Gara-Gara Nicko Lagi

675 15 0
                                    

Malam ini mereka harus pisah kamar lagi, kembali ke setelan original rumahtangga mereka yang absurd. Rio nampak bete dan bosan karena tidak bisa ambil peluang dari akting lagi dikarenakan sang mertua sudah pulang tadi siang.

"Lama-lama gue undang juga nih keluarga besar Ramajaya dan Yunardi buat nginap disini, biar gue bisa uwu terus sama Mentari". Gerutu Rio sejak tadi.

"Gak bisa peluk cium lagi dong tiap pagi, gak maen suap-suapan gak bisa manja-manjaan panggil sayang dan bey, ah indah banget rumahtangga gue kalau akting". Cerocos Rio sambil memainkan ponselnya.

Tiba-tiba ponselnya bergetar tanda ada chat masuk dari Nicko. Malas dan tidak berniat untuk membuka isi chat tersebut tapi Rio penasaran dengan video/foto yang Nicko kirim tengah malam begini.

(Video apakah itu, jadi curiga)

Akhirnya Rio pun membuka chat dari Nicko yang ternyata adalah sebuah video. Karena pengaturan whatsapp Rio tidak otomatis terbuka video tersebut, Rio harus mendownload video itu terlebih dahulu.
Ketika video sudah terdownload dan Rio memutar video itu membuat dirinya seketika mematung dan menelan salivanya berkali-kali. Antara kaget dan penasaran juga memang yang mendorong Rio menonton video kiriman dari Nicko sahabatnya.

"Brengsek... Bedebah si Nicko..!!". Makian Rio dan langsung melepas ponselnya.

Rio mengusap wajahnya kasar dan dadanya berdebar-debar. Rio mulai gelisah dan terngiang-ngiang tentang adegan panas di video itu hampir mirip dengan kejadian saat di Bali bersama Mentari.

"Haduuh.... Gimana ini, masa si gue kepingin cuma lihat kayak gitu doang??". Rio bertanya sendiri.

Ia terus menarik napas dalam-dalam agar degup jantungnya normal tidak berdebar-debar.

"Masa gue kepancing cuma sama video yang menjijikan itu". Gerutu Rio lagi.

Rio pun makin gelisah dan mengacak rambutnya, pikirannya selalu traveling apalagi ia terus membayangkan Mentari.

Tiba-tiba terbesit dipikirannya,
"Kayaknya Mentari udah gak trauma deh, buktinya gue peluk dan cium tapi dia gak marah". Ujar Rio seraya berpikir.

Entah dorongan dari mana, mungkin dorongan dari hawa nafsu hingga Rio bergegas ke kamar Mentari, karena biar bagaimanapun Rio laki-laki normal apalagi pernah melakukan hubungan s*ksual meski baru sekali dan sekarang sudah beristri jadi wajar saja ada keinginan untuk melakukan lagi.

(Nah lho jadi nih adegan 21++ nya,  hahaha)

"Mentari....". Ucap Rio dengan suara sedikit serak.

"Kamu udah tidur belum?? Buka pintunya dong". Tanya Rio sedikit kencang.

Rio pun terus mengetuk pintu kamar Mentari, karena sudah tidak bisa menahan lagi.

Mentari pun membuka pintu kamarnya,
"Ada apa si pak?? Udah jam berapa ini". Tanya Mentari sambil mengucak matanya.

Rio memperhatikan Mentari dari atas hingga bawah, rambut Mentari yang terurai sedikit berantakan membuat kesannya semakin seksi didukung piyama pendek yang Mentari kenakan. Membuat Rio berkali-kali menelan saliva dengan jakun yang turun naik.

"Mentari, ummm... Aku mau tanya. Kamu udah gak trauma lagi kan sama aku??". Tanya Rio masih sempat-sempatnya.

Mentari memutar malas bola matanya, sepenting itu membangunkan orang tidur cuma untuk bertanya masih trauma atau tidak.

"Penting banget ya, bapak kurang kerjaan deh. Saya ngantuk banget pak, saya masih...... ". Ucapan Mentari terpotong.

Saat Rio mendorong Mentari dan menjatuhkan tubuhnya tepat di atas kasur. Lalu tanpa izin Rio mencium bibir Mentari dengan lembut namun menuntut.
Mentari kaget atas tindakan Rio yang tiba-tiba itu. Dan Mentari berusaha mendorong tubuh tegap Rio namun tidak bisa, dengan kesal dan marah namun menikmati Mentari pun pasrah tidak bisa berbuat apa-apa.

My Possessive BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang