Merawatmu

803 18 0
                                    

Mentari gelisah karena sudah jam segini Rio belum pulang juga. Entah kenapa perasaannya tidak enak meski ia masih kesal dengan Rio tapi jauh di lubuk hatinya, masih ada rasa cemas untuk Rio.

Tiba-tiba ponsel Mentari ada chat masuk dan tertera nama 'pak Sakti'

*Roomchat on*

Nyonya boss que, your husband sakit dan gak mau pulang. Malah pingin nginap di kantor. Coba bujuk dan susulin your husband, tadi mukanya pucet banget 🙏

*Roomchat off*

Mentari pun membaca chat tersebut meski tidak berniat membalas. Ia memikirkan info dari Sakti barusan.

"Pak Rio sakit gak mau pulang, dasar aneh. Nyusahin aja..!". Gumam Mentari.

"Gue susulin gak ya, tapi gue takut cuma akal-akalan dia aja buat jebak gue. Pak Rio kan licik". Lanjutnya lagi.

Mentari pun dilema antara susul Rio ke kantor atau tetap di rumah saja. Pikirannya terbagi 2 antara negatif dan positif tentang Rio.

"Ah bodo amat lah siapa suruh nginap di kantor. Pasti dia caper ke gue, biar gue baik-baikin dia". Ucap Mentari.

Akhirnya Mentari memutuskan untuk tidak menyusul Rio. Ia rasa besok pagi pun berangkat ke kantor dan bertemu Rio. Meski Mentari tidak bisa tidur nyenyak karena terus kepikiran tentang kondisi Rio.

-----------------------------------------------------------

Pagi pun tiba, Mentari pun bergegas pergi ke kantor. Ia buatkan sarapan dulu untuk dirinya. Semalam membuatnya kepikiran Rio terus meski ia dilema antara rasa peduli dan rasa bencinya ke Rio.

Di lain tempat, tepatnya di kamar rahasia CEO. Rio masih terpejam dengan wajah pucat dan selalu mengigau menyebut nama Mentari sejak semalam. Ia sudah minum paracetamol tapi belum juga membaik.

"Mentari...". Lirih Rio dengan mata yang terpejam.

"Jangan ceraikan aku Mentari..". Lirihnya lagi.

"Aku mohon...". Lanjutnya dengan tubuh yang lemas tak berdaya.

Kepalanya masih terasa pusing, suhu tubuhnya panas tinggi, bahkan paracetamol tidak mampu meredakan gejala yang Rio rasakan.

Tanpa Rio sadari, Mentari masuk ke kamar rahasia untuk pertama kalinya.

"Mentari... Mentari". Rio terus mengigau nama Mentari.

Mentari pun duduk di kursi yang ada di kamar tersebut. Ia memperhatikan kondisi suaminya yang memprihatinkan, masih lengkap mengenakan setelan jas formal slim fit yang sama seperti kemarin dan sepatu pantofel pun Rio tidak lepas. Ada 1 strip obat paracetamol di nakas samping single bed Rio.

Tangan Mentari terulur untuk menyentuh kening Rio, karena ia lihat tubuh Rio gemetaran.

"Ya ampun panas banget". Gumam Mentari pelan.

Ia pun panik, karena di kantor ini tidak ada kompresan.

"Mentari, Mentari..". Lirih Rio lagi.

Mentari pun menatap Rio yang masih terpejam dan sejak tadi mengigau.
Mentari pun keluar mencari bantuan untuk Rio.

Rio mengerjapkan mata seraya memijat keningnya yang terasa pusing, ia gemetaran karena suhu tubuhnya panas tinggi. Pandangannya pun mengabur dan meremang tapi Rio masih dalam kondisi sadarkan diri.

Tak lama Mentari pun datang bersama Sakti.

"Tuh kan kepala batu banget, mau mati muda-muda luh..!". Ujar Sakti mengomelin Rio meski khawatir juga.

My Possessive BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang