Sejak tadi Mentari duduk di lantai kamarnya, ia memeluk dirinya sendiri. Ia menangis pilu ketakutan karena tidak ada penerangan sama sekali, menengok listrik tetangga pun sama ikut mati pula. Bahkan ponselnya telah lowbat se jam yang lalu akibat menyalakan flash di ponselnya terlalu lama ditambah memang battery ponselnya sisa beberapa persen saja.
"Mamah aku takut...". Lirih Mentari sambil menangis.
"Disini gelap semua". Lanjutnya lagi.
"Toloooong..... ". Mentari berteriak sambil terus menangis.
Mentari punya phobia takut akan kegelapan, makanya ia tidak suka dan selalu menangis ketakutan jika berada di tempat gelap.
(Phobia gelap, trauma dikhianatin, trauma sama boss Iyo juga, banyak keluhannya ya hidup Mentari. Author jadi syedih)
Rio pun bergegas masuk ke dalam rumah, sambil menyalakan flash di ponselnya. Ia dengan cepat naik ke lantai 2 menuju kamar Mentari.
Tok... Tok....
Rio mengetuk pintu kamar Mentari,"Aaaaaa.... Mamah tolong... Aku takut..!!". Mentari malah berteriak.
"Mentari.. Ini aku buka pintunya...!". Ucap Rio sedikit berteriak.
Mentari pun langsung bangkit menuju pintu kamarnya yang ia kunci, karena gelap tidak ada penerangan apapun tanpa sengaja lututnya terkena ujung meja nakas.
"Aw...!!". Mentari memekik kesakitan.
"Mentari kamu kenapa hei?? Buka pintunya sayang". Ucap Rio keceplosan kesekian kalinya.
Bukan keceplosan tapi terbiasa sering panggil sayang. Meski Mentari selalu protes tidak suka.
Mentari pun membuka pintunya dan langsung menubruk Rio. Ia memeluk Rio sambil menangis."Takut.... Gelap semua". Lirih Mentari sambil menangis.
"Ssst.. Jangan takut lagi ya. Ada aku disini, aku udah pulang nih". Ucap Rio mengusap lembut punggung Mentari.
Tubuh Mentari bergetar karena menangis terisak, sudah Rio tebak pasti Mentari menangis sejak tadi.
"Kenapa genset di rumah ini gak ada si??". Tanya Mentari masih betah memeluk Rio.
"Bukannya gak ada tapi belum berfungsi aja, aku lupa suruh petugas listriknya". Jelas Rio.
Mentari pun sedikit pincang dan melepas pelukan Rio. Tangan Rio terulur menghapus air mata yang membasahi Mentari.
"Tadi kenapa teriak aw gitu, apa ada yang sakit??". Tanya Rio perhatian.
"Lutut saya ke pentok nakas". Ucap Mentari terdengar manja.
Rio pun menyoroti lutut Mentari dengan flash di ponselnya. Terlihat memar kebiruan.
"Masuk ke dalem, aku obatin lutut kamu ya. Memar tuh". Rio mengajak Mentari masuk ke dalam kamar.
Mentari pun patuh sambil Rio merangkulnya membantu berjalan. Kali ini physical touch tanpa protes dari Mentari.
Mentari masih sesenggukan, air matanya masih mengalir.
"Jangan nangis, gak usah takut kan ada aku disini. Tenang ya, cupcupcup...". Ujar Rio menghapus air mata Mentari lagi.
"Pak Rio mau kemana ?? katanya tetep disini??". Tanya Mentari heran melihat Rio yang baru akan pergi.
"Aku cuma mau ambil P3K di nakas sebelah sana. Aku gak akan tinggalin kamu kok. Nih pegang handphone aku flashnya nyala biar kamu gak takut". Jelas Rio dan menuju nakas yang berada di sebelah tempat tidur.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Boss
RomanceDi pertemukan dalam keadaan yang salah, membawa mereka pada suatu hubungan yang tak terpisahkan. Meski di liputi trauma seorang gadis cantik yang merelakan kesuciannya, Mentari Raisa Yunardi mencoba menentang keinginan orangtuanya yang ingin menjodo...