Balas dendam Chu Mei (1)

109 7 0
                                    

Sesampainya di Kediaman Awan milik Mei Lan, Chu Mei langsung duduk di kursi depan kediaman sambil mengangkat satu kakinya dan mulutnya yang mengunyah buah persik yang ia ambil dari Ruang Angkasa.

Para pelayan dan pengawal mulai berdatangan, mereka memindahkan barang-barang milik Mei Lan dan menggantinya dengan barang milik Chu Mei tanpa sepengetahuan sang pemilik kediaman yang entah kemana.

"Bibi Nao, bisakah vas bunga itu dibiarkan disana? Aku sangat menyukainya. Jangan membawanya,  pindah, biarkan saja di sini," pinta Chu Mei pada salah satu pelayan paruh baya yang ia panggil bibi, karna dia orang yang sangat baik.

Pelayan Nao yang dipanggil bibi dan bukan pelayan pun merasa tidak enak hati. Ia tidak pantas dipanggil bibi oleh seorang Putri Kekaisaran Wang.

"Mohon ampun Yang Mulia Putri, hamba tidak pantas dipanggil dengan sebutan bibi, oleh putri." pelayan Nao bersujud dihadapan Chu Mei.

Chu Mei yang melihat pelayan Nao bersujud pun terlonjak kaget dan segera bangun.

"Sudahlah bibi Nao, kau adalah pelayan yang baik di sini, jadi aku menyukaimu dan sudah menganggapmu bibiku," ucap Chu Mei, ia membantu pelayan Nao berdiri.

Pelayan Nao yang diperlakukan baik merasa terharu karena Putri Chu Mei menganggapnya orang yang baik.

"Terima kasih Yang Mulia Putri." pelayan Nao membungkukkan badan  berterima kasih.

"Jangan panggil aku seperti itu bibi Nao, aku tidak menyukainya. Maukah bibi bekerja di kediamanku? Itu pasti sangat menyenangkan. Panggil aku Chu Mei saja." senyuman Chu Mei mengembang sempurna dan berharap bibi Nao mau menerima tawarannya.

Pelayan Nao tertegun sejenak. Kemudian sebuah senyuman bahagia terbit di bibirnya. Tentu saja ia mau, itu sudah suatu kehormatan baginya.

"Suatu kehormatan bagi hamba,"

"Bibi..?" Chu Mei menatap pelayan Nao dengan wajah cemberut.

"Hahaha, baiklah," kemudian mereka tertawa bersama.

Kaisar dan Permaisuri Wang yang melihat interaksi putrinya di kejauhan menjadi sangat bahagia. Putri mereka sangat baik terhadap semua orang, tanpa membedakan status yang jauh berbeda diantara mereka.

"Lihatlah putri kita, Wei'er. Aku sangat menyesal karena mengabaikannya dulu." Kaisar Wang menatap istrinya penuh penyesalan.

"Ya, kau benar suamiku. Kita sudah sangat bersalah padanya, kita harus menyayangi dan memperlakukannya dengan baik untuk menebus kesalahan kita dulu," balas Permaisuri Li Wei, dengan matanya yang masih menatap putrinya penuh kasih.

"En, kau benar Wei'er,"

Kemudian Kaisar dan Permaisuri Wang menghampiri Chu Mei yang tengah duduk sambil mengunyah buah persik.

"Apa kau menyukai buah persik,  putriku?" suara Kaisar Wang mengalihkan perhatian Chu Mei yang tengah memantau para pelayan.

"Salam Ayah, Ibu." Chu Mei membungkuk hormat. Bagaimanapun ia harus menjaga reputasi baiknya di hadapan ibu dan ayahnya.

"En,"

"Ah, mengenai itu. Ya, aku sangat menyukainya, Ayah. Buah ini sangat manis. Mau?"

Chu Mei menyodorkan buah persik yang sudah digigit kepada Kaisar Wang dengan tatapan polos.

Kaisar dan Permaisuri Wang tertawa melihat tingkah polos putri mereka. Dia bahkan menyerahkan buah persik yang sudah dia gigit, sangat lucu.

"Hahaha, tidak Chu'er. Ayah tidak terlalu menyukainya." tolak halus Kaisar Wang disertai tawa khasnya.

 Triplet Princesses [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang