Hari indah pengantin baru

103 7 0
                                    

Di dalam kamar, Chu Mei tak henti-hentinya mengutuk Zang Jinxu yang telah lancang padanya.

Apa-apaan tadi?! Jinxu mengajaknya menikah? Yang benar saja!

"Ku rasa keputusan ku untuk pulang saja itu sudah benar. Aku tidak bisa berlama-lama di sini, apalagi dengan manusia seperti itu," gerutu Chu Mei, kemudian menutup tubuhnya dengan selimut dan segera tidur.

~~~~~

Matahari bersinar di pagi hari, hingga tak sadar bahwa cahayanya mengusik sepasang pengantin baru yang sedang tidur dengan tubuh ditutupi selimut. entah apa yang mereka lakukan semalam.

"Ugh..."

Suara lenguhan berasal dari Xia Ai yang mulai terusik dengan cahaya matahari yang masuk melalui celah jendela dan mengenai wajahnya.

Xia Ai menoleh pada Zang Xuen Chi yang sudah menjadi suaminya sekarang. Hanya ada satu kata yang dapat menggambarkan ketampanan suaminya ini yaitu 'sempurna'.

Alis hitam menyerupai pedang, mata tajam, hidung mancung, rahang tegas, bibir tipis yang indah. Sungguh sangat sempurna.

Zang Xuen Chi sudah terbangun dari tadi, ia merasakan bahwa istrinya sedang memandangi wajahnya.

"Xia'er, aku tahu aku sangatlah tampan," gumam Zang Xuen Chi memergoki Xia Ai yang tengah memandangnya dengan senyum jahil.

Xia Ai menutup wajahnya karna malu, ia bersembunyi pada dada bidang Zang Xuen Chi yang tidak mengenakkan hanfu, begitupun ia sendiri.

Zang Xuen Chi terkekeh melihat kelakuan istrinya itu, ia memeluknya erat dan mengusap surai halusnya.

"Sudahlah, tidak perlu malu Xia'er, aku sudah melihat semuanya."

Blushh!

Pipi Xia Ai merah bagai kepiting rebus. Ia semakin meringsut ke bawah dada Zang Xuen Chi untuk menutupi rasa malunya yang sudah memuncak.

Pria itu tertawa kecil.

"Mengapa kau ke arah sana Xia'er? Apa kau menginginkannya lagi?" goda Zang Xuen Chi yang sontak membuat Xia Ai mengangkat kepalanya panik, dan menatap mata Zang Xuen Chi yang menatapnya jahil.

"Xuen!" rengek Xia Ai, ia melengkungkan bibirnya kesal.

"Hahahaha, baiklah-baiklah Xia'er. kemarilah." Zang Xuen Chi memeluk istrinya sayang. Ia berjanji akan selalu mencintai Xia Ai selamanya, dan tidak akan mengambil selir.

Xia Ai yang mendapat perlakuan manis pun membalas pelukan Zang Xuen Chi erat. Hingga sebuah pikiran melintas di otak kecilnya.

"Xuen..?" panggil Xia Ai ragu-ragu.

"Hmmm..." Zang Xuen Chi membalas dengan deheman sambil terus mengusap surai lembut Xia Ai.

"Apa kau akan menepati janjimu untuk tidak mengambil selir? Aku sangat takut bahwa kau akan melanggarnya," lirih Xia Ai menatap Zang Xuen Chi yang kini berhenti mengelus rambutnya, dan beralih menatapnya.

"Tentu saja tidak, Xia'er. Jika itu terjadi, maka aku tidak akan pernah bahagia selama sisa hidupku, dan itu janjiku padamu," ucapan Zang Xuen Chi menangkup kedua pipi Xia Ai.

Xia Ai mengangguk percaya.

"Aku ingin membersihkan diri dul...."

Belum selesai Xia Ai berbicara tapi sudah Zang Xuen Chi memotong ucapan Xia Ai dan menggendongnya.

"Bersama," ucap Zang Xuen Chi dan menuju ke pemandian dengan Xia Ai di gendongannya.

Berbeda dengan situasi kemesraan Xia Ai dan Zang Xuen Chi di pagi hari. Mei Lan justru sudah siap dengan hanfu merah yang sentiasa di gunakannya. Ia berencana untuk menemui jendral Luo Mo Chen, karna ia benar-benar merindukan pria tampan itu, meskipun ia baru saja sembuh dari lukanya semalam akibat si sampah itu.

Mei Lan berjalan dengan anggun menuju tempat pelatihan prajurit, karna ia pikir, di sanalah tempat seorang jendral.

Benar saja, di kejauhan Mei Lan melihat sosok yang di carinya dari tadi sedang melatih para prajurit dengan tegas dan berwibawa. Ia segera menghampiri jendral Luo Mo Chen.

"Selamat pagi jendral," suara merdu mengalun di telinga Luo Mo Chen yang berasal dari arah belakang. Ia berbalik dan menemukan bahwa Putri Bungsu Wang ada di hadapannya dengan senyum manisnya.

"Salam, Yang Mulia Putri," ucap Luo Mo Chen setengah membungkuk di hadapan mei lan dengan hormat karna statusnya yang tinggi.

"En, tidak perlu terlalu formal jendral." satu kedipan mata di arahkan kepada Luo Mo Chen yang membuatnya salah tingkah dengan perilaku putri satu ini yang selalu menggoda nya.

"Baiklah, ada apa putri ke tempat seperti ini pagi-pagi sekali?" Luo Mo Chen bertanya penasaran.

Untuk apa seorang putri mau repot-repot datang ke tempat pelatihan prajurit yang tidak menarik tanpa alasan?

Mei Lan tertawa kecil namun tetap mempertahankan keanggunannya di hadapan Luo Mo Chen.

"Aku hanya bosan, aku tidak terlalu tahu letak istana ini. Jadi aku berfikir untuk mencari jendral agar rasa bosan ku hilang, sekaligus mencari teman bicara."

Mei Lan menjawab dengan senyum manis andalannya. Tidak mungkin ia mengatakan bahwa ia sengaja bangun pagi-pagi hanya untuk bertemu dengan jendral tampan yang satu ini?

"Rupanya seperti itu, kebetulan saya juga sedang tidak sibuk hari ini maukah putri berjalan-jalan dengan saya ke air terjun belakang istana?"

Luo Mo Chen mengajak Mei Lan untuk pergi melihat hal yang bagus di istana Kekaisaran Zang untuk membuatnya terkesan. Meskipun putri bungsu sering dirumorkan memiliki sifat yang sombong dan angkuh. Ia rasa bahwa putri bungsu ini tidak terlalu buruk.

Mei Lan yang diajak berjalan-jalan pun sangat senang bukan main, kemudian mengangguk mengiyakan ajakan jendral tampan di hadapannya ini.

"Apakah keadaan putri baik-baik saja? Saya mendengar bahwa putri sempat terluka akibat serangan Yang Mulia Putri Mahkota semalam di pertunjukan bakat," ucap Luo Mo Chen sambil berjalan di samping Mei Lan dan sedikit berbasa-basi.

Jantung Mei Lan seketika berdetak kencang. Bagaimana bisa jendral tampan ini tahu bahwa ia sempat menantang dan kalah dari Xia Ai?!

"Aku sudah baik-baik saja. Hanya sedikit lengah sehingga aku terkena serangan dari Putri Mahkota,"

Mei Lan memberi alasan masuk akal agar dirinya tidak malu. Dirinya di gadang-gadang dengan kekuatan luar biasa dan mempunyai elemen langka. Bagaimana bisa ia kehilangan wajah di hadapan jendral tampan ini?

"Syukurlah, saya juga mendengar bahwa kedua saudara putri memilki pedang terkuat di dunia. Apakah itu benar adanya?" tanya Luo Mo Chen penasaran akan rumor yang beredar, dan bertanya untuk memastikan bahwa ia tidak salah dengar.

Mei Lan semakin gelagapan ketika Luo Mo Chen menanyakan hal-hal yang bisa membuat harga dirinya semakin jatuh.

"Aku juga tidak tahu masalah itu," jawab Mei Lan berpura-pura tidak mengetahui apa yang Luo Mo Chen tanyakan.

Jendral itu hanya mengangguk patuh saat mendapat jawaban dari Mei Lan.

Hingga sampailah mereka di air terjun tempat Chu Mei dan Zang Jinxu semalam. Siapa sangka bahwa Zang Jinxu masih berada di sana tanpa kembali ke kediaman nya, rupanya ia masih merenungi perbuatan yang gelap mata akan kepergian Chu Mei.

Luo Mo Chen yang melihat keberadaan pangeran kedua pun memberi salam dengan hormat.

"Salam, Yang Mulia Pangeran Kedua."

Zang Jinxu yang tengah melamun pun dikejutkan dengan suara dalam dari salah satu jendral dan sahabat kakaknya, Luo Mo Chen.

"En,"

Zang Jinxu menjawab singkat, kemudian ia beranjak pergi dari tempat itu ketika melihat keberadaan orang lain yang mengganggu ketenangan. Karena suasana hatinya benar-benar tidak baik saat ini.

Luo Mo Chen yang melihat Zang jinxu yang beranjak pergi, seketika merasa tidak enak karna sudah mengganggu nya.

"Maafkan hamba, pangeran, karna telah mengganggu waktu pangeran,"

Zang Jinxu mengentikan langkahnya.

"Tidak apa, Benwang sudah bosan berada di sana,"

Setelah mengatakan itu, Zang Jinxu langsung meninggalkan tempat itu, dan menyisakan Luo Mo Chen dan Mei Lan di sana.

 Triplet Princesses [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang