Meeting

885 27 0
                                    

Sudah 4 bulan Mentari bekerja di 3R Group, namun baru 2 minggu menjadi staff pribadi Rio. Sebenarnya Mentari bingung dengan job desk dirinya sebagai staff pribadi, kadang hanya mengecek file-file penting saja atau bahkan tidak mengerjakan apapun hingga ia bete sambil memainkan ponsel saja. Berbeda saat ia menjadi staff keuangan pasti selalu repot dan sibuk. Rio juga tak pernah menyuruh Mentari lembur, katanya si buat apa lembur kerja gaji sebagai staff pribadinya saja sudah melebihi gaji manager keuangan seperti pak Akmal.

Mentari pun sudah banyak perkembangan dengan psikoterapi yang rutin ia jalani, tentunya karena paksaan Rio. Sekarang Mentari sudah tidak terlalu takut menatap Rio namun tetap jaga jarak 3 meter.

Mentari melirik Rio yang sedang fokus membaca file-file pekerjaan dan beberapa berkas penting lainnya.

"Pak Rio kalau lagi fokus gak kelihatan bajingannya ya, apa iya dia tuh sebenernya baik". Gumam Mentari dalam batin.

Rio pun sadar sedari tadi Mentari memperhatikan, ia sedikit ke-PD-an dan salah tingkah.

"Ehemm...!". Rio berdehem.

Membuat Mentari fokus kembali ke file-file yang ada di meja kerjanya.

"Seneng banget kamu perhatiin saya, awas jatuh cinta". Ucap Rio penuh percaya diri.

Mentari pun cemberut dan menatap malas Rio. Sudah biasa dapat tatapan yang tak menyenangkan dari Mentari.

"Dasar ke-PD-an...!". Celetuk Mentari berani.

Hanya Mentari yang berani membantah, memarahi, memaki, memprotes Rio. Sakti saja sebagai asisten pribadi tidak seberani Mentari.

Tiba-tiba ponsel boba terbaru milik Rio berdering menandakan ada telepon masuk. Rio langsung menyentuh tombol hijau yang berada pada layar ponselnya.

"Hallo my sweet boy... nanti malem kamu pulang ke rumah ya. Pak Gusti mau dateng ke rumah kita nak". Ucap nyonya Rossa terdengar excited.

Yang menelepon Rio adalah mamahnya. Dan Rio meringis mendengar penuturan sang mamah.

"Iya hallo mah, Tatatapi... Mah, Iyo gak bisa". Ucap Rio sedikit kikuk karena ada Mentari.

"Jangan bantah mamah, Rio...! Mamah papah didik kamu untuk jadi anak yang baik bukan yang suka membantah orangtua". Ujar nyonya Rossa tegas.

Rio pun memejamkan matanya, ia bingung harus gimana.

"Rio Rayden Ramajaya... denger mamah gak??!". Ucap nyonya Rossa sedikit meninggikan suara.

"Iya mah Iyo denger kok". Balas Rio akhirnya mau pulang ke rumah.

"Nah gitu dong ini baru sweet boy nya mamah yang handsome baik penurut". Ucap nyonya Rossa terdengar senang.

"Iyaudah mah, Iyo lagi banyak kerjaan nih sibuk banget. Bye mamah sayang". Pungkas Rio memutus sambungan telepon dengan mamahnya.

Ia tidak ingin lama-lama berbicara via telepon, karena semakin membuat dirinya dilema. Makanya Rio akhir-akhir ini jarang pulang ke mansion orangtuanya, ia lebih memilih pulang ke mansion miliknya atau tidur di kantor.

Mentari sedari tadi berusaha menahan tawanya karena mendengar Rio menyebut dirinya sendiri dengan sebutan 'Iyo'.

"Sok imut segala Iyo Iyo... Hahaha... Kalau 1 kantor tau heboh pasti". Ucap Mentari dalam hati.

Mentari pun mendengar percakapan Rio di telepon. Sudah ia duga pasti itu telepon dari nyonya Rossa mamahnya Rio, agak lucu si karena Rio nampak sopan dan lemah lembut saat berbicara di telepon tadi beda saat bicara dengan para pegawai yang pasti ketus. Dan ekspresi Rio pun nampak menggemaskan seperti orang bingung tapi galau. Meski Mentari tidak tahu obrolan apa yang Rio dan nyonya Rossa bahas.

My Possessive BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang