Lebih Penting Dari Apapun

554 17 0
                                    

Hari hampir menjelang siang, Rio pun tetap setia menjaga Mentari yang saat ini sedang beristirahat. Rio duduk di lantai dengan laptop dipangkuannya, bisa dibilang hari ini ia work from home. Karena tidak mungkin meninggalkan Mentari yang sedang sakit. Jas formalnya entah dilepaskan dimana, hanya dasi yang tidak kencang melingkar di lehernya.

Tiba-tiba ponselnya berdering, ia pun melirik siapa yang menelepon.

"Iya kenapa Sak??". Tanya Rio ke penelepon yang ternyata adalah Sakti.

"Boss que gak punya jam ya, ini udah jam 11 lho tapi gak sampe-sampe si". Balas Sakti.

Rio mengusap wajahnya kasar, ia lupa memberitahu Sakti bahwa hari ini ia tidak bisa ke kantor.

"Maaf... Hari ini gue gak bisa ke kantor Sak. Istri gue sakit". Jawab Rio jujur.

"Lah terus meeting dan rapat penting di Rio Airlines gimana boss que?? Pihak asuransi udah nunggu lho dari tadi". Ujar Sakti nampak kebingungan.

"Cancel aja, pending di lain waktu. Gue gak bisa tinggalin istri gue yang lagi sakit". Balas Rio tegas.

"Iya paham tapi kan kenapa gak kabarin dari tadi pagi si sebelum mereka dateng". Sakti mengomeli Rio.

"Sorry gue lupa, tadi gue fokus ke kondisi Mentari. Gue gak bisa mikirin kerjaan, gue cemas dan panik". Jelas Rio jujur.

"Hemmm.. Kena semprot pihak asuransi dan klien luh nih gue, hamil kali istri boss que". Celetuk Sakti.

"Hamil pala luh, istri gue sakit bukan hamil". Tegas Rio menyangkal ucapan Sakti.

"Yee omongan tuh do'a... amiinin aja si, biar jadi do'a Rio junior hadir di dunia ini". Ledek Sakti membuat Rio memutar malas bola matanya.

"Iya amiin... Udah sana luh gantiin gue ya rapat hari ini. Untuk meeting cancel aja, di reschedule !". Perintah Rio.

"Parah luh boss, padahal ini rapat dan meeting penting lho. Image 3R Group bisa jelek kalau kayak gini". Gumam Sakti.

"Gue gak peduli Sak, gue lebih peduliin kesehatan istri gue. Dia lebih penting dari apapun saat ini. Gue bakal ke kantor lagi kalau istri gue udah bener-bener sehat". Tegas Rio.

"DASAR BUCIN..!". Teriak Sakti di telepon memekakkan telinga Rio.

Rio pun segera memutus telepon dari Sakti. Apa Sakti tidak mengerti jika sudah cinta terhadap seseorang apapun bisa tidak penting kecuali orang yang dicintainya.

Tanpa Rio tahu, ternyata Mentari sudah bangun dan mendengar percakapan Rio dan Sakti tadi waktu teleponan.

"Pak Rio ke kantor aja, saya gak apa-apa kok sendirian di rumah". Ucap Mentari membuat Rio menoleh.

"Kamu udah bangun, baru 2 jam lho kamu tidur. Istirahat lagi aja gak apa-apa, aku tetep disini kok jagain kamu. Dan aku gak akan tinggalin kamu". Ucap Rio sambil menatap lekat Mentari.

"Padahal semalem gue minta cerai, tapi dia tetep baik. Lebay banget segala bilang gue lebih penting dari apapun". Mentari berbicara dalam hati.

Rio pun tersenyum dan mengompresi Mentari lagi. Sejak tadi ia terus berulang kali mengompres Mentari, meski sambil work from home.

Hingga malam hari, akhirnya Mentari agak membaik. Suhu tubuhnya berangsur turun tapi pusing di kepala masih terasa.

"Pak Rio ngapain masih di kamar saya??". Tanya Mentari ketus.

My Possessive BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang