Bagian 36

22K 1K 12
                                    

"Are you oke???" Nando menatap wanita didepannya yang menatapnya sayu dengan sorot mata lelah.

"Kenapa? Hmm?" Karena tak kunjung ada jawaban, Nando mendekati Cece yang masih diam. Ia duduk didepan Cece yang masih menatapnya. "Ada apa? Kenapa?"

"Kenapa semua orang manipu aku".

Nando menghela nafas.

"Jangan bilang kalau kamu juga mengetahui soal ini".

Nando diam.

Cece tersenyum getir, Nando bisa melihat raut kekecewaan dimata Cece.

"Kenapa?? Kenapa kalian mempermainkan aku seperti ini? Apa kalian pikir, aku akan bahagia berada di situasi sekarang? Hmm?? Apa kalian pikir aku akan bahagia hidup dengan orang yang menolak aku, menghina aku, menghianati aku, iya?? Aku gak ngerti apa yang ada dipikiran kalian. Aku ngak ngerti."

Nando membawa Cece kedalam pelukannya, meski Cece memberontak. "Princess, aku tidak berdaya, saat itu aku tidak bisa membantu kamu terlalu jauh. Aku bisa melawan siapapun, tapi tidak dengan orang tua kamu".

Cece memejamkan matanya, menangis dipelukan Nando, orang yang selama dua tahun ini menemani keterpurukannya.

"Aku gatau harus gimana". Ujar Cece serak.

Nando semakin memeluk Cece erat, ia ikut merasakan betapa pedihnya kehidupan wanita yang ada didalam pelukannya. Nando sangat khawatir saat tiba-tiba Cece menghubunginya,  mengajak mereka bertemu, meski sebenarnya mereka memang berniat bertemu tapi selalu gagal.

Ia khawatir, ia takut jika Cece kembali lagi mengalami masa-masa tersulitnya. Ia ingat betul, bagaimana Cece begitu menyedihkan.

Kala itu, ia menemui Cece karena memang ia ada proyek disekitar lokasi tempat Cece tinggal dan menempuh pendidikannya. Saat menemui Cece diapartemennya, ia melihat Cece begitu pucat dan menggigil kedinginan. Ia begitu panik dan membawa Cece kerumah sakit.

Tapi, mendengar fakta yang sebenarnya, ia tidak mampu menahan diri untuk tidak menangis. Ya, ia menangisi wanita yang begitu lemah dan rapuh namun terlihat tegar itu. Mandi delapan kali dalam sehari membuat Cece drop.

Dan fakta mengejutkan lagi, Cece mengalami trauma karena ditolak, dikhianati, dihina dan direndahkan. Ia selalu merasa dirinya menjijikkan, ketika ia mengingat dirinya menjijikkan, ia akan mandi, begitu seterusnya.

Nando membawa Cece ke psikiater,  ia menemaninya, menguatkannya dan menginginkan Cece kembali menjadi wanita luar biasa yang ia kenal.

Demi Tuhan, kala ia mengetahui semua tentang Cece dari bibir wanita itu sendiri. Sedikitpun, ia tidak pernah berfikir untuk meninggalknnya, ia justru ingin merangkulnya, memeluknya, menggenggamnya, membahagiakannya. Baginya, semua wanita didunia ini begitu mulia, mau seburuk apapun dia, ia tetap terlahir dari rahim seorang wanita.

"Aku harus gimana?". Cece melepaskan pelukan Nando menatap Nando yang menatapnya penuh kelembutan.

"Turuti apa kata hati kamu. Princess, apapun yang membut hati kamu bahagia, lakukanlah, aku akan tetap berada dibelakang kamu".

"Bercerai, aku menginginkan itu".

Nando mengusap pipi Cece yang masih ada sisa air mata "Itu akan sulit, Basmal sulit melepaskan kamu, dia mencintai kamu Princess, dan ia tidak ingin kamu pergi".

"Tidak mungkin, dan aku..perasaan aku udah mati".

"Aku tau, kita tidak mungkin kembali mudah mencintai orang orang menyakiti kita begitu dalam. Tapi, pikirkan kembali, terkadang kita membenci seseorang karena kita terlalu cinta dengan orang itu. Cece, apapun itu, pikirkan dengan matang, jangan terburu-buru, lakukan langkah terbaik yang bisa membuatmu bahagia, namun pastikan kebahagiaan kamu bukan sementara."

"Aku... aku.. aku ga tau, setiap kali melihat Basmal, hati aku sakit, aku selalu mengingat perlakuan dan ucapan dia. Aku ga sanggup, aku, aku nga sanggup nahan rasa sakit aku".

"Aku tau, stttt sudah, jangan bahas hal-hal yang membuat kamu sakit, kita bahas gimana ceritanya Princess pake sandal jepit sementara pakaiannya dari brand ternama".

Mendengar ucapan Nando, Cece melihat kakinya yang ternyata memang benar menggunakan sandal jepit lusuh milik Bi Rara. Astaga, Cece meringis malu lalu tertawa.

Ini yang Nando suka, Cece begitu ajaib. Tingkahnya memang sangat luar biasa, ada saja tingkah gemasnya yang membuat ia ingin membawa Cece pulang kerumahnya. Hahh... andai saja... 

"Jangan diketawain". Cece memanyunkan bibirnya kesal.

"Kenapa? Malu?"

Cece mengangguk,

"Gemesin banget, makan dulu ya, pulangnya mau aku antar atau gimana?"

"Aku bawa mobil".

"Oke, kita makan dulu, aku laper belum makan".

"Kebiasaan,"

"Sibuk banget, ga ada yang ingetin juga, biasanya juga kamu kan yang ingetin aku makan waktu kamu masih jadi sekretaris aku" 

Nando kembali sibuk menceritakan hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan dan aktivitas kesehariannya. Sesekali, ia juga bercerita banyak hal selama Cece berhenti menjadi sekretarisnya.

Cece menyadari satu hal, ia merasa sangat diterima dengan baik oleh Nando, sekalipun Nando mengetahui semua tentangnya, Nando tetap berada didepannya dan tidak pernah menghina apalagi merendahkannya.

________________
Jangan lupa votenya guyss makasi yaa sudah membacaa.

'PRINCƏSS (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang