Berbohong Demi Kebaikan

624 17 0
                                    

Rio dan Mentari pun menjalani rumahtangga mereka dengan biasa-biasa saja, tak ada kemesraan apalagi keromantisan. Meski Rio selalu berusaha untuk romantis namun selalu ditepis oleh Mentari.

Pernikahan mereka sudah menginjak 1 bulan, waktu begitu cepat berlalu. Hari-hari mereka jalani datar saja, meski Rio tidak pernah menyerah untuk meluluhkan hati istri tercintanya.

"Sssst... Cewek cantik serius amat si kerjanya". Ucap Rio genit.

Sudah terbiasa Mentari digoda Rio meski respon Mentari pasti mengomel dan ketus.

"Apaan si?? Emangnya saya cewek apaan di ssstt sssst begitu..!". Protes Mentari tak terima.

"Maaf, marah melulu. Sehari aja kamu gak marahin aku, dapet penghargaan rekor muri kamu, hehehe...". Ujar Rio sambil terkekeh.

"Gak butuh muri, saya cuma butuh ketulusan". Ucap Mentari pelan.

"Aku kurang tulus gimana si Mentari?? Aku harus apa supaya kamu bahagia jadi istri aku??". Tanya Rio seperti frustasi.

Rio memang bahagia memiliki istri seperti Mentari, tapi tampaknya berbanding terbalik dengan Mentari yang tak bahagia dengan pernikahannya ini. Mentari merasa jenuh meski ia tahu Rio berusaha jadi suami yang baik. Rumahtangganya hambar saja, padahal Rio giat berjuang tapi Mentari selalu abaikan.

"Gak tau, udah deh bapak jangan ganggu saya. Gak lihat kerjaan saya banyak..!". Jawab Mentari beralasan saja.

"Sekarang tanggal berapa ya??". Tanya Rio lagi.

"Itu di meja ada kalender, tinggal lihat apa susahnya si. Terus di smartphone pak Rio juga ada kalendernya...!!". Jawab Mentari ketus.

Rio menghela napasnya, maksud hati ingin ingatkan Mentari bahwa hari ini tepat tanggal 12 adalah monthsary pernikahan mereka yang ke 1 bulan.

"Kamu lupa ya, kalau sekarang itu monthsary pernikahan kita yang ke 1 bulan, yeeeay... Dinner yuk ntar malem". Ajakan Rio seraya tersenyum.

"Ogah...!! Dinner aja sendiri. Lebay banget cuma baru 1 bulan aja dirayain". Mentari menolak dengan ketus.

Senyum Rio pun luntur dapat respon seperti itu dari Mentari. Ia beranjak dari kursi kerjanya dan menghampiri Mentari.

"Ngapain si deket-deket!!". Omelan Mentari tak suka didekati Rio.

Padahal kata psikiater traumatis Mentari sudah hampir 80% membaik. Tapi kenapa Mentari masih tidak mau dekat-dekat Rio.

"Mentari... Aku tau aku salah, tapi apa kamu gak mau maafin aku atas kejadian malem itu. Aku berusaha jadi suami yang baik kok buat kamu tapi kamu tetep bersikap ketus ke aku". Ujar Rio nampak sedih.

Mentari melirik Rio sekilas,
"Gak usah bahas yang udah terjadi, inget ya pak kita menikah karena terpaksa bukan keinginan saya". Balas Mentari dengan sorot mata sinis ke Rio.

"Tapi aku gak terpaksa, aku ikhlas dan tulus nikahin kamu. Meski aku gak tau hati kamu buat aku atau enggak". Ucap Rio lirih.

"Di hati saya gak akan buat bapak, saya hanya cinta ke orang yang tulus mencintai saya bukan karena merasa bertanggungjawab aja". Ucap Mentari menyindir.

"Tapi  aku..... ". Ucapan Rio terpotong karena terdengar ketukan pintu.

Tok.. Tok..

"Iya masuk..". Jawab Rio dan kembali ke meja kerjanya sambil menghela napas.

Ada saja halangan mengungkapkan perasaannya ke Mentari.

"Nih file yang boss que minta udah beres". Ucap Sakti seraya menyodorkan flashdisk berisi file penting.

My Possessive BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang