Diam-Diam

639 20 0
                                    

Pagi ini Mentari bangun lebih awal, karena tidak ingin berdebat lagi dengan Rio. Ia menangis semalaman, dan ketika ia keluar kamar melihat dinding luar kamar ada bercak darah pasti bekas pukulan Rio kemarin sore.

"Dia nyakitin diri sendiri". Gumam Mentari pelan.

Mentari pun menuju dapur untuk melakukan rutinitas setiap pagi. Hingga ia selesai membuat sarapan untuk dirinya dan Rio. Mentari pun jadi kepikiran Rio terus, ia kasihan dengan Rio kemarin.

"Apa gue coba buka hati gue buat Rio?? ini semua juga bukan kesalahannya". Tanya hati Mentari.

Hingga Mentari selesai buat sarapan, Rio belum turun juga, Mentari melirik jam tangannya. Tumben Rio belum juga turun dari kamarnya.
Karena takut telat, Mentari pun sarapan lebih dulu tanpa menunggu Rio.
Lalu Rio pun turun dengan ekspresi flat dan tatapan dingin, membuat Mentari berhenti mengunyah.

"Sarapan dulu nih". Ucap Mentari.

Rio hanya melirik sekilas Mentari dan juga sarapan yang telah Mentari siapkan. Tanpa berkata apapun, ia lanjut melangkahkan kaki keluar rumah.

"Pak Rio... Masih ada waktu buat sarapan sebentar". Ujar Mentari seperti membujuk Rio.

Rio pun memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam. Seketika teringat nasehat-nasehat saat akad dulu, ia pun langsung berbalik badan dan berjalan menuju ke meja makan.

"Susunya udah agak dingin, mau saya buatin lagi gak??". Mentari bertanya dengan hati-hati.

Rio menatap dingin Mentari, dan ia meraih gelas berisi susu yang sudah dingin lalu meminumnya. Dan Rio memakai oatmeal yang Mentari buatkan khusus untuknya. Karena Mentari sarapan makan nasi goreng.

"Dingin banget si tatapannya, pasti dia masih marah sama gue". Gumam Mentari dalam hati.

Mentari pun melihat luka memar terbuka di kedua punggung tangan Rio. Bisa ia tebak bahwa Rio tidak mengobati luka tersebut, buktinya tidak diperban dibiarkan begitu saja.
Mereka pun sarapan dalam keheningan tanpa obrolan atau gombalan Rio seperti biasanya.

-----------------------------------------------------------

Sudah seminggu Rio masih bersikap dingin ke Mentari, membuat Mentari merasa bersalah. Rio juga sering lembur di kantor, setiap hari Mentari pulang sendiri tanpa Rio. Ketika malam baru Rio pulang. Pokoknya Rio semakin jadi workaholic gara-gara masalah waktu itu di Cafe. Dan Rio juga heran Mentari masih bertahan hidup bersamanya, tidak meninggalkan Rio.

"Ini udah selesai saya rekap, silahkan bapak cek". Ujar Mentari menyodorkan dokumen penting perusahaan ke Rio.

Tanpa melirik Mentari, Rio meraih dokumen tersebut dan mengecek hasil kerjaan sang istri.

"Bahkan dia gak mau lihat gue, apa dia udah gak cinta sama gue??". Mentari bertanya dalam hati.

"Aku gak sanggup lihat kamu Mentari, itu semakin buat aku sedih sekaligus semakin cinta". Ujar Rio dalam hati.

Bahkan Rio tak sanggup menatap Mentari karena takut semakin dalam mencintai Mentari. Apalagi tatap mata indah Mentari membuat Rio semakin tenggelam di lautan cinta.

Tiba-tiba ponsel Mentari bergetar ada notifikasi chat masuk. Ia pun membaca chat tersebut dan melototkan matanya.

*Room chat on*
My mom
Tari sayang, sore ini mamah dan papah akan ke rumah kamu ya. Kami pingin nginap selama weekend ini, see you my princess..
*Room chat off*

Mentari pun menghela napas resah, hubungannya dengan Rio sedang tidak baik-baik saja. Orangtuanya malah ingin menginap di akhir pekan ini, memang si ini kali pertama orangtuanya mengunjungi rumah Rio dan Mentari.

My Possessive BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang