Suasana Baru

683 14 0
                                    

Rio dan Mentari pun telah tiba di rumah baru mereka yang secara dadakan Rio beli demi menuruti kemauan Mentari. Orangtua mereka tidak sempat antar mereka pindahan, karena orangtua Rio yang harus ke luar negeri urus bisnis dan orangtua Mentari ke luar kota ada urusan bisnis pula. Tapi para orangtua berjanji akan mengunjungi rumah baru Rio dan Mentari setelah urusan bisnisnya selesai.

"Bagus juga pilihan kamu, asri banget ada kebun dan tamannya. Wah bisa bercocok tanam aku". Ucap Rio nampak senang.

Mentari memutar malas bola matanya,
"Biasa aja tuh, oh iya pak kita tidur di kamar terpisah. Pokoknya saya gak mau tidur sama bapak". Ucap Mentari memberi peraturan.

Rio menghela napasnya, mau tidak mau setuju daripada dapat omelan lagi.

"Iya, rumah ini ada 4 kamar. Kamu mau tidur di kamar mana??". Tanya Rio pasrah.

"Kamar di lantai 2 aja pak". Jawab Mentari langsung naik ke lantai 2.

Rumah mereka hanya ada 2 lantai saja, 4 kamar tidur. 1 kamar tidur di lantai bawah dan 3 kamar tidur berada di lantai atas. Rio pun ikut naik ke lantai 2 sambil membawa koper-koper Mentari.

"Kalau di mansion bisa pake lift gak seribet ini". Ucap Rio dalam hati.

Mentari pun bingung ketika sampai di lantai 2,
"Itu kamar utama, kamu mau di kamar utama??". Tanya Rio menunjuk kamar utama.

Mentari menggelengkan kepala,
"Saya kamar yang disana aja pak, ini kan rumah bapak jadi biar bapak aja yang di kamar utama". Ujar Mentari seraya berjalan menuju kamar pilihannya.

"Mentari... Bisa gak, gak usah panggil bapak, saya baru 27 tahun gak tua-tua banget lho". Protes Rio agak greget karena panggilan bapak.

"Bodo... Berarti pak Rio tua, lebih tua dari saya...!". Teriak Mentari meledek Rio. Dan masuk ke kamarnya, tanpa membawa koper.

"Cuma beda 2 tahun aja usia kita...". Ucap Rio sedikit berteriak.

Rio menghela napas lelah, berkali-kali protes tetap saja Mentari maunya panggil 'bapak/pak'. Berasa tua sekali seorang pengusaha muda yang sukses tersebut.

"Mentari buka pintunya...". Ucap Rio seraya mengetuk pintu kamar Mentari.

"Gak mau... Nanti bapak ngelakuin hal macem-macem lagi...!". Teriak Mentari dari dalam kamarnya.

Mentari was-was Rio khilaf, apalagi di rumah ini mereka cuma tinggal berdua.

"Ya ampun... Negative thinking banget si kamu. Ini koper-koper kamu mau taro dimana". Ucap Rio sedikit berteriak.

Mentari pun membuka pintu kamarnya, ia lupa ternyata koper miliknya sedari tadi Rio yang bawa.

"Maaf pak saya lupa, sini koper-koper saya". Ucap Mentari seperti malu.

"Oh iya say... Eh Mentari, butuh berapa ART untuk rumah kita ini??". Tanya Rio hampir keceplosan bilang sayang.

Mentari menatap Rio sinis, ia tahu Rio hampir keceplosan panggil sayang.

"Gak usah pake ART, saya bisa kok urus rumah ini sendiri tanpa ART". Balas Mentari.

Rio mengernyitkan dahinya bingung, istrinya ini memang sulit ditebak kemauannya.

"Ok kalau gitu, nanti aku juga bakal bantu kamu kok bersih-bersih rumah ini". Ujar Rio menyetujui.

"Kayak bisa aja, bisanya cuma ngomelin pegawai juga". Sindir Mentari sinis.

"Bisa kok, kamu juga hobinya ngomel melulu, hehehe...". Balas Rio sambil terkekeh.

Mentari langsung menutup pintunya dengan kencang.

My Possessive BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang