Jangan Minggir-Minggir

744 22 0
                                    

Malam ini mereka tidur sekamar karena tidak mungkin pisah kamar. Untungnya di kamar Mentari ada sofa jadi Rio bisa tidur di sofa tidak harus di lantai. Tak apalah badannya pegal-pegal cuma malam ini saja mereka menginap, karena besok mereka pulang ke rumah minimalis milik mereka.

Rio baru saja mau berbaring di sofa,
"Eeh eh... Kamu ngapain tidur di sofa??". Tanya Mentari melarang Rio tidur di sofa.

Rio pun mengernyitkan keningnya heran, apakah Mentari ingin Rio tidur di lantai.

"Mau tidur, gak apa-apa kan aku tidur di sofa kamu ini". Jawab Rio polos.

Tangan Mentari pun bersedekap di depan dada.
"Gak boleh..!". Tegas Mentari seraya gelengkan kepala.

Rio pun terlihat bingung, apakah Mentari setega itu menyuruh Rio tidur di lantai.

"Yaudah jangan marah, aku gak tidur di sofa kamu". Ujar Rio malah turun dari sofa ke lantai.

"Duuh kamu kok gak ngerti maksud aku si, ngapain mau tidur di lantai. Ayo bangun". Protes Mentari namun menuntun Rio agar bangkit jangan tidur di lantai.

"Terus aku tidur dimana Mentari?? Di sofa gak boleh di lantai gak boleh, di luar gitu??". Tanya Rio bingung.

"Tidur disini, jangan tidur di sofa atau di lantai atau dimanapun. Tidur di samping aku sini". Jawab Mentari seraya naik ke atas queen size.

Rio malah mematung, mimpi atau nyata Mentari menyuruh Rio tidur di kasur yang sama, apa karena sedang berada di rumah orangtua Mentari jadi harus totalitas dalam berakting.

"Serius boleh?? 1 tempat tidur gitu kita??". Tanya Rio memastikan.

Mentari memutar malas bola matanya,
"Iya boleh, udah sini kamu jangan diem aja. Aku serius izinin kamu tidur deket aku". Ucap Mentari tampak serius.

Rio pun sedikit takut naik ke atas queen size milik Mentari. Selain takut Mentari marah, ia juga takut khilaf.

(Khilaf gak nih readers?? Awoakwoakwk)

"Udah gak usah takut, aku kan istri kamu". Ujar Mentari meyakinkan Rio.

Rio pun berbaring di samping kanan Mentari, namun sangat ke pinggir sekali.

"Biasanya kan kamu ngomel-ngomel kalau aku deketin". Balas Rio agak berhati-hati.

"Gak ngomel kok, sini dong. Jangan minggir-minggir banget nanti kamu jatoh Iyo". Ucap Mentari menarik tangan Rio.

Rio pun mengikuti kemauan Mentari, meski degup jantungnya berdetak lebih kencang karena dekat-dekat sang istri.

"Kan 3 meter jaraknya, kalau sedeket ini kurang dari 3 meter". Ucap Rio polos.

Mentari menghela napas lagi, sabar menghadapi Rio suami sekaligus boss anehnya.

"Gak usah pake jarak 3 meter lagi, Rio". Tegas Mentari.

"Yang bener?? Itu berlaku saat di rumah orangtua kita atau selamanya??". Tanya Rio membuat Mentari gregetan.

"Kamu gak peka-peka deh, ampunn...!! Selamanya gak usah pake jarak. Itu permintaan aku, kita gak usah berjarak lagi". Ujar Mentari serius.

Rio menatap dalam-dalam retina Mentari,
"Iyaudah kalau itu maunya kamu, aku ikut aja". Balas Rio singkat.

Mentari pun sengaja melingkarkan tangannya ke perut Rio. Mereka sekarang tidur satu ranjang dan Mentari tanpa sungkan memeluk Rio. Membuat Rio mematung dan menarik napas dalam-dalam, darahnya terasa berdesir dengan degup jantung tak karuan.

My Possessive BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang