

Cece mencebikkan bibirnya, "kamu lebay".

Dana diam, berdebat dengan wanita memang tidak ada habisnya. Dana memilih diam menemani Cece yang masih melahap telur gulungnya. Dana selalu memimpikan saat-saat seperti ini, tapi posisi yang ia impikan adalah sebagai suami yang menemani istrinya ngidam. Bukan sebagai orang lain.

Dana mengusap sudut matanya yang berair, rasanya sangat menyakitkan. Ia tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Lalu ia kehilangan Princess sebagai orang yang sangat ia ingin miliki untuk menemaninya di dunia ini.

"Kamu mau minta??" Tanya Cece memecah keheningan.

Dana menatap wajah Cece yang menggemaskan, lalu menggeleng. "Makan kamu aja, kamu pasti lagi pengen banget".

"Iya, aku pengen banget makan ini,"

"Gimana rasanya hamil??"

Cece tersenyum manis, "Rasanya nano nano, seneng ga nyangka aja di dalem perut ada bayinya".

Dana tertawa, astaga kenapa wanita ini masih menggemaskan seperti dulu.

"Kemarin-kemarin aku USG, tau ngak sih bayinya masih kecil banget, lucu, gemmes, ga sabar pengen USG lagi, pengen liat dia jadi besar, trus nanti perut aku jadi besar. Basmal kemarin jadi nangis-nangis liat foto USG Basmal kecil, lucu banget".

Tawa Dana menghilang seiring dengan nama Basmal yang keluar dari mulut Cece. Basmal kecil??? Romantis sekali.

"Kamu gimana?? Waktu Melisa hamil juga kaya Basmal nggak???"

Dana menggeleng dengan senyum sedih, bagimana bisa ia bersikap seperti itu pada wanita yang tidak ia cintai dan wanita itu bukan hamil anaknya?.

"Kok gitu?? Kamu ngak seneng waktu Melisa hamil??"

Enggak.
Hal itu hanya Dana ucapkan dalam hati. Bagaiman ia bisa senang? Sementara saat itu juga kebahagiaannya terasa terengut paksa, ia kehilangan segalanya. Dana tersenyum menatap Cece.

"Dana kamu bahagia???"

Dana tidak mampu lagi untuk tidak memeluk Cece. Dana menarik Cece kedalam pelukannya lalu bahunya bergetar hebat. Rasanya ia lelah, lelah dengan semuanya. Namun ia selalu berusaha terlihat baik-baik saja. Dari dulu hingga saat ini tidak ada satu orang pun yang menanyakan apakah kamu bahagia? Hanya Cece yang selalu menanyakan itu.

"Aku lelah Princess, aku capek banget".

Cece mengelus punggung Dana, "Kamu bekerja terlalu keras Dana, kamu butuh waktu dengan Melisa dan anak kalian".

"Anak itu,, anak itu bukan anak aku". Ujar Dana serak membuat Cece mendorong tubuh Dana hingga pelukan Dana terlepas.

Anak itu bukan anakku??
Omong kosong apa yang Dana ucapkan?
Lalu kenapa ia menikahi Melisa jika anak itu bukan anaknya?

"Rio bukan anak aku Princess". Ujar Dana sekali lagi membuat dada Cece berdetak cepat.

____________
Jangan lupa vote dan komennya ya biar semangat buat Up meski lagi sibuk sibuk banget.

'PRINCƏSS (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang