Kepedihan Mendalam

991 23 0
                                    

Rio kini duduk tersipu di depan ruang UGD, Mentari sedang dalam penanganan dokter. Rio menangis terisak-isak sejak tadi, apalagi saat di dalam ambulans tadi ia terus menggenggam erat tangan Mentari. Rasa takut kehilangan pun menyeruak di hatinya.

"Maafin aku Mentari... Maaf...". Lirih Rio dalam tangisnya.

Ia sudah menghubungi orangtua Mentari dan juga orangtuanya. Memberitahu bahwa Mentari kecelakaan.

"Ini semua salah aku, kalau aja aku gak buat kamu kesel". Ucapnya lagi.

Rio menunduk dan terus merutuki sikapnya, mungkin kalau dia tidak membahas pernikahan dipercepat bisa jadi Mentari tidak kesal kepadanya. Tidak kebut-kebutan di jalan hingga terjadi kecelakaan.

Salah satu suster keluar dari ruang UGD.

"Mas, bisa kita bicara mengenai pasien". Ucap suster menyadarkan Rio.

Rio pun langsung bangkit dan menunggu pernyataan dari suster.

"Gimana sus keadaan pasien??". Tanya Rio nampak cemas.

"Mas, pasien kehilangan banyak darah dan butuh transfusi darah secepatnya...". Jelas suster tersebut.

Rio mengusap wajahnya kasar, ia merasa bersalah atas kecelakaan yang menimpa Mentari hingga membutuhkan donor darah.

"...tapi golongan darah B sedang kosong ketersediaannya mas". Lanjut suster lagi.

Rio pun langsung mengangguk cepat,
"Golongan darah saya B, saya siap donorin darah saya untuk tunangan saya". Tegas Rio.

Suster mengangguk dan mengajak Rio menuju ruangan transfusi darah. Mentari membutuhkan 3 kantung darah golongan B, dan syukurnya sama dengan golongan darah Rio.

Orangtua Mentari dan orangtua Rio pun tiba di RS, Rihanna pun ikut juga. Mereka sudah berada di depan UGD atas arahan resepsionis bahwa pasien yang mengalami kecelakaan sedang ditangani di UGD.

"Nak Rio kemana?? Kok gak ada". Tanya tuan Gusti bingung.

Tadi yang menghubungi dirinya adalah Rio, sekarang Rio malah tidak ada.

"Kemana tuh anak, tunangannya di UGD bukannya ditungguin". Tuan Rizaldi menimpali.

"Pah itu kak Iyo". Ucap Rihanna menunjuk Rio.

Rio berjalan gontai menuju UGD, terlihat menyedihkan dan kusut. Jasnya ia taruh di bahu, tangan kemeja terlipat dengan tangan kiri diplester bekas transfusi darah tadi.
Rio langsung memeluk nyonya Rossa dan menangis terisak.

"Iyo... Sabar sayang. Berdo'a ya agar Mentari baik-baik aja". Ucap nyonya Rossa sambil mengusap punggung putranya yang bergetar karena menangis.

"Maafin Iyo mah, ini semua salah Iyo". Lirih Rio dalam tangisnya.

Tuan Rizaldi pun menepuk bahu Rio agar tenang. Dan nyonya Rossa ikut menangis.

"Ini takdir nak Rio, gak ada yang bisa melewatkan takdir. Yang terpenting sekarang nak Rio tenangin diri dan berdo'a supaya Mentari cepat siuman". Ucap tuan Gusti berusaha tegar.

Rio melepas pelukan dari sang mamah, ia menatap orangtua Mentari dengan tatapan nanar. Rio pun tersungkur di hadapan orangtua Mentari.

"Maaf om tante... Saya, gak bisa jagain Mentari...". Tangis Rio semakin pecah.

Rio menangis sambil tertunduk, tampak penuh penyesalan di wajahnya, dan badannya terasa lemas. Tenaganya terkuras karena tangisannya dan juga efek transfusi darah.

"Nak Rio ayo bangun, nak Rio gak salah. Ini murni kecelakaan karena kami tau gimana Tari kalau kendarain mobil". Ucap nyonya Yunike yang sedari tadi sudah menangis juga.

My Possessive BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang